Singapura sebagai Hotel Prodeo Koruptor Indonesia

♠ Posted by Aryni Ayu in
-Day 15-
24 Juni 2011


Pasalnya, para koruptor itu memberi pemasukan besar bagi keuangan Singapura, mereka punya bisnis di negeri tempat hotel prodeo-nya koruptor Indonesia. Tak heran jika kepulangan para tikus kantor ini semakin sulit ditebak.

Ditengah berbagai pressure yang sedang melanda para awak koruptor. Harus kemana besok mereka kabur, dan berapa ya komisi yang kira – kira cukup bagi para elit Singapura agar mampu memfasilitasi hotel prodeo mereka. Bagaimana pula nanti mempersiapkan statement yang berbeda dari faktanya di hadapan public. “Ah, gimana juga nasib teman – teman preman politik saya sekarang yang berada di berbagai instansi pemerintah. Enaknya saya biarin atau saya tutup – tutupin layaknya kasus Gayus kemarin? Aduh, saya stress, dokter, tolong buatin saya surat palsu dong biar mereka iba sama saya..” (haha, just kid :)

Mungkin begitulah action para tokoh koruptor kita yang sekarang sedang stress, menunggu jemputan paksa dari para penegak keadilan. Tunggu sayang, abang mau nyusul nih ke Singapura, jangan kabur lagi ya.haha. But wait, benarkah mereka benar – benar penegak keadilan? Jangan – jangan setali tiga uang, mengingat orang – orang yang akan mereka jemput itu bukan orang miskin, alias berduit. Ingat, negeri ini sedang kebanjiran koruptor!

Malu sekali melihat pemberitaan yang akhir – akhir ini begitu gencar sekali mempromosikan para koruptor di depan publik. Teladan apa sebenarnya yang pantas diambil dari wakil – wakil rakyat ini. Belum lagi masalah kisruh kongres PSSI yang hingga kini masih menjadi pertanyaan besar, apakah ada scenario dibalik itu semua?mengingat salah satu kubu diantara mereka begitu kebakaran jenggot saat kekuasaan mulai bergerak – gerak layaknya kapal Tetanic yang menabrak karang. Masing - begitu mencoba membuat statement dan action, hingga kongres yang layaknya adalah kasta tertinggi diantara rakyat biasa seharusnya bisa berjalan dengan sukses, malah gagal diterpa badai adu mulut. Antara pihak pro dan kontra pencalonan A.P. Bahkan FIFA sebagai pemegang pesepak bola di seluruh dunia pun harus ikut terkena efek domino dari kasus yang terjadi di Indonesia. Antara ketua dan wakil mereka masing – masing memihak dua orang yang sedang bersengketa dalam tubuh PSSI, namun di sisi lain organisasi ini juga meneterapkan sanksi jika ada dua calon ketua yang maju.

Benar – benar permainan yang membingungkan rakyat. Coba lah pertimbangkan bagaimana animo masyarakat kita selama ini yang mulai menaruh kepercayaannya pada persepakbolaan Indonesia. Tapi yah, kita tunggu saja ketegasan dari mereka, permainan politik apalagi yang akan dimainkan.
Itulah tadi sekilas berita dari media nasional dan harus kita kritisi sebagai anak muda Indonesia yang provocative proaktif. Sembari melihat Avril yang sedang sibuk mempersiapkan video single ketiganya berjudul wish you were here, begitu juga dengan Taylor Swift yang baru saja menyelesaikan turnya di Amerika, ditambah lagi melihat hebohnya kegilaan Lady Gaga dalam video klipnya yang berjudul Judas. Pikiran penulis yang sebelumnya sempat tertekan dan suntuk akibat kompleksitas permasalahan yang sedang terjadi, perut juga lapar. Membuat saya berteriak keras, “Aha, Avril, ternyata Singapura itu jadi Hotel Prodeonya para Koruptor kita loh, tolong buatin lagu ya buat para koruptor, pasti laris dah di pasaran Hollywood..”(hihi).

