Ied Holiday : Situbondo Beach

♠ Posted by Aryni Ayu
     Hari itu, ya hari itu. Tertanggal dua puluh dua agustus 2012, tanda abad globalisasi kian panjang umurnya. Manusia semakin ragam, ketidakmenentuan menjadi prediksi. Begitu juga yang terjadi dalam perayaan Idul Fitri, sebuah momen besar bagi kaum muslim. Tak peduli warna kulit, adat – istiadat negara mana, ataupun tanggal perayaan yang kadang beda sehari dua hari. Idul fitri tetaplah idul fitri. Perayaan tiada henti, besar – besaran bagi kaum kebanyakan. Silahturahmi ala islam, menjadi tujuan utama. Ketupat, liburan, hingga pulang kampung, menyusul sebagai adat. Tak begitu beda dengan keluarga kami. Tahun ini, tak ada rencana mudik terlalu jauh. Biasanya pergi ke kota B (Banyuwangi), mungkin karena mati kebosanan. Tiap tahun selalu kesana dan terlalu banyak pengeluaran keluar tak semestinya, maka arah menunjukkan kota S (Situbondo) sebagai kunjungan kali ini.             Pagi hari, show time!...
♠ Posted by Aryni Ayu
Etika (Politik) Jawa: Amung Lamis? John Pamberton dalam buku On the Subject of “Java” (1994) mengisahkan kegagalan administrasi-politis untuk melakukan riset pada tahun 1980-an tentang hubungan budaya dan politik Jawa dengan rezim Orde Baru (Soeharto). Tema itu diajukan untuk membaca Jawa dalam pemilu 1982. Kegagalan prosedural justru mengantarkan Pamberton pada studi unik untuk membaca Jawa sebagai konstruksi implikatif terkait dengan pelbagai konteks politik, seni, ekonomi, spiritualitas, dan kultural. Jawa pun terpahami dalam tanda petik karena menjadi tanda penting dalam perpolitikan Indonesia tapi tidak terbuka utuh. Jawa selalu mengandung tabir rahasia untuk minta terjemahan atau penafsiran mutakhir sesuai arus jaman. Kisah kecil dari Pamberton itu patut jadi fragmen awal untuk membaca etika (politik) Jawa saat ini menjelang pemilu. Pamberton penasaran dengan politik semantik Orde Baru dalam memaknai pemilu sebagai “pesta demokrasi”. Pengartian itu adalah ritualisasi...

Chapter 3 - Pending

♠ Posted by Aryni Ayu in
ARYNI AYU PROJECT    Hari ini tak ada yang spesial. Hanya makan sahur bareng keluarga, meski tetek bengeknya batal puasaku, badan ini tak bisa diajak kompromi ternyata. Malam, berharap sampai masuk ke mimpi – mimpi mampu menggapai tangga pertama skripsi, pengajuan judul. Tapi ternyata si dosen hakim itu tak nampak batang hidungnya di kampus tadi pagi, oh god! Andai bisa kuajukan dari minggu kemarin saat pusing – pusingnya menulis karya ilmiah. Saat dosen itu bolak – balik aku tanyai masalah judulku, “pak, saya sudah ke tempat A, dan masalahnya ini itu, bagaimana pak? Pak, bapak sibuk? Saya boleh ngajukan sekarang? Apa jawabnya? “sekarang juga gak apa – apa”, oia pak, saya siapkan formulir dulu. Sambil menggaruk kepala, judul apa yang harus aku ajukan? Aku masih tak ada rasa pak, tapi itu seminggu yang lalu. Sayang beribu sayang, harus aku ajukan sehabis idul fitrinya hari,uh! Belum lagi berliter – liter ingus dari hidung, tak ada habisnya menerjang saat aku...

Chapter 1 - Chapter 2 (dulu sampai 14 Agustus 2012)

♠ Posted by Aryni Ayu in
ARYNI AYU PROJECT Chapter 1 – Rencana Awal Start Beginning (dulu sampai 14 Agustus 2012)                   Aku, seorang Aryni Ayu yang punya harapan besar, mimpi tanpa pagar batas, dan cita – cita setinggi – tingginya cita – cita orang. Apa yang diharapkan orang dari gadis yang sekarang berumur 21 tahun ini? Aku pun tak tahu. Memang, dalam kandang yang tak sebegitu luas alias “di rumah”, “di kampus”, di “sekolah dulu”, aku hanya seorang perempuan yang tertindas keinginannya untuk sekedar ‘bebas’. Ya, kau benar....

Cinta Bhinneka Tunggal Ika

♠ Posted by Aryni Ayu in
Cinta Bhinneka Tunggal Ika Padahal jika bangsa ini mau menoleh lagi pada kesaktian Bhinneka Tunggal Ika, yang isinya mengkultuskan “keberbedaan sebagai perekat, yang patut ‘saling menghargai’ dan ‘menghormati’, maka Indonesia akan benar - benar merdeka.               Indonesia, memang kehadiran namanya sejak Proklamasi Kemerdekaan disuarakan keras – keras tertanggal 17 Agustus 1945 telah resmi menjadi sebuah negara hunian ‘masyarakat Indonesia’. Tak ayal segala lapisan masyarakat kemudian bersorak – sorai menyambut, tanda bahwa kolonial tak pernah lagi berpijak di bumi pertiwi. Ironisnya, selama beberapa kepemimpinan hingga hari ini, “merdeka” – nya Indonesia tercederai oleh konflik sosial yang tak perlu.  Ingatkan kata seorang Mulder bahwa kemerdekaan bagi negara – negara di dunia ketiga hanyalah membawa domain kekuasaan ‘bos putih’ ke ‘bos coklat’. Pahamlah seharusnya, pendapat tersebut cukup terbukti...