Nutrisi yang Cocok Saat Sedih, Bosan, Lelah dan Sensitif

♠ Posted by Aryni Ayu in
Perubahan suasana hati alias moodsangat mempengaruhi aktivitas sehari-hari, terlebih lagi bagi wanita. Untuk mengatasi perubahanmood tersebut, makanan dengan nutrisi sehat dan tepat menjadi salah satu solusinya.

berikut beberapa nutrisi yang tepat untuk mengatasi suasana hati:

1. Nutrisi saat sedang sedih
Ketika Anda sedang sedih, cobalah mengonsumsi makanan ringan yang rendah protein, rendah lemak tapi tinggi karbohidrat.

Alasannya karena ketika makanan tinggi karbohidrat tidak terhambat oleh protein atau lemak, maka asam amino triptophan akan meningkat di otak dan berubah menjadi serotonin, yaitu neurotransmiter yang menstimulasi suasana hati dan membatasi keinginan makan (carving).

Contohnya, popcorn, havermut polos dengan sedikit susu dan madu, serta bagel (sejenis donat) dengan irisan pisang.

2. Nutrisi saat sedang depresi
Perasaan terharu dan depresi bisa diredakan makanan yang kaya dengan omega-3, yang banyak ditemukan dalam lemak sehat yaitu lemak ikan, seperti salmon, herring dan tuna.

3. Nutrisi saat sedang bosan
Saat bosan, secangkir kopi dapat merangsang sistem saraf untuk tetap waspada dan lebih mudah berkonsentrasi. Namun, jangan membiasakan diri bergantung dengan kafein. Batasi diri untuk tidak mengonsumsi kopi lebih dari 3 cangkir (5 ons) sehari.

4. Nutrisi saat sedang sensitif atau mudah tersinggung
Ketika Anda sedang mudah tersinggung, seperti pada wanita yang sedang mengalami PMS (pre-menstruasi syndrome), cobalah makan dengan tidak lebih dari 5000 kalori dan mengandung lebih banyak mineral tembaga.

Contoh diet kaya tembaga antara lain ayam, pisang dan alpukat.

5. Nutrisi saat sedang kelelahan berat
Orang yang mudah merasa lelah sangat mungkin mengalami kekurangan zat besi atau anemia. Anemia adalah kekurangan gizi yang paling umum di dunia dan sangat umum di kalangan wanita usia subur.

Orang yang mengalami kondisi kelelahan sebaiknya banyak makan makanan yang kaya zat besi, seperti kacang, biji-bijian dan sayur-sayuran. Selain itu, zat besi juga banyak terkandung dalam udang, ikan, ayam tanpa kulit atau daging kalkun

Tips sehat, segar & bebas bau mulut selama berpuasa

♠ Posted by Aryni Ayu in


Pada bulan Ramadhan, umat muslim diwajibkan untuk berpuasa tidak makan dan minum dari terbit fajar sampai tenggelam matahari.Banyak yang menggunakan alasan tubuh lemas karena kurang makan sehingga berakibat terhadap menurunnya produktivitas kerja sehari-hari. Dengan alasan tersebut, kemudian timbul perilaku tidak sehat yang dilakukan tanpa sadar dan menjadi kebiasaan selama berpuasa.
Agar tidak lemas, timbul kebiasaan makan sahur yang banyak dilanjutkan dengan makan berlebihan saat berbuka, kurangnya konsumsi buah-buahan dan sayuran, tidur seharian sampai tidak berolahraga. Akibatnya, tanpa disadari berat badan terus meningkat dan kondisi tubuh menjadi kurang fit.

SEHAT & SEGAR
Untuk menghindari kebiasaan kurang sehat, perlu pengaturan makan dan minum pada saat sahur atau berbuka puasa, agar tubuh kita tetap sehat dan segar sepanjang hari selama berpuasa.
Pada saat berpuasa bahan makanan penghasil energi utama seperti karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan protein yang masuk ke tubuh kita relatif tidak sebanyak hari-hari biasa.
Berikut ini beberapa tips khusus saat sahur dan berbuka puasa agar tubuh kita tetap sehat dan segar selama bulan puasa sehingga terhindar dari kebiasaan yang kurang sehat:

Saat Sahur:
Jangan lupa selalu mengkonsumsi makanan bergizi baik pada saat sahur atau berbuka puasa. Walau menu sederhana, yang penting mengandung lima unsur gizi lengkap seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral.
Agar Anda mampu menahan rasa lapar, perbanyaklah mengkonsumsi jenis makanan berserat yang banyak terdapat dalam sayur dan buah. Tubuh kita memerlukan waktu lebih lama untuk mencerna makanan yang banyak mengandung serat.

Upayakan untuk mencegah dehidrasi tubuh dengan banyak minum air putih pada malam hari. Hal ini penting dilakukan, karena pada siang hari aktivitas kita cenderung banyak mengeluarkan keringat baik di luar ruangan atau ruang ber-AC.

Selain memperbanyak makanan berserat dan makanan yang mengandung protein, sebaiknya Anda juga menyediakan jenis makanan yang mengandung vitamin dan mineral serta makanan tambahan agar tubuh tetap segar bugar sepanjang hari.

Vitamin yang penting dikonsumsi setiap hari adalah vitamin A, B, dan C. Tapi kalau Anda sudah makan buah berwarna kuning atau merah, sayur berwarna hijau tua, kacang-kacangan, maka tak perlu khawatir kekurangan vitamin tersebut.

Bagi penderita sakit lambung makanan yang sebaiknya dihindari adalah ketan, mie, daging berlemak, ikan dan daging yang diawetkan, sayuran mentah, sayuran berserat, minuman yang mengandung soda, dan bumbu yang tajam (cuka, cabai, asam). Jenis makanan tersebut bisa menimbulkan gas yang berpengaruh meningkatkan produksi asam lambung.
Setelah makan sahur jangan langsung tidur. Tubuh memerlukan waktu untuk mencerna makanan.

Saat Berbuka:
Jangan langsung minum air dingin atau es, sebaliknya biasakanlah berbuka dengan minuman yang hangat. Perut yang kosong bisa menjadi kembung, bila Anda langsung berbuka puasa dengan air dingin, karena asam lambung dalam tubuh kita akan terbentuk semakin banyak.
Kemudian beristirahatlah kurang lebih satu jam sebelum menyantap hidangan berbuka yang telah dihidangkan. Tujuannya untuk memberikan keseimbangan terlebih dahulu pada pencernaan kita. Ingat, jangan mengkonsumsi makanan berlebihan dan makanan asinan.
Berbuka puasa hendaknya dilakukan secara bertahap dan tidak terburu-buru agar lambung tidak “kaget”. Dengan demikian kerja lambung tidak terlampau berat karena lambung membutuhkan ruangan kosong untuk mencerna makanan. Untuk meringankan kerja pencernaan, kunyah makanan dengan baik.
Bagi mereka yang berat badannya melebihi berat badan ideal, sebaiknya selama berpuasa pun tetap menghindari makanan yang tinggi kolesterolnya, misalnya lemak hewan, margarin, mentega. Selain itu, sebaiknya Anda menghindari makanan yang manis-manis, seperti dodol, sirup, cokelat, kue tar, es krim. “Selain lebih banyak mengkonsumsi sayur, buah, dan daging tanpa lemak, pengolahan makanannya pun sebaiknya jangan digoreng.”
Sedang bagi mereka yang terlalu kurus, selama berpuasa sebaiknya menambah porsi susunya dan menghindari makanan yang sulit dicerna seperti sayuran berserat kasar (daun singkong, daun pepaya).
Bagi mereka yang berusia lanjut, aturlah pola makan saat berbuka puasa juga secara bertahap. Makanlah jumlah yang lebih sedikit, namun dilakukan beberapa kali.
Setelah berbuka puasa jangan langsung tidur. Tubuh memerlukan waktu untuk mencerna makanan.


BEBAS BAU MULUT
Berpuasa berarti tidak ada asupan melalui mulut sehingga tidak jarang malah menyebabkan bau mulut. Bau mulut selama berpuasa memang terasa agak mengganggu. Apalagi ketika pekerjaan kita mengharuskan berinteraksi dengan orang banyak, kita pasti tidak mau ada rasa canggung karena bau mulut.
Jika kita tahu cara menyiasatinya, ternyata kita bisa menjalankan puasa tanpa bau mulut. Sebaiknya periksakan gigi secara teratur untuk membersihkan plak/karang gigi dan menjaga kesehatan gusi, sehingga selama berpuasa tidak akan terganggu oleh masalah mulut dan gigi.
Berikut ini beberapa tips agar terbebas dari bau mulut. Ayo kita coba dan buktikan!
Hindari menyantap hidangan yang beraroma ‘aduhai’ seperti petai, jengkol, bawang mentah pada saat bersantap sahur.
Selesai makan sahur, minum air putih banyak-banyak.
Menggosok gigi dan menyikat lidah setelah makan dan menjelang tidur. Permukaan lidah yang tak rata memungkinkan adanya sisa makanan tersangkut di sana.
Berkumur dengan larutan khusus (antiseptik) untuk menghilangkan bau mulut.
Di lingkungan keluarga Arab ada kebiasan mengunyah sejumput adas manis sehabis makan. Setelah dikunyah dan disisip airnya, ampasnya dibuang. Aroma adas manis yang harumnya mirip aroma obat batuk benar-benar ‘pencuci mulut’ yang bisa diandalkan saat puasa.
Sahur dengan menu sayuran tumis atau sayur bening dan ditutup dengan semangkuk buah segar.
Air rebusan daun sirih dapat digunakan untuk berkumur setelah makan sahur. Air rebusan sirih berfungsi sebagai antibakteri penyebab bau mulut.

