♠ Posted by Aryni Ayu in HISTORY PROJECT at 07.33
-Day 15-24 Juni 2011
Pasalnya, para koruptor itu memberi pemasukan besar bagi keuangan Singapura, mereka punya bisnis di negeri tempat hotel prodeo-nya koruptor Indonesia. Tak heran jika kepulangan para tikus kantor ini semakin sulit ditebak.
Ditengah berbagai pressure yang sedang melanda para awak koruptor. Harus kemana besok mereka kabur, dan berapa ya komisi yang kira – kira cukup bagi para elit Singapura agar mampu memfasilitasi hotel prodeo mereka. Bagaimana pula nanti mempersiapkan statement yang berbeda dari faktanya di hadapan public. “Ah, gimana juga nasib teman – teman preman politik saya sekarang yang berada di berbagai instansi pemerintah. Enaknya saya biarin atau saya tutup – tutupin layaknya kasus Gayus kemarin? Aduh, saya stress, dokter, tolong buatin saya surat palsu dong biar mereka iba sama saya..” (haha, just kid :)
Mungkin begitulah action para tokoh koruptor kita yang sekarang sedang stress, menunggu jemputan paksa dari para penegak keadilan. Tunggu sayang, abang mau nyusul nih ke Singapura, jangan kabur lagi ya.haha. But wait, benarkah mereka benar – benar penegak keadilan? Jangan – jangan setali tiga uang, mengingat orang – orang yang akan mereka jemput itu bukan orang miskin, alias berduit. Ingat, negeri ini sedang kebanjiran koruptor!
Malu sekali melihat pemberitaan yang akhir – akhir ini begitu gencar sekali mempromosikan para koruptor di depan publik. Teladan apa sebenarnya yang pantas diambil dari wakil – wakil rakyat ini. Belum lagi masalah kisruh kongres PSSI yang hingga kini masih menjadi pertanyaan besar, apakah ada scenario dibalik itu semua?mengingat salah satu kubu diantara mereka begitu kebakaran jenggot saat kekuasaan mulai bergerak – gerak layaknya kapal Tetanic yang menabrak karang. Masing - begitu mencoba membuat statement dan action, hingga kongres yang layaknya adalah kasta tertinggi diantara rakyat biasa seharusnya bisa berjalan dengan sukses, malah gagal diterpa badai adu mulut. Antara pihak pro dan kontra pencalonan A.P. Bahkan FIFA sebagai pemegang pesepak bola di seluruh dunia pun harus ikut terkena efek domino dari kasus yang terjadi di Indonesia. Antara ketua dan wakil mereka masing – masing memihak dua orang yang sedang bersengketa dalam tubuh PSSI, namun di sisi lain organisasi ini juga meneterapkan sanksi jika ada dua calon ketua yang maju.
Benar – benar permainan yang membingungkan rakyat. Coba lah pertimbangkan bagaimana animo masyarakat kita selama ini yang mulai menaruh kepercayaannya pada persepakbolaan Indonesia. Tapi yah, kita tunggu saja ketegasan dari mereka, permainan politik apalagi yang akan dimainkan.
Itulah tadi sekilas berita dari media nasional dan harus kita kritisi sebagai anak muda Indonesia yang provocative proaktif. Sembari melihat Avril yang sedang sibuk mempersiapkan video single ketiganya berjudul wish you were here, begitu juga dengan Taylor Swift yang baru saja menyelesaikan turnya di Amerika, ditambah lagi melihat hebohnya kegilaan Lady Gaga dalam video klipnya yang berjudul Judas. Pikiran penulis yang sebelumnya sempat tertekan dan suntuk akibat kompleksitas permasalahan yang sedang terjadi, perut juga lapar. Membuat saya berteriak keras, “Aha, Avril, ternyata Singapura itu jadi Hotel Prodeonya para Koruptor kita loh, tolong buatin lagu ya buat para koruptor, pasti laris dah di pasaran Hollywood..”(hihi).
Singapura sebagai Hotel Prodeo Koruptor Indonesia, ya! Statement ini memang benar adanya. Lihat saja di berbagai pemberitaan nasional, banyak media yang menyebutkan realitanya Singapura memang surganya para tokoh koruptor kita. Tentu dibalik kata ‘surga’ atau ‘hotel Prodeo’ ini memiliki makna mendalam. Jika ditilik dari sejarahnya, Singapura dengan kekayaan yang berlimpah memang sejak abad kuno dipergunakan sebagai transito perdagangan Internasional. Baik penjajah, para perompak, ataupun koruptor ala imperialism kuno semuanya berkumpul ditempat itu, mereka memanfaatkan secara maksimal layaknya surga pelindung.
Nah, coba kita analisis sedikit, saat Anda mengetahui ada bom meledak dimana – dimana, teroris mulai diberantas dengan digapnya. Ditambah lagi dukungan dari internasional pun kian gencar tak terkecuali Singapura. Namun saat Indonesia mencoba menggalakan dukungan dari negara – negara tertentu terkait masalah tikus – tikus kantor kepada elit – elit negara itu. Ironis sekali sebagian besar dari pihak internasional itu justru lebih memilih untuk memfasilitasi para perampok uang rakyat, salah satunya Singapura. Menjadi pertanyaan besar sekarang, mengapa hal itu bisa terjadi? Sekali lagi berdasarkan analisis dari para pengamat politik, perampok- perampok yang berlindung dibalik kebesaran Singapura itu adalah orang – orang berduit dan memiliki koneksi cukup besar dengan elit – elinya. Tentu koneksi ini apalagi jika bukan menyangkut masalah keuntungan dan uang.
Sekali lagi tentang koruptor, realitanya kini dibantu oleh para elit Singapura yang siap memfasilitasi para tokoh kita yang tidak tahu malu itu. Memang terlalu vulgar dan berani jika saya menuliskan ranah yang sedemikian gencar dibicarakan ini. Namun apa daya ditengah penegakkan aspirasi rakyat yang kian demokrasi, ironis sekali jika kekritisan tidak digunakan secara maksimal. Apalagi jika membahas tentang permasalahan jemput – menjemput koruptor. Sampai hari ini, masih saja menemui penundaan. Kabarnya KPK akan menjemput, lalu pihak yang lain pun mengemukakan hal senada di depan public, tapi hasilnya tetap saja meragukan. Harus ada perjanjian ekstradisi yang dipenuhi Indonesia untuk menjemput koruptor itu. Sampai – sampai para analisis politik, pakar hukum pidana, bahkan pihak DPR pun harus meluangkan waktu mereka untuk memberi penjelasan sekali lagi di depan media. Bagaimana tentang prosedur dan apakah hasil dari ekstradisi tersebut nantinya akan berhasil memboyong para koruptor itu pulang ke Indonesia. Tidak menutup kemungkinan nantinya Indonesia akan diremehkan oleh pihak Singapura atas ekstradisi yang diselanggarakan. Pasalnya, para koruptor itu memberi pemasukan besar bagi keuangan Singapura, mereka punya bisnis di negeri tempat hotel prodeo-nya koruptor Indonesia. Tak heran jika kepulangan para tikus kantor itu semakin sulit ditebak. Benar – benar unik, negeri yang dulu selalu didera kejamnya para penjajah hingga banyak para elit dan tokoh masyarakat berjuang mati – matian untuk membawa nama besar Indonesia ke dunia internasional. Kini harus ternoda oleh penjajah era modern yang lebih pintar merampok uang rakyat yang lebih kejam dibanding para penajajah Belanda ataupun Jepang!
0 komentar:
Posting Komentar