Terjebak Rutinitas

♠ Posted by Aryni Ayu in

Ada benarnya globalisasi itu yang berkawan dengan liberalisme. Satu kata untuk mereka, kebebasan!

Bukan gelar ‘gurunya’ yang harus dipersalahkan, tapi rutinitas!

  Seorang artis keluaran sinetron Amerika “Dont Trust B* in Apartment 23” berkata, “jika ada sesuatu hal diluar rencana hidupmu itu muncul, bukan berarti hal itu kesalahan, just catch it and changes the world!”

            Tahulah aku mengapa harus menuliskan segelumit panjang – panjang kata mengenai makna kehidupan. Pramoedya Ananta Toer mengingatkan, “sepintar – pintarnya manusia, jika tak pernah menulis, maka dirinya akan hilang dari sejarah”. Ya, aku hanya menganggukan semboyan itu sekali – sekali bilamana dibutuhkan. Detik ini juga, jemari tak bisa berhenti menorehkan huruf demi huruf, kata – kata demi kata tentang banyak hal. Apa lagi jika bukan hati dan pikiran sedang gelisah, lusuh hati, dan lusuh kemauan. Semangat yang biasanya berkoar – kobar mengalahkan terangnya matahari, dan panasnya kompor, seakan padam tanpa abu. Juga hal – hal mengenai kebebasan berkarya, kebebasan ruang waktu, pun sebebas – bebasnya keinginan, detik ini pula berhenti mendetikkan ruhnya.

            Hari berganti hari, layaknya soundtrack dari sinetron galaunya “tersanjung’, tidak juga berganti dengan nyata baru. Adanya hanya segelumit, yang selalu berputar – putar menjadi segelumit itu juga. Bagaikan waktu yang telah habis namun tak menemui suksesnya, peradaban telah runtuh. Membayangkan gemilangnya Majapahit, kuatnya maritim Sriwijaya, mewahnya peradaban Yunani – Romawi, aku terpanah, ingin menjadi seorang yang kompleks tanpa cela. Namun mimpi tetap mimpi, manusia hanya bisa mendekati. Persis seperti kata Herodotus, “Sejarah tak bisa menemui titik benarnya, hanya mendekati”, itulah diriku.

            Hingga di suatu pagi dingin, matahari melambai hangatnya, angin tak bertiup kencang. Aku berhayal, menjadi seorang superstar, selevel Avril Lavigne, Jennifer Lopes, Nickelback, dan kawan – kawan. Menepis kegelapan dalam pikiran. Melambungkan segenap imajinasi. Andai, andai, dan andai. Ya, hanya berandai – andai menghadapi realita akhir – akhir ini. Ada benarnya globalisasi itu yang berkawan dengan liberalisme. Satu kata untuk mereka, kebebasan! Segelumit kata yang benar – benar sulit tampaknya untuk digapai. Belum lagi menyesuaikan diri dengan orang lain, sesuaikan ingin dan pikir seseorang, bukan sesuatu yang pantas untuk digampangkan. Jika diri ini menginginkan pembaharuan tiap hari, kreativitas yang tak pernah mati, dan segenap kebebasan berpikir, lingkungan hanya sedikit saja mendukung.

            Bayangkan saja, dulu, semasa remaja, tak pernah ada ingin sedikit saja diriku ini untuk menjadi seorang guru. GURU! Seorang yang digugu dan ditiru. Artinya, seolah – olah tindakan guru tak boleh sedikit saja ‘ngawur’. Harus patuh, penampilan tak boleh banyak macamnya, dan tentu saja terjebak rutinitas! Hal yang sangat sangat sangat diluar kata favorit. Semestinya tak boleh lah manusia meratapi faktanya, tapi apa boleh jadi jika memang benar – benar ada dalam bayang kesuntukan. Semenjak pagi menunjukkan angka 7, pagar tertutup untuk boleh keluar masuk. Pakaian pun seragam, tanda kemonotunan telah dimulai! Harus mengikuti peraturan sekolah, sinisan guru bila sewaktu – waktu diantara kita bersalah, dan siap bercapek ria ketika sekolah membutuhkan, maklum, guru – guru praktek. Pun akhir – akhir ini batin juga merasa sangat terbebani. Bukan hanya karena menjadi pimpinan diantara guru – guru praktek itu, tapi juga harus menanggung sekompleks tanggung jawab sebagai guru. Bukan gelar ‘gurunya’ yang harus dipersalahkan, tapi rutunitas! Bahkan saat aku ingin menerapkan sesuatu yang baru, rasanya diri ini tak berhak. Bukan hanya masih bocah, tapi juga karna masih ‘muda’, mungkin. Tuhan, lepaskan semuanya dari keterbosanan. Aku tak tak mau terjadi realitas. Realitas bukanlah rutinitas. Setiap hari adalah hari baru, aku sungguh tak mau rutinitas!