Skandal Watergate, Trik Konyol Presiden Paranoid

♠ Posted by Aryni Ayu in


MENCERMATI fenomena di Tanah Air beberapa waktu lalu, lama-lama suasananya seakan menjurus pada pengulangan skandal superbesar yang meletup di Amerika Serikat (AS), negara yang mengklaim sebagai kiblat demokrasi, empat dekade lalu. Di mana perkara tersebut menyeret petinggi negara, dan berujung pada pengunduran diri kepala negara. Peristiwa pertama dan satu-satunya sejak kemerdekaan AS 4 Juli 1776. Cerita bernama skandal Watergate.

Ini adalah skandal politik terhebat di abad 20, rangkaian dari perpecahan-perpecahan, upaya tutup menutupi, dana sogokan, tipu muslihat, daftar hitam, paranoia presiden, rekaman ilegal dan kata-kata yang dihapus (mengingatkan kita pada pembukaan rekaman Anggodo Widjojo dengan beberapa oknum aparat penegak hukum kelas atas di Mahkamah Konstitusi (MK), juga rekaman pemeriksaan Antasari Azhar dan Wiliardi Wizar yang terkesan dipotong).

Akibat skandal megaheboh jelang pemilihan presiden 1972 itu pula Richard Nixon jadi presiden pertama, dan sejauh ini satu-satunya, yang mengundurkan diri dari jabatannya.
Musabab skandal ini sebenarnya berpangkal dari karakter Nixon sendiri yang licin dan paranoid, tapi ingin selalu terlihat sempurna.

Nixon lahir di sebuah kota kecil di California. Dia merasa dirinya adalah orang luar yang abadi (eternal outsider). Bahkan, waktu menjabat sebagai presiden, dia beranggapan bahwa pihak Pesisir Timur –basis lawan politiknya– dan pers kota besar yang liberal akan melakukan apa saja untuk menjebaknya. Dia merasa selalu jadi bulan-bulanan. Sangat paranoid (mengingatkan kita pada salah satu tokoh dalam negeri yang selalu merasa dizalimi).

Si Ambisius yang Sok Bersih
Nixon memulai karir politik sebagai anggota kongres (di sini DPR) muda. Dia duduk di House un-American Activities Commitee dan punya peran dalam kejatuhan Alger Hiss, seorang pejabat Departemen Luar Negeri –yang dituding sebagai mata-mata Uni Soviet. Pada perkembangannya, banyak orang percaya kalau Hiss tak salah dan dia jatuh karena tuduhan palsu.Dia berhasil merangsek ke kasta politik yang lebih tinggi setelah tampak menonjol ketika berdiri di pihak kanan Partai Republik. Dia dipilih jadi pendamping Dwight D Eisenhower –yang condong liberal– dalam pemilihan presiden tahun 1952. Dia dipandang punya peran sebagai penyeimbang.Jabatan Nixon sebagai orang nomor dua di Amerika ketika itu tak lepas dari dugaan skandal. Dia dituding menerima sogokan dari para praktisi bisnis kaya raya di California.

Nixon cukup reaktif menanggapi tudingan itu. Buru-buru dia muncul di televisi dan menyampaikan pidato. Dia menyatakan tak bersalah. Dia menyebar kabar ke seluruh jagat bahwa dia bukan tipe orang yang ke sana ke mari suka mengenakan jubah bulu yang mahal. Istrinya, Pat Nixon, pun hanya mengenakan setelan kain model kuno. Intinya, dia menolak cap doyan suap.

Pemberian satu-satunya yang pernah diterima, katanya, adalah seekor anak anjing bernama Checkers. Katanya ketika itu, sial amat kalau harus sampai mengembalikan si anak anjing. Ketika tampil di depan publik melancarkan jurus tangkal, performanya memang kinclong, terkesan bersih. Karena penampilan itu pula dia mendapat julukan dari lawan politiknya sebagai ”Tricky Dicky” atau si Dicky yang Licin. Dan penampilannya di televisi disebut pidato Checkers, merujuk pada anak anjing yang diberikan padanya.

Setelah dua masa bakti jadi wakil presiden, Nixon dicalonkan jadi pengganti Eisenhower, meskipun pihak Eisenhower tak begitu pede mendorongnya maju. Tapi dalam pemilihan tahun 1960 dia kalah tipis dari John F Kennedy. Dia menuding kekalahannya adalah akibat manipulasi kartu pemilih di distrik-distrik utama. Tahun 1962 ia coba maju dalam kompetisi yang kastanya lebih rendah, yaitu pemilihan Gubernur California, daerah asalnya. Tapi dia kalah. Dia pun memutuskan sementara mundur dari panggung politik.

Di sebuah konferensi pers pascakekalahan itu, dengan nada sinis dia bicara pada wartawan, ”Selama 16 tahun kalian banyak bersenang-senang. Sekarang kalian tak punya Nixon lagi untuk kalian tendang ke sana ke mari karena, tuan-tuan, inilah konferensi persku yang terakhir”.
Tetapi Nixon salah perhitungan. Setelah pernyataan itu dia malah mendapat tendangan yang lebih keras dari pers ketika dia dan manajer kampanyenya, Bob Haldeman, didenda karena terbukti menggunakan praktek-praktek kampanye curang selama pemilihan gubernur.

Syahwat politik Nixon untuk berburu kuasa rupanya tak pernah pupus. Kesempatan tampil kembali ke panggung politik level atas datang setelah anggota Partai Republik, Barry Goldwater, diobok-obok oleh Presiden Lyndon B Johnson –yang menggantikan Kennedy yang ditembak mati. Nixon mulai memoles dirinya sebagai sosok terkemuka dalam Partai Republik menggeser Goldwater. Tahun 1968, sekali lagi, dia memenangkan pencalonan partainya. Kali ini dewi fortuna memihaknya. Kebetulan ketika itu pesona Johnson sedang tenggelam karena terlibat dalam Perang Vietnam. Johnson menolak mencalonkan diri lagi karena merasa gagal.

Pembunuhan terhadap Robert Kennedy, Jaksa Agung dan kandidat kuat presiden AS, adalah bentuk angin segar lain untuk Nixon. Minimal berkurang lagi satu calon pemimpin hebat saingannya dari partai rival. Juga dia berusaha mengambil keuntungan dengan mencoba menjadi penengah dalam konflik rasial, buntut dari pembunuhan Martin Luther King, Jr, pejuang hak asasi kaum kulit hitam AS.

Dan kebetulan juga, kampanye Partai Demokrat, partai saingannya, di Chicago memburuk. Di saat bersamaan terjadi juga pertempuran antara polisi yang brutal, Wali Kota Daley dan para pemrotes damai serta aktivis hak-hak sipil.

Di tengah situasi itu, Nixon muncul dan menyatakan berbicara untuk ”mayoritas yang diam” dan berjanji mengembalikan hukum dan tata tertib. Dia juga ”mencuri” apa yang tersisa dari Partai Demokrat. Calon partai Demokrat, Hubert Humphrey, yang pernah jadi wakil presiden di era Johnson, ikut-ikutan tercemar oleh perang Vietnam. Saat itulah Nixon mengobral janji mengakhiri perang, dan membawa damai bersama kehormatan (pride and glory). Dia menang mutlak.

Paranoid
Nixon bukan seorang bernaluri damai. Pada janjinya dia abai. Bukannya mengerem agresi ke Vietnam, dia malah meningkatkan perang dan meluaskannya hampir ke seluruh dataran Indochina, yang meliputi Laos dan Kamboja. Agresi itu diputuskannya sendiri menggunakan hak preogratif.
Jelas ini tak sah. Karena peraturan di Amerika menyebut, perang hanya bisa diputuskan Kongres. Tetapi Nixon punya hitung-hitungan; kalau perang itu tidak mendatangkan kemenangan, seperti yang dijanjikan Pentagon kepadanya, Vietnam dia giring ke meja negosiasi.

Untuk menerapkan kebijakan yang begitu ”clandestine”, atau sarat kegiatan-kegiatan terselubung, memang butuh kerahasiaan ketat. Hanya sedikit orang di Washington yang dia percayai. Nixon ”membentengi” dirinya dengan orang-orang luar, orang-orang yang tidak memegang kedudukan publik dan tak punya gagasan politik, tapi berambisi memperoleh kekuasaan semata-mata. Singkatnya, dia pelihara para penjilat yang dia rasa tak membahayakannya.

