WAWASAN PRODUKTIVITAS SISWA

♠ Posted by Aryni Ayu in
SOAL SUSULAN :
PETA PENYEBARAN ISLAM KE INDONESIA 

Kedatangan dan penyebaran agama Islam di Indonesia dilakukan oleh beberapa pihak, seperti bangsa Arab, bangsa Gujarat, serta Persia. Para penyebar agama Islam dari berbagai bangsa tersebut telah menempuh ribuan kilometer hingga tiba di Indonesia. Hambatan berupa alam, kondisi cuaca, dan keselamatan jiwa mengancam perjalanan mereka ke Indonesia. Apa yang mendorong kedatangan mereka (latar belakang) ke Indonesia? Semangat apa yang bisa Anda tiru dalam proses kedatangan mereka ke Indonesia? Renungkan dan Tulis pendapat kalian di kertas kerja kalian.

Terjebak Rutinitas

♠ Posted by Aryni Ayu in

Ada benarnya globalisasi itu yang berkawan dengan liberalisme. Satu kata untuk mereka, kebebasan!

Bukan gelar ‘gurunya’ yang harus dipersalahkan, tapi rutinitas!

  Seorang artis keluaran sinetron Amerika “Dont Trust B* in Apartment 23” berkata, “jika ada sesuatu hal diluar rencana hidupmu itu muncul, bukan berarti hal itu kesalahan, just catch it and changes the world!”

            Tahulah aku mengapa harus menuliskan segelumit panjang – panjang kata mengenai makna kehidupan. Pramoedya Ananta Toer mengingatkan, “sepintar – pintarnya manusia, jika tak pernah menulis, maka dirinya akan hilang dari sejarah”. Ya, aku hanya menganggukan semboyan itu sekali – sekali bilamana dibutuhkan. Detik ini juga, jemari tak bisa berhenti menorehkan huruf demi huruf, kata – kata demi kata tentang banyak hal. Apa lagi jika bukan hati dan pikiran sedang gelisah, lusuh hati, dan lusuh kemauan. Semangat yang biasanya berkoar – kobar mengalahkan terangnya matahari, dan panasnya kompor, seakan padam tanpa abu. Juga hal – hal mengenai kebebasan berkarya, kebebasan ruang waktu, pun sebebas – bebasnya keinginan, detik ini pula berhenti mendetikkan ruhnya.

            Hari berganti hari, layaknya soundtrack dari sinetron galaunya “tersanjung’, tidak juga berganti dengan nyata baru. Adanya hanya segelumit, yang selalu berputar – putar menjadi segelumit itu juga. Bagaikan waktu yang telah habis namun tak menemui suksesnya, peradaban telah runtuh. Membayangkan gemilangnya Majapahit, kuatnya maritim Sriwijaya, mewahnya peradaban Yunani – Romawi, aku terpanah, ingin menjadi seorang yang kompleks tanpa cela. Namun mimpi tetap mimpi, manusia hanya bisa mendekati. Persis seperti kata Herodotus, “Sejarah tak bisa menemui titik benarnya, hanya mendekati”, itulah diriku.

            Hingga di suatu pagi dingin, matahari melambai hangatnya, angin tak bertiup kencang. Aku berhayal, menjadi seorang superstar, selevel Avril Lavigne, Jennifer Lopes, Nickelback, dan kawan – kawan. Menepis kegelapan dalam pikiran. Melambungkan segenap imajinasi. Andai, andai, dan andai. Ya, hanya berandai – andai menghadapi realita akhir – akhir ini. Ada benarnya globalisasi itu yang berkawan dengan liberalisme. Satu kata untuk mereka, kebebasan! Segelumit kata yang benar – benar sulit tampaknya untuk digapai. Belum lagi menyesuaikan diri dengan orang lain, sesuaikan ingin dan pikir seseorang, bukan sesuatu yang pantas untuk digampangkan. Jika diri ini menginginkan pembaharuan tiap hari, kreativitas yang tak pernah mati, dan segenap kebebasan berpikir, lingkungan hanya sedikit saja mendukung.