            Seorang artis keluaran sinetron Amerika “Dont Trust B* in Apartment 23” berkata, “jika ada sesuatu hal diluar rencana hidupmu itu muncul, bukan berarti hal itu kesalahan, just catch it and changes the world!” well, aku mulai mengerti apa arti rutinitas, di lain hari, aku siap membuat kejutan!

Surya Majapahit

♠ Posted by Aryni Ayu

SURYA MAJAPAHIT (LAMBANG KERAJAAN)

Surya Majapahit (Matahari Majapahit) adalah lambang kerajaan Majapahit yang kerap kali ditemukan pada reruntuhan bangunan masa Majapahit. Lambang ini mengambil bentuk matahari bersudut delapan dengan bagian lingkaran di bagian tengah yang menampilkan dewa-dewa agama Hindu. Lambang ini membentuk diagram kosmologi yang disinari jurai matahari khas “Surya Majapahit”, atau lingkaran matahari dengan bentuk jurai yang khas. Karena begitu populernya lambang matahari ini, maka para ahli arkeologi menduga bahwa lambang ini berfungsi sebagai lambang Negara Majapahit.

Bentuk paling umum dari Surya Majapahit terdiri dari gambar sembilan dewa dan delapan berkas cahaya matahari. Lingkaran di tengah menampilkan sembilan dewa agama Hindu yang disebut dengan Dewata Nawa Sanga. Dewa-dewa utama di bagian tengah ini diatur dalam posisi delapan arah mata angin dan satu di bagian tengahnya. Dewa-dewa ini diatur dalam posisi : Tengah Siwa, Timur Iswara, BaratMahadewa, Utara Whisnu dan Selatan Brahma, Timur Laut Sambhu, Barat LautSangkara, Tenggara Mahesora, Barat Daya Rudra.

Dewa-dewa pendamping lainnya terletak pada lingkaran luar matahari dan dilambangkan dengan delapan jurai sinar matahari, yaitu  :
DEWA KUWERA bertahta di Utara, DEWA ISANA di Timur Laut, DEWA INDRA di Timur, DEWA AGNI di Tenggara, DEWA YAMA di Selatan, DEWA SURYA/NRTTI di Barat Daya, DEWA VARUNA di Barat, DEWA BAYU/NAYU/VAYU di Barat Laut .

Dewa Kuwera (Kuvera) dalam agama Hindu adalah dewa pemimpin golongan bangsa Yaksa atau Raksasa, meskipun demikian ia lebih istimewa dan yang utama diantara kaumnya. Ia bergelar “bendahara para Dewa” sehingga ia disebut juga Dewa Kekayaan.
Kuwera merupakan putera dari seorang resi sakti bernama Wisrawa, ia satu ayah dengan Rahwana namun lain ibu. Ia menjadi raja di Alengka menggantikan Malyawan.

Dewa Indra dalam agama Hindu adalah dewa cuaca dan raja kahyangan, oleh orang-orang bijaksana ia diberi gelar dewa petir, dewa hujan, dewa perang, raja surga, pemimpin para dewa dan masih banyak lagi sebutannya. Dia adalah dewa yang memimpin delapan Wasu, yaitu delapan dewa yang menguasai aspek-aspek alam. Dia juga pemimpin para dewa dalam menghadapi kaum raksasa, dan dikenal pula sebagai dewa yang menaklukkan tiga benteng musuhnya (Tripuramtaka). Ia memiliki senjata yang disebut Bajra (diciptakan oleh Wismakarma dengan bahan tulang Resi Dadici), kendaraannya seekor gajah-putih yang bernama Airawata, isterinya bernama Dewi Saci. Dalam agama Budha ia disamakan dengan Sakra.

Dewa Agni dalam agama Hindu adalah dewa api, dan dalam kitab suci Hindu ia disebut sebagai dewa pemimpin upacara. Dewa Agni ini digambarkan sebagai dewa yang badannya berwarna merah, rambutnya adalah api yang berkobar, berkepala dua dan selalu bersinar, berdagu tajam, bergigi emas, memiliki enam mata, tujuh tangan, tujuh lidah, empat tanduk, tiga kaki dan mengendarai biri-biri. Konon Dewa Agni adalah putera Dewa Dyaus dan Pertiwi.