Singapura sebagai Hotel Prodeo Koruptor Indonesia, ya! Statement ini memang benar adanya. Lihat saja di berbagai pemberitaan nasional, banyak media yang menyebutkan realitanya Singapura memang surganya para tokoh koruptor kita. Tentu dibalik kata ‘surga’ atau ‘hotel Prodeo’ ini memiliki makna mendalam. Jika ditilik dari sejarahnya, Singapura dengan kekayaan yang berlimpah memang sejak abad kuno dipergunakan sebagai transito perdagangan Internasional. Baik penjajah, para perompak, ataupun koruptor ala imperialism kuno semuanya berkumpul ditempat itu, mereka memanfaatkan secara maksimal layaknya surga pelindung.

Nah, coba kita analisis sedikit, saat Anda mengetahui ada bom meledak dimana – dimana, teroris mulai diberantas dengan digapnya. Ditambah lagi dukungan dari internasional pun kian gencar tak terkecuali Singapura. Namun saat Indonesia mencoba menggalakan dukungan dari negara – negara tertentu terkait masalah tikus – tikus kantor kepada elit – elit negara itu. Ironis sekali sebagian besar dari pihak internasional itu justru lebih memilih untuk memfasilitasi para perampok uang rakyat, salah satunya Singapura. Menjadi pertanyaan besar sekarang, mengapa hal itu bisa terjadi? Sekali lagi berdasarkan analisis dari para pengamat politik, perampok- perampok yang berlindung dibalik kebesaran Singapura itu adalah orang – orang berduit dan memiliki koneksi cukup besar dengan elit – elinya. Tentu koneksi ini apalagi jika bukan menyangkut masalah keuntungan dan uang.

Sekali lagi tentang koruptor, realitanya kini dibantu oleh para elit Singapura yang siap memfasilitasi para tokoh kita yang tidak tahu malu itu. Memang terlalu vulgar dan berani jika saya menuliskan ranah yang sedemikian gencar dibicarakan ini. Namun apa daya ditengah penegakkan aspirasi rakyat yang kian demokrasi, ironis sekali jika kekritisan tidak digunakan secara maksimal. Apalagi jika membahas tentang permasalahan jemput – menjemput koruptor. Sampai hari ini, masih saja menemui penundaan. Kabarnya KPK akan menjemput, lalu pihak yang lain pun mengemukakan hal senada di depan public, tapi hasilnya tetap saja meragukan. Harus ada perjanjian ekstradisi yang dipenuhi Indonesia untuk menjemput koruptor itu. Sampai – sampai para analisis politik, pakar hukum pidana, bahkan pihak DPR pun harus meluangkan waktu mereka untuk memberi penjelasan sekali lagi di depan media. Bagaimana tentang prosedur dan apakah hasil dari ekstradisi tersebut nantinya akan berhasil memboyong para koruptor itu pulang ke Indonesia. Tidak menutup kemungkinan nantinya Indonesia akan diremehkan oleh pihak Singapura atas ekstradisi yang diselanggarakan. Pasalnya, para koruptor itu memberi pemasukan besar bagi keuangan Singapura, mereka punya bisnis di negeri tempat hotel prodeo-nya koruptor Indonesia. Tak heran jika kepulangan para tikus kantor itu semakin sulit ditebak. Benar – benar unik, negeri yang dulu selalu didera kejamnya para penjajah hingga banyak para elit dan tokoh masyarakat berjuang mati – matian untuk membawa nama besar Indonesia ke dunia internasional. Kini harus ternoda oleh penjajah era modern yang lebih pintar merampok uang rakyat yang lebih kejam dibanding para penajajah Belanda ataupun Jepang!

Kisruh PSSI, Pertarungan Politik atau Nurani?