Haldeman, seorang mantan humas, dia tunjuk jadi staf Gedung Putih, yang mengendalikan jalan masuk ke Presiden. Mantan mitra hukum Nixon dan manajer kampanyenya tahun 1968, John Mitchell, jadi Jaksa Agung. Seorang humas lainnya, yang juga teman Haldeman, John Ehrlichman, jadi Asisten untuk Urusan Domestik. Benar-benar nepotisme yang kental.

Nixon paling peka terhadap bahaya. Dia bisa merasakan bakal terjadi perpecahan karena tekanan oposisi untuk menghentikan perang Vietnam kian gencar. Di tengah situasi seperti itu dia tak percaya ”sekutu yang baik”, seperti Direktur FBI, J Edgar Hoover (tokoh legendaris yang menangkap mafia Al Capone melalui tim polisi antikorup pimpinan Elliot Ness). Nixon berkali-kali mencoba memecat Hoover.

Hoover sendiri jadi direktur FBI sejak 1920-an. Dia punya basis kekuasaan dan sulit digeser, bahkan oleh Presiden sekali pun. Nixon melihat Hoover sebagai kompetitor dan ancaman.
Nixon benar-benar paranoid bakal kehilangan kekuasaan. Dia bahkan mencurigai CIA, karena melihat badan ini adalah turunan kaum cendekiawan Pesisir Timur yang sejarahnya kurang bagus dengan musuh-musuh Amerika. Untuk membuang paranoidnya, Nixon mendirikan badan intelijen pribadi yang hanya bertanggung jawab pada Gedung Putih.

Ihwal Skandal
Ancaman lain yang dia rasakan datang dari kaum Demokrat. Partai ini dirasakannya sebagai ancaman paling berbahaya menjelang pemilihan berikutnya, tahun 1972. Untuk mengantisipasi ”hal-hal yang tidak diinginkan”, tahun 1970-1971 ia mendirikan beberapa proyek untuk menguping lawan-lawan politiknya dan mengawasi pers.

Pertentangan terhadap perang kreasi Nixon pun memasuki titik kulminasi. Juni 1971, New York Times mempublikasikan ”Berkas-berkas Pentagon” atau ”Pentagon Files”. Inilah rahasia perang Vietnam yang paling menggegerkan dan merusak performa AS, terutama soal serbuan tidak sah Nixon ke Laos dan Kamboja. Sumbernya adalah Daniel Ellsberg, seorang mantan analis intelijen Pentagon.
Menanggapi serangan media itu, Nixon mendirikan badan investigasi khusus yang berperan sebagai badan investigasi tandingan untuk membungkam Ellsberg. Nixon menugaskan Ehrlichman dan deputinya, Egil Krogh Jr, menjalankan unit itu dari Ruangan 216 dalam kantor Eksekutif sebelah Gedung Putih. Stafnya kurang lebih 50 orang. Orang-orang senior, temasuk pengacara staf Penasihat Keamanan Nasional, David Young, dan penasehat khusus dan pelaksana Nixon sendiri, Charles Colson, ikut andil di dalamnya.

Colson mempekerjakan E Howard Hunt, seorang mantan CIA yang pernah terlibat dalam invasi Teluk Babi, Kuba. Hunt didampingi mantan agen FBI dan asisten jaksa wilayah, G Gordon Liddy.
Sasaran utama mereka adalah memfitnah Ellsberg untuk menyungkurkannya. September 1971, Hunt dan Liddy memerintahkan tiga dari agen Hunt yang berkebangsaan Kuba untuk menerobos masuk ke kantor psikiater Ellsberg.

Liddy orang yang bisa diandalkan Nixon. Desember 1971, penasehat Gedung Putih, John Dean, memilih dia untuk bekerja di bawah John Mitchell dan Jed Magruder di Komite Pencalonan Kembali Presiden (Commitee to Re-elect the President) atau CREEP. Ini adalah badan khusus bentukan Nixon untuk suksesinya di periode berikut. Dalam prokem Amerika, ”creep” berarti orang yang menjijikkan. Entah kenapa bisa nama itu yang dipilih.

Posisi Liddy di CREEP adalah Penasehat Umum, tetapi secara teknis dia bertugas mengumpulkan intelijen politik. Pada 27 Januari 1972, dia menguraikan sebuah rencana yang disebut ”Operation Gemstone” kepada Mitchell, Magruder dan Dean. Benih-benih skandal mulai tumbuh.
Maksud operasi ini adalah, di pemilihan yang berikutnya, Liddy, atas perintah Nixon, bermaksud mengoperasikan kampanye sabotase, pemerasan, penculikan, pencurian dan pengawasan elektronis (penyadapan). Nilai operasi ini mencapai USD 1 juta!

Mitchell sempat menolak rencana ini karena terlalu mahal. Liddy pun berinisiatif menyederhanakan operasi itu, dengan dana ”hanya” USD 250 ribu. Operasi pertamanya adalah mendobrak masuk markas besar kampanye George McGovern, kandidat terkuat Partai Demokrat yang notabene saingan Nixon. Sayang, operasi gagal.

Pada 26 Maret 1972, Liddy, Hunt, dan tim yang terdiri orang Kuba membongkar kantor-kantor Komite Nasional Partai Demokrat di gedung Watergate. James W McCord, koordinator sekuriti CREEP, memasang dua alat penyadap. Tindakan ini jelas ilegal. Sayangnya hanya satu alat penyadap yang bekerja. Dan yang lebih celaka lagi, yang dihasilkan tak lebih dari obrolan para sekretaris yang tak penting.

CREEP pun memutuskan melakukan satu operasi lagi, malam hari tanggal 16 Juni 1972. Pelaksananya lima orang. Tapi operasi kali itu berakhir malapetaka. Seorang penjaga malam memergoki mereka dan menelepon polisi agar menahan lima ”tamu tak diundang” di lantai enam gedung Watergate.
Dalam pemeriksaan, lima penyusup itu menyodorkan nama palsu. Tapi setelah mendapatkan tekanan dari penyidik, mereka pun mengakui identitas sebenar-benarnya. Sangat mengejutkan, karena kelimanya ternyata adalah James McCord (yang menghubungkan pembobolan itu kepada CREEP), mantan agen CIA Bernard Baker; Frank Sturgis, seorang tentara bayaran kelahiran AS yang pernah bertempur melawan Castro; dan dua orang Kuba, Virgilio Gonzalez dan seorang tukang kunci bernama Euginio Martinez.

Sebenarnya ketika lima orang itu dibekuk, Liddy, Hunt dan seorang mantan agen FBI Alfred C Baldwin, tiga pengendali operasi, ada di dekat tempat kejadian mengawasi operasi. Tapi ketiganya lolos.

Orang-orang yang tertangkap itu bisa saja mengaku pembobolan atas inisiatif mereka sendiri. Tetapi, kalau ditelusuri, rantai komando kembali melalui Strachan dan Krogh, lalu ke Haldeman serta ke Ehrlichman –keduanya penasehat terdekat presiden– dan setelah itu sampai ke Mitchell dan bermuara pada presiden Nixon.
Tahu misinya gagal, Nixon coba memberikan klarifikasi dengan tampil di depan publik, bergaya layaknya politisi bersih. Dia mengaku, berita pembobolan diterimanya saat berlibur ke Key Biscane, Florida. Seolah-olah dia memang sama sekali tak ada hubungannya dengan aktivitas ilegal tersebut.

Dalam reaksinya yang sok suci itu, Nixon mengutuk bahwa penyadapan ke kantor Komite nasional Partai Demokrat sebagai hal yang bodoh. Katanya, siapa saja yang paham politik tahu kalau markas besar komite nasional adalah tempat yang tak berguna untuk disinggahi, apalagi untuk mendapatkan rahasia mengenai kampanye presiden. Setidaknya itulah yang ditulis Nixon dalam memoarnya untuk menghindari dugaan keterlibatan.

Waktu kelima pembobol dihadapkan ke pengadilan, 17 Juni 1973, mereka mengklaim sebagai anti komunis yang tak ada hubungannya sama sekali dengan pemerintahan Nixon. Dan McCord berbisik kalau dia adalah CIA kepada hakim.

Laporan-laporan pers pun berhasil mengidentifikasikan kalau McCord adalah koordinator sekuriti CREEP. Tapi Mitchell, bos CREEP, buru-buru menyangkal dengan mengeluarkan sebuah pernyataan bahwa McCord hanya dipekerjakan sebagai konsultan sekuriti sementara dan sudah dibebastugaskan sebulan sebelumnya. Ini adalah upaya Nixon untuk cuci tangan menggunakan jasa Mitchell.

Bangkai pun Tercium
Sebenarnya trik licik Nixon tak akan terkuak dan kasus penyadapan akan berakhir di ruang sidang seandainya tak ada dua wartawan muda dari Washington Post (WP), Bob Woodward, 29 tahun, dan Carl Bernstein, 28 tahun, yang menemukan kalau buku-buku alamat yang disimpan pembobol berisi nama E Howard Hunt.

Pada 20 Juni 1972, WP melaporkan kalau Hunt bekerja pada konsultan Charles Colson, penasehat khusus Nixon. Fakta inilah yang kemudian menghubungkan pembobolan itu dengan sang presiden. Gedung Putih geger!