Dewa Yama adalah dewa penjaga neraka dalam agama Hindu dan Budha. Dalam ajaran Hindu, Dewa Yama merupakan manifestasi dari Brahman yang bergelar sebagai Dewa Akhirat, Hakim Agung yang mengadili roh orang mati, untuk mempertimbangkan apakah suatu roh layak mendapat surga atau sebaliknya, mendapat neraka.
Dewa Yama dilukiskan sebagai seorang tua yang berkuasa di singgasana neraka, memiliki dua wajah yang tidak terlihat sekaligus. Wajah yang sangar dan menyeramkan akan terlihat oleh roh orang-orang yang hidupnya penuh dengan perbuatan salah, sedangkan wajahnya yang lembut akan terlihat oleh roh-roh yang hidupnya penuh dengan perbuatan baik.

Dewa Surya adalah dewa matahari yang diadaptasi sebagai dewa yang mengatur atau menguasai surya atau matahari dan diberi gelar Bhatara. Ia mengendari kereta yang ditarik oleh tujuh ekor kuda, memiliki kusir yang bernama Aruna saudara Garuda, putera Dewi Winata.
Dewa Surya menjadi tumpuan mahluk hidup di alam dunia ini terutama tumbuhan dan hewan. Ia juga terkenal sakti mandraguna dan menjadi salah satu dewa andalan di kahyangan. Ia juga terkenal senang memberikan pusaka-pusaka atau ajian-ajian yang dimilikinya kepada orang-orang yang dipilihnya.

Dewa Varuna (Baruna) adalah manifestasi Brahman yang bergelar sebagai dewa air, penguasa lautan dan samudra. Menurut kepercayaan Hindu, Baruna menguasai hukum alam yang disebut Reta. Ia mengendarai mahluk yang disebut Makara (setengah buaya setengah kambing). Isterinya bernama Baruni, yang tinggal di istana mutiara. Oleh orang bijaksana, Dewa Baruna disebut juga sebagai Dewa Langit, Dewa Hujan dan dewa yang menguasai hukum.

Mantra untuk Dewa Baruna  :
AGNUM SU TUBHYAM VARUNA SVADHAVO
HRDI STOMA UPASRITAS CID ASTU SAM NAH KSEME SAM U YOGE NO ASTU
YUYAM PATA SVASTIBHIH SADA NAH.

Artinya  :
Semoga pujaan ini berkesan pada-mu, O Waruna yang bebas
Semoga kami selamat dalam beristirahat, semoga kami selamat dalam bekerja,
Lindungilah kami dengan berkahmu,

Dewa Bayu adalah dewa utama yang bergelar sebagai Dewa Angin yang merupakan salah satu unsur dari Panca Maha Bhuta, lima elemen dasar dalam ajaran agama Hindu. Ia bertempat tinggal di Khayangan Panglawung, ditugaskan untuk mengatur serta menguasai angina. Pada jaman  Treta Yuga, Bhatara Bayu menjadi guru Hanoman agar kera tersebut menjadi sakti. Pada jaman Dwapara Yuga, Bhatara Bayu menurunkan Wrekudara (Bima), cirri dari murid ataupun keturunannya adalah memiliki “kuku pancanaka”. Ia mempunyai tunggangan berupa Antilop.

Dewa Siwa adalah salah satu dari tiga dewa utama (Trimurti) dalam agama Hindu, ia merupakan dewa pelebur, bertugas melebur segala sesuatu yang telah usang dan tidak layak berada di dunia fana lagi sehingga harus dikembalikan kepada asalnya (Panca Maha Bhuta). Ia memiliki ciri-ciri khusus yaitu : bertangan empat masing-masing memegang trisula, cemara, tasbih/gnitri dan kendi, bermata tiga (trinetra), pada hiasan kepalanya tedapat ardha Chandra (bulan sabit), ikat pinggangnya dari kulit harimau, hiasan di lehernya dari ular kobra, kendaraannya lembu andini. Ia memiliki putera Dewa Kumara, Dewa Kala dan Dewa Ganesa, memiliki empat isteri yaitu Dewi Parwati, Dewi Uma, Dewi Durga dan Dewi Kali.

Hiasan Surya Majapahit ini dapat ditemukan pada langit-langit Candi Penataran di bagian Garbhagriha (ruangan tersuci), dan candi-candi lainnya seperti Candi Bangkal, Candi Sawentar dan Candi Jawi, dan juga diketemukan pada batu-batu nisan yang berasal dari Majapahit di wilayah Trowulan.

The Old Kingdom : Hindu and Buddiest Kingdom's

♠ Posted by Aryni Ayu in
Kompetensi

Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Hindu-Budha, serta peninggalan-peninggalannya.