♠ Posted by Aryni Ayu in

Negara geger!!bukan karena rencana pemerintah menaikkan harga bbm bersubsidi,bukan karena teror bom di mana-mana,juga bukan karena indonesia sebagai negara maritim malah kebanjiran ikan asin impor.Masalah sosial politik yang terjadi,mungkin sudah membuat masyarakat jengah dan apatis,terserah mau di bawa kemana arah negara ini,yang penting bagaimana saya besok bisa dapat rejeki yang halal untuk anak istri.Begitu mungkin pemikiran sebagian masyarakat yang sudah berada di titik jenuh penantian akan perbaikan bangsa yang tak kunjung terjadi.

Tapi kali ini negara geger karena PSSI!Ya,kali ini giliran organisasi pimpinan Nurdi Halid (NH) ini yang membuat para penganut gila bola meradang.Soal kronologis kegeraman mayarakat bola terhadap Nurdin Halid,mungkin sudah banyak media yang lebih tuntas mengupasnya.Dan puncaknya adalah kekisruhan yang terjadi dalam Kongres PSSI di Riau 26/03/2011 lalu.PSSI jadi terbelah,yang pro status quo bertekad mati-matian mempertahankan singasananya,apapun cara dan statemennya.Sedangkan yang merasa sudah muak dengan kepemimpinan NH,dan merasa memiliki hak suara juga menabuh genderang perang dengan tetap melanjutkan kongres untuk memilih anggota Komite Pemilihan dan Komite Banding,untuk selanjutnya memilih Ketua Umum PSSI yang baru.

Suasana semakin memanas ketika menpora yang merupakan representasi pemerintah turun gunung untuk memberikan kalimat saktinya bahwa PSSI di bawah kepemimpinan NH tidak di akui lagi.Selesai?..hohoho..belum bung,kubu NH semakin kebakaran jenggot karena merasa kekuasaannya benar-benar terdesak..Mereka benar-benar makhluk yang pantang menyerah (tipikal khas pengusaha sukses dan cerminan gen nenek moyang warga Sulawesi yang terkenal dengan keberaniannya mengarungi lautan di masa lalu).Kubu NH dalam peryataannya malah meminta presiden untuk mencopot menpora karena dianggap tidak lagi layak menjabat sehubungan dengan titahnya tidak mengakui PSSI versi NH lagi.Dan hebatnya kubu NH pun tidak sudi mengakui kepemimpinan menpora yang menaungi seluruh cabang olah raga di bumi Indonesia,dan menyiapkan pengacara handal untuk menggugat menpora.Tangguh kan mental NH cs?

Sedangkan nun di luar sana bisa saya pastikan,ribuan penggemar bola tanah air berdiri di belakang pemerintah.Sudah sejak lama nurani suporter sepak bola terkoyak dengan era NH di PSSI.Menurut mereka sudah terlalu banyak dosa yang di buat oleh kubu NH,sementara prestasi timnas sepak bola jalan di tempat.

Untuk pertama kalinya pemerintah melakukan kebijakan yang begitu populis dengan lebih mendengarkan jeritan nurani para suporter bola yang selama ini terabaikan.
Dalam kondisi sekarang bisa di katakan posisi PSSI NH di kepung dari segala penjuru.Mulai semua suporter bola,pemerintah,,LSM (khususnya ICW yang getol mendorong NH di ajukan ke meja hijau untuk di adili atas kasus dugaan korupsi),bahkan anggota PSSI sendiri.Kredibilitas PSSI benar-benar jatuh terlentang,kecuali mereka yang pro dengan status quo.

Mungkin terlalu jauh mengatakan ada intrik politik dalam kasus kisruh PSSI ini.Tapi bukan tidak mungkin hal ini benar adanya.Menpora adalah representasi pemerintah yang kini tengah berkuasa(Partai Demokrat),sedangkan PSSI di pimpin oleh salah satu anggotai partai politik yaitu Golkar.Bukankah 2 partai itu tergabung dalam koalisi?.Benar,tapi ingatkah kita dengan"kenakalan"partai Golkar dalam sidang hak angket kasus mafia pajak kemarin karena di anggap melanggar kontrak koalisi?yang membuat politisi Demokrat mencak-mencak?yang membuat kredibilitas Demokrat anjlok di mata masyarakat?