Upaya manipulasi coba dilakukan lagi. Buku-buku telepon internal Gedung Putih ditarik dan diubah untuk menyembunyikan kenyataan bahwa Hunt punya kantor di sana. Manipulasi habis-habisan.
John Dean memberi tahu Hunt agar ke luar negeri saja untuk menghilang sebentar. Liddy pun menawarkan pasang badan. Bahkan, bergaya melodramatis, dia menawarkan diri berdiri di sudut jalan dan diberondong peluru sampai mati kalau sampai skandal itu terbongkar.

Dean merancang kisah-kisah penutup aib yang rumit, untuk mencegah agar operasi itu tak terlacak dan hanya berhenti sampai Hunt dan Liddy. Uang tutup mulut dibayarkan kepada para pembobol. Upaya menutupi perbuatan mereka dijalankan dengan segala cara.

Sayang, masih ada kartu truf yang ketinggalan. Baldwin, yang kemungkinan agen FBI yang menyusup ke dalam kelompok sindikat Nixon, memberi tahu bahwa Liddy dan Hunt terlibat.
Nixon pun diberi tahu soal “nyanyian” Baldwin. Dan 23 Juni 1972, Nixon dan Haldeman memperbincangkan kemungkinan menggunakan CIA untuk merintangi penyelidikan FBI, untuk mematahkan kesaksian Baldwin.

Hunt dan Liddy harus dikorbankan, tetapi pemeriksaan dan peradilan “Tujuh Sosok Watergate” (lima penyadap yang ditangkap dulu ditambah Hunt dan Liddy) terlanjur dijadwalkan Januari 1973. Memang waktu itu menguntungkan, karena dilakukan sesudah pemilihan November 1972.Masih cukup waktu untuk memenangkan Pemilu dan menghanguskan semua bukti.

Dan dengan perhitungan waktu itu, Nixon tetap bisa menang. Karena partai Demokrat sedang kocar-kacir. Di bulan Juli Demokrat harus melepaskan calon wakil presiden mereka, Thomas Eagleton, karena diopname di rumah sakit sampai tiga kali. Dia disinyalir kelelahan dan kehabisan tenaga.
Satu-satunya penghalang adalah calon pesiden Demokrat, George McGovern, yang antiperang. Sementara Nixon sangat mendukung perang dan itu bisa mengurangi dukungan padanya.

Tetapi dalam situasi itu Nixon masih diuntungkan. Jarak antara persidangan sampai pemilihan berbulan-bulan, dan waktu itu cukup untuk menegosiasikan keterlibatan AS dalam perang Vietnam. Kalau Nixon bisa “menyelesaikan” masalah perang itu, misalnya merampungkannya di meja negosiasi, sangat masuk akal kalau dia berhasil meraih simpati untuk meraup dukungan dan menjabat untuk periode kedua.

Sementara itu, di dalam pengadilan, McCord dan Liddy mengaku tak bersalah soal penyadapan. Tapi di menit terakhir, Hunt tiba-tiba mengubah pengakuannya jadi bersalah (mengingatkan pada pengakuan mengejutkan Wiliardi Wizar dalam kasus pembunuhan yang diduga melibatkan Antasari).
Sementara selama pemeriksaan, hakim John Sirica yang memimpin sidang kasus itu, dibuat jengkel oleh para penuntut pemerintah (jaksa) yang kentara betul memperlakukan terdakwa dengan halus dan lembut hanya karena yang berperkara dekat dengan pemerintahan.

Proses pengadilan itu tak terpantau, dan nyaris muncul kesimpulan kalau pembobolan dan penyadapan Watergate benar-benar hanya melibatkan ketujuh orang tersebut.
Tetapi pemberitaan pers, sebagian besar dari Washington Post, kekeuh mengindikasikan kalau semua penyadap yang diadili itu berhubungan dengan Gedung Putih. Dan pembobolan Watergate hanyalah sebagian dari program tipu daya terkait pemilihan November 1972.

Akhirnya; Terlalu
Sebelum kasus ini ramai, Direktur FBI Edgar Hoover, yang dianggap sebagai ancaman oleh Nixon, meninggal bulan Mei 1972. Nixon ingin agar jabatan yang ditinggal Hoover dipegang Patrick Gray, orangnya sendiri. Apalagi maksudnya kalau bukan untuk melindungi misinya.
Ketika kasus ini kian panas, Gray menghadap Komite Ervin, sebuah komite yang dibentuk untuk mencari fakta sebenarnya skandal ini (mirip Tim 8 di Indonesia sekarang) dan Senat. Di sana dia mengungkapkan FBI gagal menginterogasi saksi-saksi kunci dalam kasus Watergate. Gray ingin melindungi Nixon.

Di saat bersamaan, penasehat presiden, John Dean, turut serta dalam wawancara dengan personalia Gedung Putih. Pers pun menyorot Dean, orang yang diduga membuat skenario upaya penyembunyian aktivitas penyadapan. Dean dipanggil untuk memberi kesaksian kepada Senat, tapi menolak. Nixon pun mengatakan dia tidak membiarkan stafnya memberi kesaksian dengan alasan hak istimewa eksekutif.
Ervin, Ketua Komite pencari fakta kasus tersebut, mengingatkan bahwa staf Gedung Putih bukanlah bangsawan atau anggota kerajaan. Jika mereka tak patuh pada panggilan tertulis menghadap pengadilan, dia akan mengusulkan Senat mengeluarkan surat perintah agar mereka ditahan.
Pada 23 Maret 1973, hakim Sirica menjatuhkan hukuman yang kejam pada komplotan Watergate; 30 tahun untuk Liddy, 35 tahun buat Hunt, dan 40 tahun buat Barker, Gonzalez, Martinez dan Sturgis. Total masa hukuman mereka semua adalah 225 tahun !

Pada 30 April 1973, atau beberapa bulan setelah dia terpilih kembali untuk periode kedua kepemimpinan, Nixon tampil di TV menyikapi vonis itu. Lagi-lagi dua berusaha menjual kesan bersih. Menurut dia, ada suatu upaya untuk menyembunyikan fakta-fakta dari masyarakat umum. Pembobolan itu, katanya, adalah ”tindakan bodoh dan ilegal”. Masih saja dia berusaha berkelit.
”Tidak ada implikasi apa pun mengenai perbuatan curang pribadi di pihak mereka (penyadap),” kata Nixon. ”Saya akan melakukan apa pun dalam kuasa saya untuk memastikan bahwa yang bersalah mendapat hukuman setimpal”, katanya manis dengan mimik serius.

”Tidak boleh ada yang menyembunyikan kejahatan di Gedung Putih”. (Ucapan ini mengingatkan kita pada salah satu sosok utama negeri ini saja, yang menyerahkan konflik KPK-Polri dalam jalur hukum dengan dalil menghormati supremasi). Sayang, tidak ada orang yang mempercayainya.
Tapi Nixon tak bisa berkelit terlalu lama. Pada 23 Agustus 1973, hakim Sirica memerintahkan agar sang Presiden menyerahkan rekaman delapan percakapan, setelah Sirica mendapat informasi dari Baldwin kalau Nixon punya rekaman itu. Nixon sempat menolak, tapi setelah mendapat banyak tekanan bertubi, akhirnya dia mau menyerahkan kesimpulan rekaman tadi. Bukan dalam bentuk rekaman asli yang utuh, hanya kesimpulan. Dan rekaman itu dianalisa oleh John C Stennis, seorang senator yang setengah tuli dari Mississippi.

Reaksi terhadap pembeberan hasil sadapan ini sangat luar biasa. Jutaan surat dan telegram protes mengalir ke Washington. Untuk pertama kali Kongres mempertimbangkan agar Presiden diperiksa.
Pada 10 Oktober 1973, wakil presiden AS yang sangat piawai berpidato, Spiro Agnew, mengundurkan diri setelah mengaku nolo contendre (tidak ada gugatan) terhadap tuntutan dia menerima jutaan dolar uang suap dari banyak kontraktor, waktu dia menjabat sebagai Pelaksana Kepala di Baltimore, awal tahun 1960-an. Sebagai ganti Agnew, Nixon menunjuk Gerald R Ford, pria yang membosankan tapi aman.

Tapi keputusan memilih Ford malah mengancam riwayat politik Nixon. Menurut perhitungannya, Ford bukanlah sosok yang berbahaya, yang bisa menunggangi situasi untuk menggesernya. Tapi penilaian publik berkata lain. Ford dirasa alternatif yang pantas menggantikan Nixon.
Pada 23 Oktober, Nixon menyerahkan rekaman yang diminta hakim Sirica. Di saat bersamaan dia terisolir dan kehilangan semua penasehat terbaiknya. Dia juga tidak berani bicara dengan siapa pun. Bahkan, Kepala Staf Gedung Putih yang baru, Jendral Alexander Haig, lebih setia pada Menteri Luar Negeri Henry Kissinger, bukan pada Nixon. Kissinger satu-satunya dari beberapa petinggi yang tak tercemar skandal ini.

Keadaan semakin buruk. Pada 21 November, penasehat Gedung Putih J Fred Buxhardt harus menyampaikan berita memalukan di persidangan; 19 menit pertama dari tape yang disita Sirica ternyata terhapus. Padahal di bagian itu berisi percakapan penting saat Nixon kembali ke Gedung Putih setelah pembobolan Watergate.