Setelah mempelajari program ini peserta didik dapat :
  1. Mendekripsikan proses masuk dan berkembangnya Hindu-Budha di Indonesia
  2. Menunjukan pada peta daerah yang dipengaruhi unsur Hindu-Budha di Indonesia sampai abad ke-15
  3. Menyusun kronologi perkembangan kerajaan Hindu-Budha ke berbagai wilayah di Indonesia
  4. Mengidentifikasi peninggalan-peninggalan sejarah kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Budha di berbagai daerah
Pendahuluan

Peta Letak Kerajaan-Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia

Materi

Proses masuk
PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA HINDU-BUDHA DI INDONESIASejak awal masehi telah terjalin hubungan perdagangan antara Asia Timur (Cina) dan Asia Selatan (India) yang melintasi kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Indonesia merupakan daerah yang strategis dalam pelayaran dan perdagangan internasional. Hal inilah yang menyebabkan pengaruh Hindu-Budha yang berkembang di India menyebar sampai ke Indonesia. 
Proses masuknya pengaruh Hindu-Budha di Indonesia ada 2 pendapat :
  1. Pertama: Hindu-Budha dibawa oleh orang-orang India ke Indonesia dan masyarakat Indonesia hanya bersikap pasif.
  2. Kedua : masyarakat Indonesia telah bersikap aktif yakni dengan pergi ke India untuk mempelajari Hindu-budha dan menyebarkannya kembali ke wilayah Indonesia.
Proses masuk dan berkembangnya Hindu-budha ke Indonesia didukung oleh  beberapa teori yang masing-masing mempunyai alasan. Teori yang menyatakan pembawa atau yang menyebarkan Hindu-Budha di Indonesia adalah :
  1. Teori Brahmana
  2. Teori Ksatria
  3. Teori Waisya
  4. Teori Arus Balik
Teori Brahmana
Teori ini dekemukakan oleh J.C Van Leur yang menyatakan bahwa agama dan kebudayaan Hindu-Budha yang datang ke Indonesia dibawa oleh golongan Brahmana (golongan agama) yang sengaja diundang oleh penguasa Indonesia.
Teori ini mempertegas kembali bahwa penyebaran agama Hindu ke Indonesia hanya golongan Brahmana yang mempunyai hak dan mampu membaca kitab Weda (kitab suci agama Hindu) sehingga hanya kasta Brahmana yang memahami ajaran Hindu secara utuh dan benar. Selain itu beberapa prasasti yang ditemukan di Indonesia menggunakan berbahasa Sansekerta. Di India bahasa itu hanya digunakan dalam kitab suci dan upacara keagamaan dan hanya golongan Brahmana yang mengerti dan menguasai penggunaan bahasa tersebut. Kontak penguasa Indonesia dengan penguasa India terjadi berkat hubungan dagang.
Teori Ksatria
Teori ini dikemukakan oleh Prof.Dr.J.L. Moens yang menyatakan bahwa agama dan kebudayaan Hindu-Budha dibawa oleh orang-orang dari India dari kasta Ksatria, dengan alasan bahwa di India sekitar abad ke-4 hingga abad ke-6 sering terjadi peperangan sehingga kasta Ksatria yang terdiri dari kaum bangsawan dan prajurit  ada yang mengalami kekalahan dan melarikan diri mencari daerah baru antara lain hingga ke Indonesia.
Teori Waisya
Teori ini dikemukakan oleh Prof. Dr.N.J.Krom yang menyatakan bahwa golongan Waisya (pedagang, petani, pemilik tanah) merupakan golongan terbesar yang berperan dalam menyebarkan agama dan kebudyaan Hindu-Budha. Para pedagang yang sudah terlebih dahulu mengenal Hindu-Budha datang ke Indonesia selain untuk berdagang mereka juga memperkenalkan Hindu-Budha kepada rakyat Indonesia. Para pedagang ini adakalanya menetap sementara waktu dan bahkan ada yang menetap dan tinggal di Indonesia dan menikah dengan penduduk setempat.

Teori Arus Balik

Teori ini dikemukakan oleh F.D.K.Bosch yang menyatakan bahwa pada mulanya golongan agama menyebar ke berbagai negara melalui jalur yang dilalui oleh para pedagang. Dibeberapa tempat mereka berusaha menjalin hubungan yang baik dan memperkenalkan Hindu-Budha. Pada perkembangan selanjutnya orang Indonesia sendiri datang ke India untuk mempelajari Hindu-Budha setelah memperoleh ilmu yang banyak mereka kembali lagi ke Indonesia untuk menyebarkan ajaran Hindu-budha.

