♠ Posted by Aryni Ayu in PROSA
Ada benarnya globalisasi itu yang berkawan dengan liberalisme. Satu kata untuk mereka, kebebasan!
Bukan gelar ‘gurunya’ yang harus dipersalahkan, tapi rutinitas!
Seorang artis keluaran sinetron Amerika “Dont Trust B* in Apartment 23” berkata, “jika ada sesuatu hal diluar rencana hidupmu itu muncul, bukan berarti hal itu kesalahan, just catch it and changes the world!”
Tahulah aku
mengapa harus menuliskan segelumit panjang – panjang kata mengenai makna
kehidupan. Pramoedya Ananta Toer mengingatkan, “sepintar – pintarnya manusia,
jika tak pernah menulis, maka dirinya akan hilang dari sejarah”. Ya, aku hanya
menganggukan semboyan itu sekali – sekali bilamana dibutuhkan. Detik ini juga,
jemari tak bisa berhenti menorehkan huruf demi huruf, kata – kata demi kata
tentang banyak hal. Apa lagi jika bukan hati dan pikiran sedang gelisah, lusuh
hati, dan lusuh kemauan. Semangat yang biasanya berkoar – kobar mengalahkan
terangnya matahari, dan panasnya kompor, seakan padam tanpa abu. Juga hal – hal
mengenai kebebasan berkarya, kebebasan ruang waktu, pun sebebas – bebasnya
keinginan, detik ini pula berhenti mendetikkan ruhnya.
Hari
berganti hari, layaknya soundtrack dari sinetron galaunya “tersanjung’, tidak juga
berganti dengan nyata baru. Adanya hanya segelumit, yang selalu berputar –
putar menjadi segelumit itu juga. Bagaikan waktu yang telah habis namun tak
menemui suksesnya, peradaban telah runtuh. Membayangkan gemilangnya Majapahit,
kuatnya maritim Sriwijaya, mewahnya peradaban Yunani – Romawi, aku terpanah,
ingin menjadi seorang yang kompleks tanpa cela. Namun mimpi tetap mimpi,
manusia hanya bisa mendekati. Persis seperti kata Herodotus, “Sejarah tak bisa
menemui titik benarnya, hanya mendekati”, itulah diriku.
Hingga di
suatu pagi dingin, matahari melambai hangatnya, angin tak bertiup kencang. Aku berhayal,
menjadi seorang superstar, selevel Avril Lavigne, Jennifer Lopes, Nickelback,
dan kawan – kawan. Menepis kegelapan dalam pikiran. Melambungkan segenap
imajinasi. Andai, andai, dan andai. Ya, hanya berandai – andai menghadapi
realita akhir – akhir ini. Ada benarnya globalisasi itu yang berkawan dengan
liberalisme. Satu kata untuk mereka, kebebasan! Segelumit kata yang benar –
benar sulit tampaknya untuk digapai. Belum lagi menyesuaikan diri dengan orang
lain, sesuaikan ingin dan pikir seseorang, bukan sesuatu yang pantas untuk
digampangkan. Jika diri ini menginginkan pembaharuan tiap hari, kreativitas
yang tak pernah mati, dan segenap kebebasan berpikir, lingkungan hanya sedikit
saja mendukung.
Bayangkan saja,
dulu, semasa remaja, tak pernah ada ingin sedikit saja diriku ini untuk menjadi
seorang guru. GURU! Seorang yang digugu dan ditiru. Artinya, seolah – olah
tindakan guru tak boleh sedikit saja ‘ngawur’. Harus patuh, penampilan tak
boleh banyak macamnya, dan tentu saja terjebak rutinitas! Hal yang sangat
sangat sangat diluar kata favorit. Semestinya tak boleh lah manusia meratapi
faktanya, tapi apa boleh jadi jika memang benar – benar ada dalam bayang
kesuntukan. Semenjak pagi menunjukkan angka 7, pagar tertutup untuk boleh
keluar masuk. Pakaian pun seragam, tanda kemonotunan telah dimulai! Harus
mengikuti peraturan sekolah, sinisan guru bila sewaktu – waktu diantara kita
bersalah, dan siap bercapek ria ketika sekolah membutuhkan, maklum, guru – guru
praktek. Pun akhir – akhir ini batin juga merasa sangat terbebani. Bukan hanya
karena menjadi pimpinan diantara guru – guru praktek itu, tapi juga harus menanggung
sekompleks tanggung jawab sebagai guru. Bukan gelar ‘gurunya’ yang harus
dipersalahkan, tapi rutunitas! Bahkan saat aku ingin menerapkan sesuatu yang
baru, rasanya diri ini tak berhak. Bukan hanya masih bocah, tapi juga karna
masih ‘muda’, mungkin. Tuhan, lepaskan semuanya dari keterbosanan. Aku tak tak
mau terjadi realitas. Realitas bukanlah rutinitas. Setiap hari adalah hari
baru, aku sungguh tak mau rutinitas!
Seorang
artis keluaran sinetron Amerika “Dont Trust B* in Apartment 23” berkata, “jika
ada sesuatu hal diluar rencana hidupmu itu muncul, bukan berarti hal itu
kesalahan, just catch it and changes the world!” well, aku mulai mengerti apa
arti rutinitas, di lain hari, aku siap membuat kejutan!