Cerita ini terjadi ketika Rose Mary Woods, sekretaris yang sudah lama bekerja dengan Nixon, tak sengaja menghapusnya. Nixon tak bisa berkelit. Kongres tak bisa mentolerir lagi. Akhirnya dilakukan voting, dan suara yang diperoleh menyebutkan; 401 mendukung bukti telah terjadi skandal, sedangkan 4 menolak. Tapi situasi ini tak mempengaruhi kemenangan Nixon di periode kedua. Karena, lagi-lagi, Demokrat si rival utama sedang semrawut.

Setelah pemilihan, Komite majelis Yudisial mulai membuat rancangan untuk memeriksa Presiden. Haldeman, Ehrlichman, Strachan, Mitchell dan Colson –orang-orang kepercayaan Nixon– semuanya dituntut Juri Agung karena berkomplot, bersumpah palsu dan merintangi keadilan.

Pada 30 April 1974, atau baru berjalan beberapa bulan jabatan periode kedua Nixon, si Presiden berusaha mengumumkan transkrip yang terdiri atas 200.000 kata ke publik. Maksudnya untuk memperbaiki citranya dan menunjukkan kalau dia sama sekali tak bersalah. Sama sekali tidak membantu Nixon. Malah timbul pertanyaan publik; cara apalagi ini untuk membenarkan kesalahan?

Akhirnya Nixon benar-benar habis ditelan gelombang mosi tak percaya. Dalam proses lanjutan kasus ini, Hakim Sirica mengungkapkan, ketika Haldeman dan kawan-kawan dituntut, mereka menyebut Nixon sebagai bos komplotan. Tapi tuntutan tidak bisa lugas diajukan karena Nixon masih presiden yang menjabat.Pukulan mematikan malah datang dari Kejaksaan Agung, yang dalam keputusan memaksa Nixon menyerahkan semua rekaman yang dimilikinya.

Sang Presiden tak bisa berkelit lagi. Di salah satu rekaman percakapan pada 23 Juni 1972, Nixon memerintahkan Haldeman mengarahkan CIA agar merintangi pemeriksaan FBI soal sumber uang untuk pembobol Watergate. Sebelumnya Nixon menyembunyikan keberadaan percakapan itu, bahkan dari pengacaranya sendiri.

Skandal memalukan pun kian terbuka vulgar. Buzhardt, Haig, Kissinger dan penasehat Nixon, James St Clair, mengusulkan agar Nixon mengundurkan diri. Tapi pengaruh Republik pro-Nixon di Kongres rupanya masih cukup kuat. Ketika pengunduran diri diajukan, Kongres tidak setuju.
Lalu diadakan briefing tertutup; para pemimpin partai Republik memberi tahu Nixon bahwa 425 dari 435 anggota Kongres akan memberi suara untuk pemeriksaan, dan hanya selusin senator akan menentang hukuman untuknya.

Gong berbunyi 8 Agustus 1974. Nixon menyampaikan pidato yang membanggakan prestasi-prestasinya di bidang kebijakan luar negeri, sekaligus mengumumkan pengunduran dirinya. “Saya sudah tidak punya landasan politik yang kuat dalam Kongres,” dalilnya.
Sehari setelah itu, dia resmi mengundurkan diri dan Gerald R Ford, wakilnya, jadi presiden AS pertama tanpa pemilihan dan tanpa wakil presiden.

Yah, inilah, skandal mahabusuk untuk merengkuh kekuasaan. Terbongkar karena banyak peristiwa janggal, menguatnya nuansa manipulasi, dan fakta-fakta yang diedit. Tapi, seperti peribahasa Indonesia; “Sepandai-pandai menyimpan bangkai, akhirnya tercium juga”.

Yang perlu kita petik dari kejadian nyata paling menggemparkan dunia hampir empat dekade lalu itu adalah; akumulasi kebohongan, pemelintiran fakta, kesaksian palsu, pemanfaatan undang-undang untuk memuaskan hawa nafsu pribadi akan bermuara pada satu hal; kehancuran yang memalukan!Semoga saja skandal seperti ini tak pernah terjadi di Indonesia. Kalau sampai situasi sekarang berangkat dari pola yang sama dengan aib Watergate, sungguh terlalu!

Bung Karno dan Fidel Castro, Dua Musuh Besar Amerika

♠ Posted by Aryni Ayu in
-Day 3-
13 Juli 2011


Nama pertama adalah tokoh besar bangsa kita yang kedudukannya sempat tergeser oleh rezim dictator seperti Suharto dengan dibantu kawakan nasional dan internasional. Kedua, adalah The Survivor, seorang yang bertahan hingga hari ini untuk tetap membela Kuba dibawah bendera komunis.

Menatap indahnya langit biru bercampur keunguan yang terhampar begitu saja didepan mata saya diiringi dengan suara adzan magrib. Kian membuat saya tersadar dan tersentuh untuk mengucapkan sepatah kata ‘selamat menunaikan ibadah shalat magrib’, yuk kita jeda dulu setelah iklan – iklan komersial berikut ini.haha. Sesudah iklan jeda untuk shalat magrib bagi Jakarta dan sekitarnya, saya mencoba mencari – cari pemberitaan tentang Amerika versus Timur Tengah, bagaimana perkembangan mereka disana, serta mencari – cari kabar dua tokoh besar yang kiranya cukup mewakili komunis di masa lampau seperti Bung Karno dan Fidel Castro, yang pernah menjadi musuh besar Amerika.

Atau mensearching berita terkini mengenai Nazarrudin yang kini menjadi buronan 19 negara dunia. Benar – benar kejadian paling krusial dan sedikit memalukan sebenarnya, karena kasus – kasus seperti korupsi nampaknya selalu diexpose menjadi kuliner masyarakat sehari – hari. Diantaranya ini nih, ada satu kejadian yang membuat lidah saya gatal untuk segera mencela koruptor yang ada didalamnya. Di Metro Tv secara tiba – tiba muncul sebuah pemberitaan yang baru saja diliput mengenai seorang koruptor yang lagi – lagi kabur dari penjara. Seorang wartawan media tersebut memergokinya tengah berada di mall, dan sedang asyik bercakap – cakap bak tersangka yang tak berdosa. Tak ayal saat si wartawan itu mencoba memotret melalui blackberrynya (bukan promosi lho), sang koruptor yang seharusnya berada di penjara itu berlagak layaknya Brad Pitt, memalingkan muka saat sang papparazi berusaha mengambil gambarnya. Yah, mungkin pemirsa hanya bisa berkomentar ‘heran sekali, seharusnya para tikus – tikus ini berada di bawah batu nisan agar mereka tidak bisa kabur lagi’()

Sembari menggeleng – gelengkan kepala, menggerakan tangan, dan memutar – mutar mouse ala DJ yang sedang asyik mencerna music R’n B. Pussycat dolls, Eminem, Rihanna, dan Nelly Fortado terus membuat penulis berkata “come on, shake your body, just get out your the best damn thing, and put your hands up!” Dengan suara dentuman music R’nB yang terus berputar bak lampu diskotik, dan berlagak seperti J.K. Rowling yang menulis Harpotnya dengan serius, pikiran saya terus berjalan mengarungi samudra yang diatasnya terhampar peristiwa – peristiwa sejarah dari berbagai belahan dunia. Meski pemberitaan korupsi hari ini sempat tertera diawal tulisan sebagai coretan headline news bagi pembaca, namun penulis tetap berteriak keras seperti Avril yang sedang konser diatas panggung, “Hey guys,are you ready to rock? Tau gak sih loe? Ternyata Bung Karno dan Fidel Castro itu pernah jadi musuh besar Amerika loh, percaya gak?”

Ditengah berkembangnya poros Liberal yang kian mendunia dalam orde satu dunia yang segera terwujud dibawah simbolisme Amerika. Mungkin Anda perlu mencermati tanda tanya besar, benarkah serang mahernisme seperti Bung Karno yang begitu anti – barat dan Fidel Castro, sang survivor yang hingga sekarang masih bertahan di bawah bendera komunis pernah menjadi musuh besar Amerika di masa lalu? Apakah Indonesia ataupun Kuba disaat ini masih menjadi target sasaran serang Amerika Serikat jika keduanya masih berani menonjolkan bendera komunis? Ya, butuh penalaran yang mendalam dan fakta – fakta kuat untuk memberikan eksplanasi (penjelasan) tentang kedua pertanyaan besar itu. Mungkin, dan mungkin lagi saya adalah orang yang terlalu lancang untuk menuliskan ranah yang begitu konflik ini, karena Amerika beserta kawan – kawannya itu sangat sensitive saat mendengar kata – kata komunis yang terlontar baik dari opini public maupun perseorangan. Namun saya harus mengakui bahwa keberanian adalah kunci dari perfect written, jangan pernah berkata takut untuk menuliskan ranah yang controversial sekalipun. Bukankah kita hidup di dalam orde Demokrasi yang tersulut dibawah bendera Barat, benar kan?