Daerah yang dipengaruhi
DAERAH-DAERAH YANG DIPENGARUHI HINDU BUDHA DI INDONESIA 

Perkembangan kerajaan
PERKEMBANGAN KERAJAAN HINDU-BUDHA DI BERBAGAI WILAYAH DI INDONESIA
KERAJAAN KUTAI

Zaman sejarah di Indonesia dimulai dengan ditemukannya tulisan di daerah Kutai Kalimatan Timur diperkirakan letaknya disekitar aliran sungai Mahakam. Para ahli memperkirakan ini merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia dan menyebutnya Kerajaan Kutai sesuai dengan nama daerah penemuannya.
Melihat letaknya yang berada di jalur perdagangan India (di barat) dan Cina (di Timur), banyak pengaruh dari luar yang masuk ke kerajaan Kutai. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya benda-benda dari kedua wilayah tersebut. Barang-barang seperti keramik, arca dewa Trimurti, serta arca Ganesha, kemungkinan merupakan bagian dari perlengkapan upacara keagamaan selain untuk kehidupan sehari-hari.
Kerajaan Kutai diperkirakan berdiri pada abad ke-5 Masehi, ini dibuktikan dengan ditemukannya 7 buah Yupa (prasasti berupa tiang batu) yang ditulis dengan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta yang berasal dari India yang sudah mengenal Hindu. Yupa mempunyai 3 fungsi utama, yaitu sebagai prasasti, tiang pengikat hewan untuk upacara korban keagamaan, dan lambang kebesaran raja.
 Dari tulisan yang tertera pada yupa nama raja Kundungga diperkirakan merupakan nama asli Indonesia, namun penggantinya seperti Aswawarman, Mulawarman itu menunjukan nama yang diambil dari nama India dan upacara yang dilakukannya menujukan kegiatan upacara agama Hindu. Dari sanalah dapat kita simpulkan bahwa kebudayaan Hindu telah masuk di Kerajaan Kutai.


KERAJAAN TARUMANEGARA

Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu tertua di pulau Jawa. Kerajaan ini berdiri sekita abad ke-5. Keterangan tentang keberadaan negara Tarumanegara dapat diketahui dari prasasti yang ditemukan menggunakan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta serta sumber berita Cina. Prasati yang merupakan peninggalan Taruamanegara adalah : Prasasti Ciaruteun, Jambu, Kebon Kopi, Pasir Awi, Muara Cianten, Tugu, dan Cidangiang.
Raja Purnawarman adalah raja terkenal yang memerintah Tarumanegara selama 22 tahun. Ia dianggap penjelmaan Dewa Wisnu. Masyarakat Tarumanegara selain bercocok tanam sebagian juga hidup dari perdagangan, antara lain gading gajah, cula badak, dan kulit penyu.

KERAJAAN KALING
 Kerajaan Kaling terletak di Jawa Tengah. Berdasarkan berita Cina dketahui bahwa Kerajaan berdiri sekitar abad ke-6 M dan bercorak Budha. Kerajaan Kaling cukup kaya karena tanahnya subur, rakyatnya hidup makmur, tentram dan damai. Kegiatan ekonomi masyarakat diantaranya menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak dan gading.
 Sekitar tahun 664 datang pendeta dari Cina yang bernama Hwining dan sempat tinggal selama tiga tahun. Atas bantuan pendeta Janabadra dari Kaling, Hwining berhasil menterjemahkan kitab suci Tripitaka dari bahasa sansekerta kedalam bahasa Cina.


