Cover, pentingkah?

♠ Posted by Aryni Ayu in
Cover yang memang menggoda, menarik perhatian, dan membuat manusia serasa sempurna, bukankah itu juga berguna untuk menutupi bobrok – bobrok yang kita punya? Benarkah manusia bahagia dengan sebuah cover?             Hukum majalah menyatakan “cover itu menjual”, menjual isi, ragam, dan harganya. Seperti manusia yang ada di bumi ini, wajah – wajah yang tak pernah mungkin tidak memakai cover. Seperti wanita memakai gincu, bedak, atau pewarna alis. Laki – laki metroseksual yang sangat mementingkan baju apa yang dipakai. Atau para profesionalitas lain yang butuh cover untuk sebuah pengakuan. Semua orang di dunia rasa – rasanya membutuhkan pembungkus lain selain dirinya sendiri. Pertanyaannya, pentingkah?             Seberapa banyak perasaan yang kita pakai untuk memakai sebuah cover? Membentuk seakan – akan kita adalah patung sexy yang menggoda. Menyerai bagaikan...

Bolehkah Jika Wanita Tidak Memilih sebagai Emas?

♠ Posted by Aryni Ayu in
Emas memang begitu berharga, namun jika itu membuat wanita serasa dipenjara dan tak punya kebebasan, bolehkah kita tidak usah memilih sebagai emas?            Semua tahu jika wanita itu selalu dan wajib untuk menjunjung tinggi kehormatan. Apalagi saat tata adat Jawa begitu eratnya mengatur pembawaan para wanita di depan publik, wanita seakan harus membuat tembok emasnya sendiri. Dari tata cara berpakaian, tingkah laku, hingga sosialisasi, semuanya diatur. Dan menurut aturan, semuanya tak boleh melewati batas. Jika pun terlewat, caci dan maki tak jarang harus ditanggung. Intinya, wanita itu emas, yang tak boleh disepuh sembarangan. Ingatkah kita di suatu dulu mahluk yang disebut wanita ini tak boleh sedikit pun keluar bila malam telah tiba? Tak boleh berbicara atau bersifat terbuka kepada kaum laki – laki? Berpakaian menutupi aurat? Juga amat sangat ‘wajib’ menjaga wibawanya di depan masyarakat? Bukankah ini peraturan yang...

Thinking Out The Box

♠ Posted by Aryni Ayu in ,
Itulah sebabnya mengapa para ilmuwan, seniman, ataupun para pemikir besar sangat sedikit jumlahnya jika dibandingkan manusia umum di bumi ini. Karena mereka berpikir diluar kotak Rutinitas hanya membuat kita jatuh ke liang lahat, dan ‘tak terduga’ akan mendorong kita untuk bangkit dari liang lahat             Pernahkah Anda merasa nyaman – nyaman saja dengan kehidupan Anda? Seberapa sering tantangan yang Anda hadapi setiap harinya? Atau Anda adalah orang yang sering mengistirahatkan otak?            ...

Dahsyat-nya Terima Kasih

♠ Posted by Aryni Ayu in
12 March 2013 Dan terima kasih bagi banyak orang lain yang mampu membuat hidup kita menjadi lebih mudah Arigato, matur nuhun, thank you, gracias, sederet bahasa lainnya seakan tak pernah habis di bumi ini agar kita mau mengucapkan kata ajaib itu kepada orang lain. Apakah pernah melintang dalam pikiran kita tentang dahsyatnya sebuah terima kasih? Penulis tahu jika ini memang tidak perlu dipersoalkan, semua orang sudah tahu tapi jarang yang mau memaknai, benar tidak? Bukan menggurui, tapi membelajari agar adat istiadatnya tak pernah luput dari ucapan terima kasih. Bukankah Belanda yang terkenal sangat kolonial itu juga setidak – tidaknya mau memberikan ‘sedikit’ warisan Politik Etisnya sebagai ucapan terima kasih kepada Indonesia? R.A Kartini, ratu emansipasi kita yang sangat berterima kasih kepada Nyonya Abendemon (seorang berkebangsaan Belanda) karena mau membantunya untuk meneruskan surat – surat emansipasinya kepada elit Belanda. Berkatnya, wanita Indonesia sekarang...

Titik Jenuh

♠ Posted by Aryni Ayu in
Titik Jenuh Saturday, 9 March 2013 Aku aku dan aku. Aku kenal siapa diriku yang dulu, Aryni. Seorang yang keras, berani, kreatif, ambisius, dan cepat bertindak untuk menghadapi segala isi dunia. Terbiasa mengelola kebosanan, menjadi sebuah pekerjaan. Seorang pemimpin yang sering memimpin kehidupan orang. Selongsong semangat yang tak pernah habis oleh rapuhnya jaman selalu ada di setiap gerakku. Hingga, diri ini banyak dijadikan tolak ukur sekaligus musuh bagi banyak orang. Toh, orang cerdas mana yang tak punya musuh? Jika kau tidak punya musuh, artinya kau tidak berkompeten. Aku ingat detik – detik disaat orang meminta beberapa kesibukan dariku, untuk sekedar mengurangi rasa bosan yang tak pernah kualami. Aku juga tak pernah lupa, kalau – kalau selalu maju untuk menghadapi orang tak punya moralitas. Dari perdebatan yang dilakukan terhadapku oleh seorang lektor untuk membela mahasiswa kesayangannya. Mengambil resiko besar untuk mencintai orang yang salah. Dan berani menentang...