Di suatu negara ada dua penjahat besar yang memiliki sekutu, kinerja, ideologi serta modus kejahatan yang berbeda untuk menjalankan aksinya. Tentu saja keduanya pun saling bertentangan dalam berbagai hal. Jika si penjahat A berkata bahwa sekutunya tidak boleh membawa bendera rivalnya dalam kehidupan sehari – hari, namun ironis tetap dilanggar maka akan terjadi suatu tindakan criminal disana. Dimana salah satu penjahat katakanlah si A, berusaha memerangi sekutu tersebut dengan berbagai cara karena berani membawa bendera si penjahat B dihadapannya. Tak senada, penjahat B rupanya langsung memberikan penyerangan terhadap si penjahat A tanpa terlalu berkoar – koar mengenai tindakan penyerangan yang akan dilakukannya. Penjahat A untuk Amerika dengan ideologi liberalnya, dan Penjahat B untuk Uni Soviet dengan bendera komunisnya. Sebuah perumpaan yang mungkin bisa dipakai untuk memberikan eksplanasi tentang kebenaran dua tokoh besar perwakilan barat dan timur, yang didasarkan dari buku – buku serta dokumentasi dalam pemberitaan internasional. Dua orang yang diharapkan bisa menjadi sekutu Amerika ini pun berbalik menjadi anti – barat. Nampaknya, cukup memberikan analisis bahwa Bung Karno dan Fidel Castro pernah menjadi musuh besar Amerika Serikat. Siapa yang tak kenal keduanya? Nama pertama adalah tokoh besar bangsa kita yang kedudukannya sempat tergeser oleh rezim dictator seperti Suharto dengan dibantu kawakan nasional dan internasional. Kedua, adalah The Survivor, seorang yang bertahan mungkin hingga hari ini untuk tetap membela Kuba dibawah bendera komunis. Mari kita cermati perjalanan historisnya.

Siapa yang tidak tahu saat Amerika bermusuhan dengan Uni Soviet? Bahkan hingga hari ini pun, masih terbesit dipikiran masyarakat internasional betapa dahsayatnya peperangan yang dijalankan keduanya. Perang Dingin yang berlangsung dari tahun 1950 – 1990, selama 40 tahun berhasil membelah korea menjadi dua bagian, memisahkan Jerman, dan meruntuhkan tembok Berlin di tahun 1990. Serta membuat kekuasaan Soekarno tergeser di tahun 1966 dan Fidel Castro menjadi seorang yang mengalami percobaan pembunuhan berulang kali oleh pihak Amerika setelah berani menyatakan dirinya sebagai seorang komunis di tahun 1952. Tak ayal jika perseteruan diantara Amerika dan Uni Soviet melibatkan seluruh negara – negara di berbagai belahan dunia. Dari Asia Timur, Asia Tenggara, Eropa Timur, Eropa Barat, bahkan di benua Amerika sendiri. Dunia Timur dan Barat menjadi saksi perseteruan mereka. Jika di Asia Timur terdapat Cina, dan Korea Utara sebagai komunis hasil kekalahan Amerika, di Eropa Barat yang cenderung Liberal dan Eropa Timur yang berkiblat pada komunisme Lenin. Dan di Asia Tenggara sebagai hasil campur tangan antara Amerika dan Uni Soviet maka tersebutlah nama Bung Karno sebagai tokoh besar Indonesia yang pernah digulingkan oleh pihak CIA.

Sikap permusuhan secara tertutup yang dilayangkan pihak Amerika terhadap Soekarno terlihat sejak Partai Komunis Indonesia mulai berdiri. Kekawatiran mereka terlihat terutama saat Bung Karno menjadi tuan rumah penyelenggara Konferensi Asia Afrika di tahun 1955, muncul kekhawatiran Indonesia akan terseret ke dalam poros komunis. Bahkan di akhir decade 1950, Washington mulai kehilangan kesabaran menghadapi Soekarno yang di Cap Anti – Barat tersebut. Maka melalui pihak CIA, organisasi milik Amerika yang dirasa kini telah banyak menuai kegagalan dalam operasinya, mulai mengadakan penyerangan terhadap Bung Karno melalui cara overt (terbuka) maupun covert (tertutup). Berbagai macam cara mulai dilakukan, pernah suatu waktu pihak Amerika menggunakan gambar Bung Karno di Hollywood sebagai topeng yang kemudian dimainkan oleh pemain film porno, otomatis foto dan film tentang skandal inipun tersebar di Indonesia. Namun sayang, bangsa Indonesia ternyata tak termakan oleh issue murahan tersebut. Ada pula isu dewan jenderal yang disebarkan oleh pihak CIA agar kondisi politik yang terjadi di Indonesia kian memanas. Hingga Amerika pada akhirnya menurut David T. Johnson (1976) membuat 6 opsi scenario yang dijalankannya untuk menyingkirkan Soekarno beserta komunismenya. Opsi, 1) membiarkan saja, 2) membujuk Sukarno mengubah kebijakan, 3) menyingkirkan Soekarno, 4) mendorong angkatan darat mengambil alih kekuasaan, 5) merusak kekuatan PKI, 6) merekayasa kehancuran PKI sekaligus kejatuhan Sukarno. Alhasil, scenario terakhir ternyata dianggap paling tepat oleh pihak Amerika untuk menghancurkan Bung Karno, musuh besarnya di belahan Timur.

Adapun di belahan dunia Barat, jika kita mau menyeberangi Indonesia menuju Amerika Latin tepatnya di daerah Kuba. Maka kita akan menemukan sebuah perjalanan historis yang begitu mengagumkan tentang sosok Fidel Castro, sebagai the Survivor dan musuh besar Amerika di belahan bumi Barat. Di tahun 1952, saat dirinya berhasil mengkudeta (menumbangkan) rezim Batista akibat kepemimpinannya yang buruk. Ditambah lagi dengan adanya pasokan persenjataan besar – besaran yang diberikan oleh pihak Uni Soviet saat Perang Dingin kian memanas, dan hubungan yang buruk dengan pihak Amerika. Maka Fidel Castro yang saat itu berperan sebagai pejuang dan penyambung lidah rakyat Cuba, sontak secara lantang berteriak di depan awak media internasional, menyatakan dirinya sebagai seorang komunis. Terang saja pernyataan yang begitu controversial itu membuat geram Roosevelt, presiden Amerika Serikat dan memutuskan untuk segera membasmi bocah tersebut dengan cara apapun. Dari percobaan pembunuhan melalui CIA yang diperintahkannya untuk meracuni Castro yang dicampurkan didalam microfon, makanan, ataupun pena yang nantinya akan dipakai oleh Sang Survivor. Diantaranya juga terdapat skandal seks yang dibuat oleh pihak Amerika, foto – foto Castro hasil rekayasa saat sedang bersama dua penari bugil nampaknya juga tak membuahkan hasil. Cara overt pun kemudian dipakai Amerika untuk menyingkirkan Fidel Castro. Sebuah perhitungan salah yang dibuat oleh CIA saat melakukan penyerangan di Teluk Babi ternyata mampu membuat aib bagi para elit Amerika. Bahkan John F. Kennedy sampai tak bisa berkata banyak di depan awak media internasional tentang kekalahan pihak Amerika.

Dia hanya berkata lantang “Komunis haruslah Hancur”, ya, nampaknya kata – kata ini terwujud di tahun 1990, meskipun benih – benih komunisme melalui Dunia Timur akan siap lahir kembali di zaman Liberal ini. The Survivor ini pun rupanya tak bisa lenyap begitu saja dengan ucapan JFK, atau oleh ancaman – ancaman Amerika selanjutnya. Bahkan hingga hari ini, Fidel Castro masih bertahan di Cuba dengan berpayung dibawah bendera Komunis.

Pendidikan Super Hedonis di Negeri Kleptokrasi

♠ Posted by Aryni Ayu in
-Day 2-
12 Juli 2011


Karena Guru adalah akar dari pendidikan, dan pendidikan adalah akar dari kemajuan bangsa!


Pendidikan Super Hedonis di Negeri Kleptokrasi! Sederet kata yang bisa dijadikan slogan atau judul yang bisa dipampang dimana saja. Entah itu dinding sekolah, on the street, jalanan yang biasanya hanya terpampang sederet corat – coret iklan visual, di bangku kelas mungkin bagi siswa yang sangat gemar melukis diatas meja, maklum, terbiasa menulis contekan di bangku,haha. Atau lebih baik lagi jika sederet judul diatas bisa dipajang di museum, sebagai peninggalan elit – elit tak etis yang terbiasa melakukan pelanggaran terhadap hukum. Agar generasi kita tahu bahwa Indonesia memang kurang terbiasa dengan kejujuran, dan sangat menggemari sebuah mantera “Hedonis”. Well, Hedonis biasanya terlahir dari rahim pendidikan yang memang mungkin kurang mengedepankan moral, rendahnya apresiasi terhadap tunas bangsa yang berprestasi, dan sangat menggemari rupiah. Benar – benar layak disebut negeri Kleptokrasi, hingga mampu menomorduakan bentuk NKRI.