 Pada tahun 674 Masehi, kerajaan Kaling diperintah oleh seorang ratu yang bernama Sima. Pemerintahannya terkenal sangat keras dan berdasarkan kejujuran serta keadilan. Hal ini dibuktikan ketika putra mahkota menyentuh pundi-pundi emas di jalan yang bukan miliknya maka ia dijatuhi potong kaki. Ini berarti hukum yang diberlakukan berlaku untuk penduduk Kaling (letak kerajaan Kaling lihat peta kerajaan Tarumanegara).
KERAJAAN MATARAM KUNOKerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah bagian selatan pada abad ke-8 dengan pusatnya di lembah Sungai Progo yang meliputi Dataran tinggi Magelang, Muntilan, Sleman,dan Yogyakarta. Daerahnya subur dan banyak air sehingga pertanian maju dan ekonominya berkembang. Mataram pernah diperintah oleh dua dinasti, yaitu Dinasti Sanjaya dan Dinasti Sailendra. Pengetahuan mengenai kedua wangsa diperoleh dari prasasti Canggal 732 M dan prasasti Balitung.
  1. Dinasti Sanjaya Diantara raja-raja yang berkuasa dari Dinasti Sanjaya adalah Sanjaya, Rakai Panangkaran , Rakai Pikatan dan lain-lain. Raja Sanjaya menganut agama Hindu. Pada masa pemerintahan Rakai Pikatan agama Hindu-Budha berkembang dengan damai di Mataram. Peninggalan dari Dinasti ini antara lain berupa candi di komplek Dieng dan Gedung Songo.
  2. Dinasti Saelendra Raja-raja Dinasti Sailendra beragama Budha yang pernah memerintah antara lain Samaratungga,  Pramudhawardhani. Pada masa Pemerintahan Samaratungga dibangun candi Budha, yakni Borobudur pada abad ke 9, Mendut, dan Pawon. Samaratungga mempunyai dua putra, Pramudhawardhani dan Balaputradewa. Pramudhawardhani menikah dengan keturunan keluarga dinasti Sanjaya yaitu Rakai Pikatan. Terjadi perebutan kekuasaan antara Rakai Pikatan dan Balaputradewa, Pertikaian ini dimenangkan oleh Rakai Pikatan dan Balaputradewa lari ke Sumatra dan menjadi raja kerajaan Sriwijaya.
    Pada abad ke 10 pusat pemerintahan Mataram di Jawa Tengah berakhir dan muncul pemerintahan Mataram di Jawa Timur dengan rajanya yang pertama Mpu Sendok (abad ke 10). Raja lainnya yang berkuasa dan terkenal adalah Dharmawangsa Teguh (abad 10) dan Raja Airlangga (abad 11).
KERAJAAN SRIWIJAYA
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan Budha terbesar terletak di Sumatra. Menurut para ahli pusat kerajaan Sriwijaya berada di Palembang dan diperkirakan berdiri sekitar abad ke-7. Sumber berita tentang adanya kerajaan Sriwijaya antara lain berasal dari :
  1. Berita dari Cina
    Pendeta I-Tsing tahun 671 Masehi menyatakan bahwa Ia pernah singgah di Sriwijaya dan belajar bahasa Sansekerta. Para pendeta Cina dianjurkan sebelum belajar agama Budha di kerajaan ini. Pada waktu itu di India mereka terlebih dahulu belajar di Sriwijaya .
  2. Prasati
    Prasasti yang ditemukan menceritakan tentang keberadaan kerajaan Sriwijaya antara lain, Prasasti Kedukan bukit, Talang Tuo, Karang Berahi, Telaga Batu.

KERAJAAN KEDIRI
Lahirnya kerajaan Kediri berkaitan dengan adanya pembagian kekuasaan di kerajaan Mataram yang berkedudukan di Jawa Timur. Tujuan Airlangga membagi Mataram menjadi dua yakni menghindari perang saudara akibat perebutan kekuasaan diantara anak-anaknya. Mpu Baradah membagi kerajaan Mataram menjadi dua yaitu Panjalu dengan ibu kota di Daha dan Janggala dengan ibukotanya di Kahuripan.
Raja Kediri yang terkenal antara lain Jayabaya, dan raja terakhirnya Kertajaya. Pada masa kejayaanya hadir pujangga kraton yang menciptakan kakawin antara lain Mpu Sedah dan Mpu Panuluh dengan gubahannya Bharatayudha, Hariwangsa, Gatotkacaswara.
Peta wilayah kerajaan Kediri
KERAJAAN SINGOSARI
Kerajaan Singosari adalah kerajaan bercorak Hindu. Pendiri kerajaan Singosari adalah Ken Arok tahun 1222. Ia dinobatkan oleh para Brahmana dengan gelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi. Ken Arok merupakan pendiri Dinasti Rajasa atau Girindra yang menurunkan para penguasa di kerajaan Singosari dan Majapahit. Sebelum menjadi raja Ken Arok memangku jabatan Akuwu (semacam bupati) Tumapel setelah menyingkirkan Tunggul Ametung.
Kerajaan Singosari merupakan kerajaan yang penuh dengan perebutan kekuasaan diantara keluarga raja antara lain dengan cara tipu muslihat, pemberontakan juga pembunuhan.
Kerajaan Singosari mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Kertanegara (1268-1292). Kertanegara berusaha memperluas wilayah kekuasanya dengan menaklukan kerajaan-kerajaan di luar Jawa, antara lain pada tahun 1275 ia mengirim ekspedisi Pamalayu ke kerajaan Melayu dan berhasil menaklukannya.
Sebagai kerajaan yang mempunyai wilayah cukup luas Singosari mendapat ancaman, baik yang datang dari luar dan dalam Singosasr.i Dari luar, berasal dari kerajaan Mongol pada masa Kubilai Khan dan dari dalam berasal dari Jayakatwang yaitu seorang keturunan kerajaan Kediri. Ketika Kertanegara sedang dalam penyerbuan ke Melayu, Singosari memperkuat pasukanya Melayu,Singasari diserang Kubilai Khan, akibatnya Singasari dapat ditaklukan, kekuatan pasukan di Singosari sendiri lemah. Hal ini dimanfaatkan oleh Jayakatwang dengan membunuh Kertanegara dan para Brahmana yang sedang melakukan upacara. Raden Wijaya (menantu Kertanegara) berhasil melarikan diri dan kelak ia menyerang dan menghancurkan Jayakatwang dengan bantuan tentara Mongol yang sudah diperdayainya.