Meskipun kasus itu redup perlahan dengan sendirinya,tapi tidak bisa di pungkiri aroma sangit bekas mesiu pertempuran di parlemen kemarin masih tercium.Bisa jadi kini Demokrat memegang senjata ampuh untuk menyerang balik secara halus partai Golkar lewat kisruh di PSSI.Karena mungkin tidak sedikit politisi Demokrat yang kemarin kecewa dengan sikap Presiden yang membatalkan Reshuffle menteri dari partai Golkar,yang menurut mereka sudah berbuat nakal di parlemen.Dan sekarang adalah momentum yang tepat bagi Demokrat untuk melancarkan langkah balasan.

Ibarat bermain catur,langkah Demokrat begitu cantik,dengan tidak mau secara frontal menyerang,tapi memilih menunggu dan memberi kesempatan NH (Golkar) untuk memainkan bidak catur terlebih dahulu yaitu penyelenggaraan Kongres.Menpora tahu,bahwa kongres tidak akan berlangsung mulus karena resistensi masyarakat dan sebagian anggota PSSI terhadap NH begitu kuat,sedangkan kubu NH pasti akan mati-matian mempertahankan wilayahnya.Nah ketika Kongres menjadi benar-benar deadlock,maka Menpora langsung mengeluarkan langkah-langkah untuk menggempur pertahanan NH cs
Dengan dukungan hampir semua masyarakat pecinta bola,yang merupakan hampir mayoritas rakyat Indonesia,Demokrat seperti memiliki pasukan yang legitimate untuk memborbardir pertahanan kubu NH yang merupakan representasi Golkar.Dengan berpihak kepada pecinta bola maka kredibilitas Demokrat yang sempat jatuh bisa sedikit terselematkan.

Sempat ada analisis pengamat yang mengatakan bahwa kekisruhan Kongres kemarin sengaja di desain oleh kubu NH,agar bisa mengulur waktu untuk melobi anggota-anggotanya yang berkeinginan membelot.Hal ini di perkuat dengan statemen pejabat FIFA menyatakan selalu di halang-halangi untuk memantau jalannya kongres,setelah PO PSSI di tolak oleh FIFA.Kalaupun analisis ini benar adanya,maka bisa dikatakan itu adalah blunder terbesar yang dilakukan oleh kubu NH,ibarat memberikan bola ke musuh di dekat garis gawang.

Kalaupun ada juga umor yang menyebutkan sebenarnya NH sudah berniat mundur dalam kongres,mengapa sekarang kubu NH malah ngotot mengangkat senjata dengan menggugat pemerintah?bukankah itu tindakan konyol?atau karena NH merasa terdholimi?jika merasa terdholimi bagaimana perasaan NH ketika Final Piala AFF lalu sempat berniat menaikkan harga tiket masuk?meski akhirnya di batalkan,tapi ada embel-embel.."itu atas perintah atasan saya,yaitu ketum Golkar".Bukankah itu sama saja tidak menghargai pemerintah (presiden SBY) yang sempat meminta menurunkan harga tiket,tapi di tolak NH.Juga tidak menghargai masyarakat pecinta bola yang juga merasa keberatan dengan kenaikan harga tiket?

Apapun itu,genderang perang sudah di tabuh,amunisi sudah di siapkan,pasukan suporter sudah berada di garis depan untuk mengawal langkah pemerintah memperbaiki PSSI.PSSI yang selama ini merasa hidup di planet lain harus memutar otak dan strategi untuk menyelematkan posisinya yang kian terdesak.