Sambil bergaya ala Avril yang sedang menulis lirik lagunya, Lady Gaga yang sedang duduk bersama ‘bad romance-nya’ untuk memikirkan selusin konsep – konsep gila, serta berlagak bak Einsten yang rambutnya sempat di-blonde gara – gara kebanyakan mikir. Saya mencoba memutar kepala, berpikir hingga roda – roda didalamnya bergerak menyapu debu – debu cinta, broken heart, dan frustasi, Ah! Cinta bak tai kucing rasa cokelat, mengalir di sungai jika sore hari, upz!just kid (). Begitu lama sebenarnya penulis tidak menorehkan pemikirannya untuk menulis artikel, yang ada di pikirannya kemarin hanya tentang love is shit, love is damn, and love are fuck. Really, is so waste my time! Ya, saya kemudian mencoba meneruskan kebiasaan favorit saya untuk memukul – mukul boneka (kalau tembok mah keras,hehe) dan berteriak kencang di depan foto – foto kembaran saya yang ada di Hollywood “Avril, I hate that boy like shit, semua orang sekarang emang Hedonis, 9 logika 1 perasaan!”

Teriakan ini cukup memberikan saya energi tambahan untuk kembali mengungkapkan sebuah opini. Dengan memakai speaker mesjid, penulis mengumumkan bahwa pendidikan Indonesia itu Super Hedonis, bukan Super Man!

Mengapa pendidikan tertulis Hedonis di tulisan ini? Jika Anda melihat pemberitaan di berbagai media cetak ataupun tulis, maka akan banyak sekali fakta – fakta yang lahir untuk mengungkapkannya. Beberapa minggu lalu saat skandal century mulai menguak kembali, kasus suap anggota DPR, skandal, dan berbagai isu bahkan fakta tentang kotornya wajah pemerintahan di Indonesia. Munculah sebuah pemberitaan heboh yang menginformasikan bahwa ada seorang anak SD yang bahkan diusir oleh masyarakat sekelilingnya akibat kejujuran yang dimilikinya, dengan tetap berkata ”tidak” untuk memberikan contekan kepada teman – temannya saat ujian akhir sedang berlangsung. Kejujuran elit kalah telak dengan seorang anak SD.Bila tentang kejujuran, tentu saja ada pihak – pihak yang menegakkan ataupun menghancurkan. Bagi pihak yang memang senang mengutamakan dirinya sendiri (hedonis) daripada harus bernegara, tentu saja kejujuran akan terasa hambar. Hal itu tidak saja terjadi di dunia perpolitikan, namun juga dalam ranah pendidikan. Banyak pihak – pihak berwenang yang lebih melihat hasil daripada proses, mendapatkannya dengan berbagai cara tanpa melihat konsekuensi yang harus ditanggung rakyat. Beban moral menjadi taruhannya.

Pendidikan, adalah akar dari segala pengetahuan. Jika Anda ingin berprofesi sebagai politikus, sejarawan, dokter, pebisnis, guru, ataupun seorang koruptor. Mau tak mau, suka tidak suka, harus menempuh suatu pendidikan, karena semua ada ilmunya. Wajah pendidikan di era reformasi terutama di masa kepemimpinan SBY memang mendapat perhatian serius layaknya pasien sekarat yang harus segera dioperasi dan disembuhkan. Why? Ya, sedikit memalukan sebenarnya, karena pendidikan di negeri kita sebelumnya masih jauh dari standar negara – negara maju. Jangankan memenuhi standar, lha wong guru – guru saja tidak dihargai! Padahal mereka adalah katalis penyambung lidah generasi bangsa yang ingin memajukan Indonesia. Namun itu dulu, sekarang, Indonesia mulai menata lagi wajah pendidikan meski selalu dihiasi dengan mafia pengendus rupiah dan kekuasaan.

Pendidikan di detik ini, masih tetap hedonis. Hal ini tentu mengingatkan saya pada serangkaian perjalanan historis. Dia memperlihatkan bagaimana sifat hedonis (mementingkan kepentingan pribadi) di dunia pendidikan ini, memang telah ada sejak Belanda mengeluarkan sebuah Politik Etis. Rangkaian politik yang didalamnya berisi peningkatan terhadap irigasi, edukasi, dan transmigrasi. Sengaja dibuat berdasarkan keinginan segelintir tokoh di Belanda sana yang memutuskan untuk membalas budi Indonesia yang telah memberikan banyak pemasukan bagi kas negara Belanda. Namun, tidak semua elit Belanda yang mau memahami bahwa politik tersebut seharusnya bisa memberi kemajuan terhadap tanah Hindia – Belanda. Hanya tokoh – tokoh seperti Van Deventer, Van Kol, Abendanon, dan Snouck Hurgronye yang sungguh bercita – cita etis. Sedangkan yang lainnya, no sense! Mereka tetap mementingkan kepentingan pribadi untuk bisa mendapatkan pegawai – pegawai pemerintahan murah dari politik etis tersebut.

Berdirinya sekolah – sekolah di berbagai wilayah Hindia – Belanda di pertengahan abad ke – 19, adalah relevansi dari adanya Politik Etis. Barat dimasa itu memang memiliki prioritas untuk memajukan wilayah jajahannya meskipun pada nantinya akan melahirkan kaum intelektual pencetus anti – Barat. Namun tak seperti Inggris dan Amerikas, pendidikan yang dijalankan oleh pemerintahan Belanda ternyata berjalan lebih lambat dinegeri calon Kleptokrasi ini. Banyaknya pertimbangan – pertimbangan dari Belanda tentang masalah rasial yang sangat takut jika rakyat Indonesia nantinya mampu menyaingi kemampuan kaum kulit putih, serta kepentingan akan eksploitasi yang terus berjalan melalui dunia pendidikan. Membuat Belanda mendirikan berbagai sekolah – sekolah rendah dan kelanjutan di berbagai daerah. Dan sangat ironis sekali hanya anak – anak aristokratlah yang nantinya boleh mengenyam pendidikan ala Barat. Sekilas perjalanan historis ini kiranya cukup menjelaskan berbagai jenis rasa hedonisme pihak Belanda yang menyediakan pendidikan hanya untuk membuat mereka sebagai pegawai rendahan.

Bersyukurlah karena kemudian sejarah mencatat bahwa hasil didikan Belanda ternyata mampu membawa Indonesia menuju gerbang kemerdekaan. Meskipun sungguh memalukan jika sekarang rasa hedonism ini kian hidup didalam ranah pendidikan. Lihat saja para mafia pendidikan itu yang berusaha mengeruk keuntungan dari berbagai program pemerintah yang diselenggarakan memang khusus agar para pendidik kita berpredikat professional. Karena Guru adalah akar dari pendidikan, dan pendidikan adalah akar dari kemajuan bangsa!

Hal tersebut juga mengingatkan saya pada sebuah perjalanan historis yang lain. Saat berjalan melewati sederet ruangan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di sebuah universitas. Saya kagum melihat guru – guru yang begitu bersemangat untuk diberi didikan profesional oleh para dosen disana, meski tidak sedikit pula dari mereka yang mengeluhkan banyaknya tugas yang diberikan. Diantaranya ada tugas untuk membuat rancangan pembelajaran, persiapan presentasi, dan lain sebagainya yang menurut saya, itu adalah anugerah bagi seorang pendidik professional seperti guru. Seraya terus berjalan dari koridor ke koridor, ternyata beberapa dari mahasiswa yang ada disana juga menawarkan berbagai jasa. Ada jasa pengetikan, printer, bahkan kantin dadakan juga tak menolak untuk mengambil keuntungan dari sebuah acara profesionalisme guru. Tak hanya mereka, bahkan mafia pendidikan pun tak mau ketinggalan untuk bisa menuai rupiah dari proyek tersebut.

Guru yang seharusnya dididik secara professional dan jujur, harus tergoda dengan para mafia pendidikan ini. Tak ayal jika banyak dari mereka yang melegalkan cara – cara instan untuk sekedar mendapatkan rupiah dari hasil predikat profesionalnya tanpa memperhatikan bagaimana nasib anak didiknya nanti. Dan saya bergumam pada diri saya sendiri, ternyata rasa hedonisme mereka tetap ada, pantas jika pendidikan di negeri Kleptokrasi menjadi Super Hedonis!

Amerika, Negara Adidaya yang Tak Punya Daya

♠ Posted by Aryni Ayu in
-Day 1-
4 Juli 2011


Amerika kini tak punya daya. Jangankan menyelesaikan konflik, si Adidaya ini malah memperkeruh suasana layaknya parasit!

Amerika, Negara Adidaya yang Tak Punya Daya! Silahkan saja Anda meneriakkan hal ini di depan didepan saudara – saudara, mbah – mbah, om – tante kita yang ada di PBB, CIA, atau NATO itu, yah, pokoknya organisasi – organisasi bawahan Amerika. Bukannya dipuja layaknya artis – artis Hollywood yang ada di red carpet itu. Pasti Anda langsung diintervensi atau disingkirkan ke pos – pos pemukiman layaknya warga yang ada di Timur Tengah itu, kan mereka mencoba meneriakkan suara mereka tapi sayang selalu dibungkam dan diintervensi. Wajar, karena kita – kita memang tidak memiliki kontak politik dengan elit – elit Amerika. Jangankan punya kontak politik, tahu idung kita aja mereka enggak,haha (just kid). Tapi bener kok, si penulis buku Membongkar Kegagalan CIA, Tim Weiner mengatakan bahwa Amerika kini tak punya daya. Jangankan menyelesaikan konflik, si Adidaya ini malah memperkeruh suasana layaknya parasit!