KERAJAAN MAJAPAHIT

 Setelah Raden Wijaya berhasil mengalahkan pasukan Mongol selanjutnya. Ia mendiami wilayah sekitar hutan Tarik yang berada disekitar sungai Brantas (Mojokerto) kemudian mengubah menjadi Majapahit atas bantuan Arya Wiraraja. Raden Wijaya (1293-1308) dinobatkan menjadi raja Majapahit dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Ia menikahi keempat putri Kertanegara yaitu Tribhuwaneswari, Narendraduhita, Prajnaparamita, dan Gayatri.
 Raden Wijaya memerintah dengan baik dan bijaksana. Pada awal pemerintahannya ia memberi imbalan kepada orang/panglima yang  membantunya dulu mendirikan Majapahit seperti Arya Wiraraja, Nambi, Lembu Sora, Ranggalawe dan Kebo Anabrang.
 Pengganti Raden Wijaya adalah Jayanegara (1309-1328). Pada masa pemerintahannya terjadi banyak pemberontakan, antara lain yang dilakukan Juru Demang (1313), Gajah Biru (1314), Nambi (1314), Semi (1318) dan Kuti (1319). Ketika terjadi pemberontakan Kuti, Jayanegara terdesaK dan mengungsi di Badander disana diselamatkan oleh pasukan pengawal raja (Bhayangkari) dibawah pimpinan Gajah Mada.
Atas jasanya, Gajah Mada diangkat menjadi Patih Kahuripan. Tahun 1328 Jayanegara dibunuh oleh Tanca tabib istana dan digantikan oleh Tribhuwanatunggadewi.
 Pada masa pemerintahn Tribhuwanatunggadewi terjadi beberapa kali pemberontakan antara lain yang dipimpin oleh Sadeng dan Keta.  Pemberontakan tersebut kembali dapat ditumpas oleh Gajah Mada sehingga dirinya diangkat menjadi Mahapatih atau Perdana Mentri. Pengganti Tribhuwanatunggadewi adalah putranya yaitu Hayam Wuruk. Pada masa pemerintahanya ia dibantu Gajah Mada,  Majapahit mencapai puncak kejayaanya. Wilayah kekuasaanya meluas keseluruh nusantara dan Asia Tenggara.
 Setelah Hayam Wuruk wafat tidak ada penggantinya yang cakap, akibatnya terjadi perang saudara (Perang Paregreg), yaitu perang antara Bhre Wirabumi dan Wikrama Wardhana. Beberapa faktor yang menjadi penyebab Majapahit runtuh selain perang saudara adalah banyaknya negara bawahan yang berusaha lepas dari Majapahit dan mulai mundurnya sektor perdagangan.
Peninggalan-peninggalan
Peninggalan-peninggalan sejarah Kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Budha di berbagai daerah
Peninggalan sejarah yang bercorak Hindu-Budha dapat dijumpai di hampir seluruh wilayah Indonesia kecuali di Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.
1. Prasasti
2. Candi
3. Patung Arca (dari batu, logam)
4. Kitab
Prasasti  (batu bertulis)
Disetiap kerajaan yang ada di Indonesia memiliki peninggalan berupa prasasti. Prasasti  (batu bertulis)yang di temukan diantaranya ada yang berhuruf pallawa berbahasa sansekerta,berbahasa Jawa kuno dan Melayu kuno. Contonya antara lain:
  1. Prasasti huruf pallawa bahasa Sansekerta :
    Yupa, prasasti Muarakaman (Kerajaan Kutai), prasasti Ciaruteun, Kebon Kopi, Jambu, Pasir Awi, Tugu, Cidanghiang (Kerajaan Tarumanegara), Prasasti Tuk Mas (Kerajaan Holing), Prasasti Canggal, Mantyasih, Wanua Tengah III, Sojomerto, Sangkhara, Kalasan,Klurak (Kerajaan Mataram Kuno).
  2. Prasasti huruf pallawa bahasa Melayu Kuno :
    Prasasti Kedukan Bukit, Talang Tuo, Kota Kapur, Karang Berahi, Telaga Batu (Kerajaan Sriwijaya)
  3. Prasasti huruf Pranagari dan Bali kuno bahasa Sansekerta :
    Prasasti Sanur (Kerajaan Bali)
CANDI
Istilah candi berasal dari salah satu nama untuk Dewi Durgha (dewi maut) yaitu Candika, ini ada kaitannya dengan fungsi candi sebagai tempat untuk memuliakan raja yang telah wafat. Yang disimpan di candi bukan mayat/abu jenazahnya namun benda-benda seperti potongan-potongan logam, batu-batuan dan sesaji yang ditempatkan dalam wadah (pripih). Pripih inilah yang ditanam di dasar candi.
Candi dalam agama Hindu berfungsi sebagai makam, sedangkan dalam agama Budha candi sebagai tempat pemujaan tidak ada pripih. Didalam candi Budha tidak ada arca yang jadi perwujudan Dewa.
Pengelompokan candi yang terdapat di pulau Jawa erat kaitannya dengan alam pikiran dan susunan masyarakatnya. Candi di Indonesia ada yang dibangun berdiri sendiri dan ada yang berkelompok. Contoh candi yang berdiri sendiri adalah Borobudur dan candi yang berkelompok adalah candi Prambanan.
Candi-candi di Indonesia dapat dibagi menjadi 3 jenis :
  1. Jawa Tengah bagian Utara (Candi-candi di komplek Dieng dan candi-candi di Gedung Songo)
  2. Jawa Tengah bagian Selatan (Candi Kalasan, candi Mendut, candi Pawon, dan lain-lain)
  3. Jawa Timur (contoh candi Panataran) termasuk didalamnya candi yang ada di Bali dan Sumatra Tengah (Muara Takus)