            Bayangkan saja, dulu, semasa remaja, tak pernah ada ingin sedikit saja diriku ini untuk menjadi seorang guru. GURU! Seorang yang digugu dan ditiru. Artinya, seolah – olah tindakan guru tak boleh sedikit saja ‘ngawur’. Harus patuh, penampilan tak boleh banyak macamnya, dan tentu saja terjebak rutinitas! Hal yang sangat sangat sangat diluar kata favorit. Semestinya tak boleh lah manusia meratapi faktanya, tapi apa boleh jadi jika memang benar – benar ada dalam bayang kesuntukan. Semenjak pagi menunjukkan angka 7, pagar tertutup untuk boleh keluar masuk. Pakaian pun seragam, tanda kemonotunan telah dimulai! Harus mengikuti peraturan sekolah, sinisan guru bila sewaktu – waktu diantara kita bersalah, dan siap bercapek ria ketika sekolah membutuhkan, maklum, guru – guru praktek. Pun akhir – akhir ini batin juga merasa sangat terbebani. Bukan hanya karena menjadi pimpinan diantara guru – guru praktek itu, tapi juga harus menanggung sekompleks tanggung jawab sebagai guru. Bukan gelar ‘gurunya’ yang harus dipersalahkan, tapi rutunitas! Bahkan saat aku ingin menerapkan sesuatu yang baru, rasanya diri ini tak berhak. Bukan hanya masih bocah, tapi juga karna masih ‘muda’, mungkin. Tuhan, lepaskan semuanya dari keterbosanan. Aku tak tak mau terjadi realitas. Realitas bukanlah rutinitas. Setiap hari adalah hari baru, aku sungguh tak mau rutinitas!

            Seorang artis keluaran sinetron Amerika “Dont Trust B* in Apartment 23” berkata, “jika ada sesuatu hal diluar rencana hidupmu itu muncul, bukan berarti hal itu kesalahan, just catch it and changes the world!” well, aku mulai mengerti apa arti rutinitas, di lain hari, aku siap membuat kejutan!

Surya Majapahit

♠ Posted by Aryni Ayu

SURYA MAJAPAHIT (LAMBANG KERAJAAN)

Surya Majapahit (Matahari Majapahit) adalah lambang kerajaan Majapahit yang kerap kali ditemukan pada reruntuhan bangunan masa Majapahit. Lambang ini mengambil bentuk matahari bersudut delapan dengan bagian lingkaran di bagian tengah yang menampilkan dewa-dewa agama Hindu. Lambang ini membentuk diagram kosmologi yang disinari jurai matahari khas “Surya Majapahit”, atau lingkaran matahari dengan bentuk jurai yang khas. Karena begitu populernya lambang matahari ini, maka para ahli arkeologi menduga bahwa lambang ini berfungsi sebagai lambang Negara Majapahit.

Bentuk paling umum dari Surya Majapahit terdiri dari gambar sembilan dewa dan delapan berkas cahaya matahari. Lingkaran di tengah menampilkan sembilan dewa agama Hindu yang disebut dengan Dewata Nawa Sanga. Dewa-dewa utama di bagian tengah ini diatur dalam posisi delapan arah mata angin dan satu di bagian tengahnya. Dewa-dewa ini diatur dalam posisi : Tengah Siwa, Timur Iswara, BaratMahadewa, Utara Whisnu dan Selatan Brahma, Timur Laut Sambhu, Barat LautSangkara, Tenggara Mahesora, Barat Daya Rudra.

Dewa-dewa pendamping lainnya terletak pada lingkaran luar matahari dan dilambangkan dengan delapan jurai sinar matahari, yaitu  :
DEWA KUWERA bertahta di Utara, DEWA ISANA di Timur Laut, DEWA INDRA di Timur, DEWA AGNI di Tenggara, DEWA YAMA di Selatan, DEWA SURYA/NRTTI di Barat Daya, DEWA VARUNA di Barat, DEWA BAYU/NAYU/VAYU di Barat Laut .

Dewa Kuwera (Kuvera) dalam agama Hindu adalah dewa pemimpin golongan bangsa Yaksa atau Raksasa, meskipun demikian ia lebih istimewa dan yang utama diantara kaumnya. Ia bergelar “bendahara para Dewa” sehingga ia disebut juga Dewa Kekayaan.
Kuwera merupakan putera dari seorang resi sakti bernama Wisrawa, ia satu ayah dengan Rahwana namun lain ibu. Ia menjadi raja di Alengka menggantikan Malyawan.

Dewa Indra dalam agama Hindu adalah dewa cuaca dan raja kahyangan, oleh orang-orang bijaksana ia diberi gelar dewa petir, dewa hujan, dewa perang, raja surga, pemimpin para dewa dan masih banyak lagi sebutannya. Dia adalah dewa yang memimpin delapan Wasu, yaitu delapan dewa yang menguasai aspek-aspek alam. Dia juga pemimpin para dewa dalam menghadapi kaum raksasa, dan dikenal pula sebagai dewa yang menaklukkan tiga benteng musuhnya (Tripuramtaka). Ia memiliki senjata yang disebut Bajra (diciptakan oleh Wismakarma dengan bahan tulang Resi Dadici), kendaraannya seekor gajah-putih yang bernama Airawata, isterinya bernama Dewi Saci. Dalam agama Budha ia disamakan dengan Sakra.