Ditemani buku – buku berjudul Kebohongan di Gedung Putih karangan Scoot McClellan yang bercerita bahwa pernah di suatu hari saat anak – anak Bush yang masih dibawah umur sedang asyik – asyiknya menenggak beberapa gelas bir bermerek di diskotik. Ayah mereka beserta prajuritnya di Gedung Putih sedang menyusun puzzle untuk mengembangkan Neoloberalismenya di berbagai belahan dunia. Ya, suatu hal yang sangat kreatif dilakukan oleh keluarga kerajaan ini. Tanpa mau tahu seberapa besar warisan dosa – dosa Bush yang saat ini diberikan kepada penggantinya. Lalu buku berjudul Membongkar Kegagalan CIA karangan Tim Weiner, The Idea of Indonesia karya R.E. Elson, dan Kudeta karangan Edward Lutter serta tak lupa secangkir alunan music pop, rock, dan R’n B. Pikiran saya terus berputar layaknya ban sepeda di OVJ yang sekali kayuh langsung hancur, maklum, terbuat dari kardus (:)).

Ditambah lagi ada seseorang di siang tadi yang mencoba membuat saya terkesan, mengajak saya berjalan mengelilingi kampus hanya memakai kaki tanpa adanya ban sepeda, yah cukup membuat kaki saya bertambah besar layaknya tongkat satpam. I like him, really different! Well just friends, cukup memberikan saya semangat untuk kembali menulis. Kali ini, Amerika memang sebuah Adidaya yang Tanpa Daya!

Amerika! lagi – lagi tentang negara surganya artis – artis Hollywood ini. Kasino, bar, Luxurious Hotel, prostitusi, drugs, criminal action layaknya permainan play station GTA Vice City, bahkan Red Carpet yang super fenomenal itu pun ada. Mau pesan minuman, tekhnologi super canggih, lifestyle bak artis – artis gila ala Lady Gaga, pesta, baju – baju Glamour ala remaja – remaja NYC dan Manhattan, atau senjata – senjata illegal yang biasanya dipakai Tom Cruise dalam filmnya? Semuanya bisa Anda miliki, entah untuk selanjutnya mau digadein, dijual di pasar loak , ataupun dijadiin pepes khas Indonesia. Itu semua terserah Anda, semuanya pasti tersedia asal ada uang. Karena mereka memang penganut demokrasi liberalism ala Yunani, dan materialisme ala Karl Marx. Money is Talk! budaya ini kemudian menular di negara – negara lainnya. Maka jangan heran jika suatu saat di negara - negara berkembang kian memanen runtuhnya harga diri akibat lebarnya jurang pemisah antara elit dan rakyat baik ditinjau dari segi perekonomian maupun sosialnya.
Masyarakat internasional mungkin sempat menahan tawa saat menonton aksi – aksi Amerika yang mengumandangkan bahwa Barat masih tetap berkuasa. Padahal diseberang sana Khadaffi menyerukan bahwa dirinya akan bersiap – siap untuk menyerang balik negara – negara Barat. Ya, suatu aksi yang begitu serius dijawab oleh diktator ini akibat intervensi produk ngawur yang dijalankan oleh NATO, keberadaan PBB yang mayoritas suaranya diisi oleh Amerika sehingga hasil kebijakan pun ternodai oleh berbagai pelanggaran, dan CIA yang secara rahasia mencoba menyembunyikan berbagai rencana – rencana entah itu berkualitas atau tidak dibalik dinding sejarah yang selama ini banyak sekali mereka sembunyikan. Berakibat pada kesimpang siuran Sejarah. Semua intervensi mereka masih penuh dengan tanda tanya, apakah terlibatnya pihak asing mampu memberikan solusi atau kolusi. Hal ini merupakan salah satu bukti di era modern, bahwa hari ini, Amerika adalah negara Adidaya yang memulai kekurangan energinya. Di satu sisi mereka menerapkan standart politik ganda alias bermuka dua, namun di sisi lain, orang – orang berkuasa ini cukup gegabah dalam meneterapkan berbagai kebijakan bagi pihak – pihak yang sedang bertikai. Maunya menjadi penengah, justru menjadi parasit. Banyak organisasi – organisasi dibawah bendera mereka yang tak sedikit menjadi canvas hitam bagi perkembangan sejarah di negara – negara lain, tak terkecuali Indonesia. Bila kita mau menjelajahi perjalanan historisnya, maka ranah sekontra ini akan mampu menjelaskan secara lebih mendetail mengapa Amerika adalah negara Adidaya, namun tak memiliki daya.

Enam puluh satu tahun lalu saat Perang Dingin masih berkobar antara dua adidaya yang begitu berbeda ideologinya, mencoba menghimpun masing – masing basis kekuatan mereka di negara – negara Belahan Timur dan Barat. Amerika yang berideologikan demokrasi – liberal dan Uni Soviet yang tetap berpegang teguh pada sosialis – komunis. Kedua – duanya bahkan menjadi actor terbesar ketika itu. Meski salah satu aktor tersebut kini sudah hancur. Namun sejarah mencatat bahwa Amerika adalah Adidaya yang pernah mengalami kekalahan paling memalukan saat harus menghadapi pengaruh komunis. Vietnam dan Kuba merupakan dua negara perwakilan Timur dan Barat, saksi dari ketidakberdayaan Amerika.

Perwakilan dari Timur, Vietnam, memang sempat terbelah menjadi dua negara berbeda ideologi antara Vietnam Utara dan Selatan. Di sisi utara, adalah wilayah kekuasaan komunis dan selatan yang dikuasai oleh hawa liberal. Ranah ini memang hanya dijabarkan secara singkat karena pertempuran yang pernah terjadi antara utara dan selatan ini pada akhirnya mampu membuat Amerika malu. Bahwa dirinya yang begitu adidaya harus dikalahkan oleh dogmatis komunis yang ternyata mampu menyatukan Vietnam dibawah benderanya.

Kuba sebagai perwakilan Barat, yang menjadi saksi bahwa Amerika pernah mengalami kekalahan paling memalukan dan tak memiliki daya saat mereka menyebut dirinya Adidaya. Ditilik dari perjalanan historisnya saat kudeta di tahun 1952, dimana rakyatnya mencoba merobohkan rezim Batista dibawah kepemimpinan Fidel Castro, adalah awal dari perjalanan Amerika untuk segera memusnahkan semua pendukung komunis. Harry S. Truman, seorang presiden Amerika, di tahun yang sama mulai mendirikan sebuah badan intelejensi pusat yang bertugas untuk memberitahu presiden tentang perkembangan di negara – negara lain, dan bertugas pula untuk menspionase atau memata – matai gerak – gerik Uni Soviet. CIA, Central Intelegensi Agency milik Amerika dan M-15 milik Uni Soviet, harus kita akui pekerjaan menjadi mata – mata memang sangat laris di masa itu. Namun ada ranah yang lebih penting disini, bahwa disaat mereka sedang sibuk menggaung – gaungkan financial, doktrin dan akses politik di negara – negara protektoratnya. Ditambah lagi dengan elit – elit Amerika yang mulai mendengar dari para spionasenya, ada sebuah negara di Amerika Latin yang akan tersedot kedalam poros komunis. Maka disaat itulah Fidel Castro, sebagai revolusioner baru menyatakan bahwa dirinya adalah seorang Komunis, begitu pula dengan Kuba. Otomatis statement yang begitu berani tersebut mampu membuat Uni Soviet tersenyum ditengah kejengkelan Amerika yang sangat menginginkan seorang Fidel Castro musnah dari belahan dunia manapun.

Berbagai cara di kemudian hari dipakai Amerika untuk membunuh Fidel Castro. Dari cara – cara murahan seperti penyebaran foto – foto Castro bersama dengan dua gadis di Bar, persis seperti apa yang dilakukan CIA terhadap Bung Karno yang dinilai mampu meluaskan pengaruh komunis. Percobaan pembunuhan melalui racun yang disebarkan para ilmuwan Amerika dibawah CIA, beberapa penyerangan kecil hingga pada akhirnya melalui cara – cara penyerangan besar yang terjadi di Teluk Babi semuanya mengalami kegagalan total. Antara militer, sipil dan Amerika saling menyerang di teluk ini. Namun ironis, Amerika harus kalah hingga membuat John F. Kennedy tak dapat berkata banyak di depan para awak media internasional yang membuatnya harus mengakui bahwa Ke-Adidayaan Amerika memang kehilangan daya akibat kesalahan rencana yang dibuat oleh organisasi dibawah benderanya, yakni CIA.

Hingga saat ini pun, organisasi – organisasi yang ada dibawah benderanya turut menggerogoti kedigdayaan Amerika. Lihat saja aksi – aksi yang dilancarkannya di Timur Tengah, sampai detik ini hanya menyisakan permasalahan baru bagi dunia. Amerika benar – benar kehilangan dayanya!