♠ Posted by Aryni Ayu in PROSA
Jika banyak duri bermunculan, bolehkah aku tetap tumbuh menjadi bunga?
Biar mulut – mulut sombong itu menjadi bisu. Agar dunia tahu. Inilah
duniaku...
Sepintas,
teringat diri ini saat pertama kali memasuki tahun pertama sebuah universitas.
Ideologi yang terburat oleh masa remaja. Kekakuan prestasi yang masih belum
menemui titik cairnya. Kenakalan – kenakalan, dan kebodohan – kebodohanku di
masa remaja benar – benar ingin aku tebus. Bukan tebusan biasa, jika bisa luar
biasa hingga orang lain tak mampu memandangnya dengan sinis. Aku juga ingat
betapa selongsong proses belajar di masa itu aku sia – siakan, dengan sebuah
apatisisme. Andai mesin waktu telah tercipta, mungkin tak sedetik pun waktu itu
akan kuisi dengan kebodohan. Hingga orang lain punya ‘waktunya sendiri’ untuk
menghina, meremehkan, bahkan menghakimi otak yang kumiliki. Sungguh, sejak
tahun pertama kuliah, semuanya telah aku rancang, sebaik...