Dewa Agni dalam agama Hindu adalah dewa api, dan dalam kitab suci Hindu ia disebut sebagai dewa pemimpin upacara. Dewa Agni ini digambarkan sebagai dewa yang badannya berwarna merah, rambutnya adalah api yang berkobar, berkepala dua dan selalu bersinar, berdagu tajam, bergigi emas, memiliki enam mata, tujuh tangan, tujuh lidah, empat tanduk, tiga kaki dan mengendarai biri-biri. Konon Dewa Agni adalah putera Dewa Dyaus dan Pertiwi.

Dewa Yama adalah dewa penjaga neraka dalam agama Hindu dan Budha. Dalam ajaran Hindu, Dewa Yama merupakan manifestasi dari Brahman yang bergelar sebagai Dewa Akhirat, Hakim Agung yang mengadili roh orang mati, untuk mempertimbangkan apakah suatu roh layak mendapat surga atau sebaliknya, mendapat neraka.
Dewa Yama dilukiskan sebagai seorang tua yang berkuasa di singgasana neraka, memiliki dua wajah yang tidak terlihat sekaligus. Wajah yang sangar dan menyeramkan akan terlihat oleh roh orang-orang yang hidupnya penuh dengan perbuatan salah, sedangkan wajahnya yang lembut akan terlihat oleh roh-roh yang hidupnya penuh dengan perbuatan baik.

Dewa Surya adalah dewa matahari yang diadaptasi sebagai dewa yang mengatur atau menguasai surya atau matahari dan diberi gelar Bhatara. Ia mengendari kereta yang ditarik oleh tujuh ekor kuda, memiliki kusir yang bernama Aruna saudara Garuda, putera Dewi Winata.
Dewa Surya menjadi tumpuan mahluk hidup di alam dunia ini terutama tumbuhan dan hewan. Ia juga terkenal sakti mandraguna dan menjadi salah satu dewa andalan di kahyangan. Ia juga terkenal senang memberikan pusaka-pusaka atau ajian-ajian yang dimilikinya kepada orang-orang yang dipilihnya.

Dewa Varuna (Baruna) adalah manifestasi Brahman yang bergelar sebagai dewa air, penguasa lautan dan samudra. Menurut kepercayaan Hindu, Baruna menguasai hukum alam yang disebut Reta. Ia mengendarai mahluk yang disebut Makara (setengah buaya setengah kambing). Isterinya bernama Baruni, yang tinggal di istana mutiara. Oleh orang bijaksana, Dewa Baruna disebut juga sebagai Dewa Langit, Dewa Hujan dan dewa yang menguasai hukum.

Mantra untuk Dewa Baruna  :
AGNUM SU TUBHYAM VARUNA SVADHAVO
HRDI STOMA UPASRITAS CID ASTU SAM NAH KSEME SAM U YOGE NO ASTU
YUYAM PATA SVASTIBHIH SADA NAH.

Artinya  :
Semoga pujaan ini berkesan pada-mu, O Waruna yang bebas
Semoga kami selamat dalam beristirahat, semoga kami selamat dalam bekerja,
Lindungilah kami dengan berkahmu,

Dewa Bayu adalah dewa utama yang bergelar sebagai Dewa Angin yang merupakan salah satu unsur dari Panca Maha Bhuta, lima elemen dasar dalam ajaran agama Hindu. Ia bertempat tinggal di Khayangan Panglawung, ditugaskan untuk mengatur serta menguasai angina. Pada jaman  Treta Yuga, Bhatara Bayu menjadi guru Hanoman agar kera tersebut menjadi sakti. Pada jaman Dwapara Yuga, Bhatara Bayu menurunkan Wrekudara (Bima), cirri dari murid ataupun keturunannya adalah memiliki “kuku pancanaka”. Ia mempunyai tunggangan berupa Antilop.

Dewa Siwa adalah salah satu dari tiga dewa utama (Trimurti) dalam agama Hindu, ia merupakan dewa pelebur, bertugas melebur segala sesuatu yang telah usang dan tidak layak berada di dunia fana lagi sehingga harus dikembalikan kepada asalnya (Panca Maha Bhuta). Ia memiliki ciri-ciri khusus yaitu : bertangan empat masing-masing memegang trisula, cemara, tasbih/gnitri dan kendi, bermata tiga (trinetra), pada hiasan kepalanya tedapat ardha Chandra (bulan sabit), ikat pinggangnya dari kulit harimau, hiasan di lehernya dari ular kobra, kendaraannya lembu andini. Ia memiliki putera Dewa Kumara, Dewa Kala dan Dewa Ganesa, memiliki empat isteri yaitu Dewi Parwati, Dewi Uma, Dewi Durga dan Dewi Kali.

Hiasan Surya Majapahit ini dapat ditemukan pada langit-langit Candi Penataran di bagian Garbhagriha (ruangan tersuci), dan candi-candi lainnya seperti Candi Bangkal, Candi Sawentar dan Candi Jawi, dan juga diketemukan pada batu-batu nisan yang berasal dari Majapahit di wilayah Trowulan.