Bersamaan dengan pembuatan candi, berkembang pula keahlian seni ukir, dapat dilihat pada pahatan batu pada dinding candi. Pahatan yang sering ditemukan antara lain berupa makhluk ajaib, tumbuh-tumbuhan, daun-daunan, sulur-sulur, bunga teratai (baik yang kuncup maupun yang mekar). Beberapa candi diantaranya:
ARCA/PATUNGArca (patung dewa) berhubungan erat dengan agama Hindu/Budha. Arca ada yang terbuat dari batu contohnya arca Airlangga (dari kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur), Kertarajasa Jayawardhana patung perwujudan raja pendiri kerajaan Majapahit , Prajna Paramitha perwujudan Ken Dedes dari kerajaan Singosari,  dan lain-lain. Selain dari batu ada pula yang terbuat dari logam (emas, perunggu, perak). Umumnya berukuran kecil namun ada arca Budha dari perunggu yang ukurannya sebesar manusia bahkan ada.
SENI BANGUNANBentuk peninggalan Hindu-Budha berupa bangunan terdiri dari seni bangunan yang menunjang kegiatan keagamaan , misalnya candi, serta bangunan yang tidak berkaitan dengan kegiatan keagamaan, antara lain berupa reruntuhan keraton, petirtaan, dan gapura. Peninggalan seni bangunan bercorak Hindu-Budha di Indonesia :
  1. Keraton : rumah tempat tinggal raja atau ratu beserta keluarganya. Misalnya keraton kuno Majapahit  diperkirakan terletak didaerah Trowulan, Mojokerto.
  2. Gapura : bangunan yang berupa pintu gerbang ada yang beratap serta berdaun pintu dan ada yang menyeruai candi yang terbelah dua. Misalnya gapura, Wringin Lawang di Trowulan.
  3. Wihara : tempat tinggal para biksu.
  4. Petirtaan : tempat pemandian suci yang sering digunakan oleh kalangan istana kerajaan. Misalnya petirtaan di Jolotondo dan Tirta Empul di Bali
KITAB
Hasil kebudayaan selain prasasti, candi, arca/patung ada pula yang berupa karya sastra yang berupa kitab. Beberapa kitab yang dihasilkan diantaranya :
  1. Kerajaan Kediri:
    Bratayudha (Mpu Panuluh dan Mpu Sedah), Arjuna Wiwaha (Mpu Kanwa), Smaradhahana (Mpu Darmaja), Writasanjaya dan Lubdhaka (Mpu Tanakung), Kresnayana, Bhomakavya.
  2. Kerajaan Majapahit :
    Pararaton (berisi riwayat raja-raja Singosari dan Majapahit) , Negara Kertagama (Mpu Prapanca), Sutasoma dan Arjunawijaya (Mpu Tantular), Sorandaka (cerita pemberontakan Sora), Ranggalawe (cerita pemberontakan Ranggalawe), Panjiwijayakrama (cerita riwayat Raden Wijaya) dan Usana Jawa (cerita penaklukan Bali oleh Gajah Mada).