Tinggal kita tunggu bagaimana hasil akhirnya nanti..Jika pemerintah berhasil membawa perubahan di tubuh PSSI ke arah yang lebih baik,maka itu bukan saja kemenangan suprter dan pemerintah semata (Demokrat),bukan saja kemenangan politik tapi juga kemenangan hati nurani.Tapi jika politisasi kembali bicara,semisal ketum Golkar ikut turun gunung dan berhasil melobi pemerintah untuk gencatan senjata,maka impian akan mengembalikan PSSI ke khitahnya sebagai alat pemersatu bangsa akan semakin berada di titik abu-abu.Karena kita harus ingat kenakalan Golkar dalam angket mafia pajak kemarinpun tidak mampu menggoyahkan kedudukan Golkar dalam koalisi

Lepas dari itu mungkin ada baiknya kita tidak terlalu berburuk sangka terhadap pemerintah yang sudah sudi turun ke bumi untuk mendengarkan jeritan nurani masyarakat pecinta bola.Perlu kita apresiasi usaha pemerintah untuk (sementara ini) menyelamatkan persepakbolaan nasional.Meskipun harus melalui jalan yang terjal dan berliku.

Perbedaan cowok dan cewek di mata psikologi

♠ Posted by Aryni Ayu in
Masih banyak perbedaan antara cowok dan cewek dalam soal cinta atau asmara. Karena sifatnya yang "cuek", tidak perdulian dan jarang meneteskan air mata, tak heran kalau cowok selalu menjadi "kambing hitam" atau pihak yang dibenci bila sebuah hubungan asmara terpaksa berakhir. Sebaliknya, cewek selalu nampak lebih menderita akibat putus cinta.

Dalam Liking and Loving: An Invitation to Social Psychology (1973), Zick Rubin, mengatakan bahwa cowok sebenarnya lebih rapuh, cengeng dan naif soal cinta. Cowok selalu menjadi pihak yang merasa lebih sakit hati akibat putus cinta. "Karena hal itu, biasanya cowok akan lebih hati-hati. Itulah kenapa cowok memiliki pengalaman bercinta lebih sedikit dari cewek, karena setelah putus, cowok akan sulit untuk jatuh cinta lagi," kata Rubin.

Dr. Clay Tucker-Ladd, penulis buku-buku psikologi, mengatakan bahwa cewek selalu ingin menempatkan dirinya sebagai pasangan yang ideal. Sebaliknya, karena pengalaman -yang tidak selalu mulus-, cowok kerap bersikap biasa-biasa saja. "Kendati mudah tertarik dengan kecantikan dan kebaikan cewek, namun sulit bagi cowok untuk menghapus rasa sakit akibat putus cinta."

Cowok, kata Rubin, lebih percaya pada romantisme. Cowok bisa memutuskan apakah dia jatuh cinta atau tidak, hanya dengan mendengar kata hatinya. "Sekali saja intusisi cowok berkata 'Ini dia soulmate saya' ketika bertemu seorang cewek, maka ketika itu pula mereka akan jatuh cinta kepada cewek itu," ungkap Rubin. "Sebaliknya, cewek selalu banyak pertimbangan dalam memutuskan sesuatu."

Kendati percaya pada romantisme, tapi jangan kaget, karena cowok kerap merefleksikan cinta mereka dengan cara yang tidak romantis. "Cowok akan lebih menghargai cewek yang rajin mencuci pirinng dan pakaian ketimbang cewek yang menghujaninya dengan ciuman. Padahal cewek justru menginginkan sebaliknya."

Bila disarankan untuk membahagiakan pacar atau istri, maka harap maklum, karena cowok akan lebih suka mencucikan mobil pacar atau istri daripada memberi pelukan dan ciuman. Dalam memandang keintiman, misalnya, cewek menerjemahkan keintiman sebagai ngobrol berdua di tempat redup atau makan malam di sebuah restoran sepi dengan candle light. Tetapi bagi cowok, keintiman itu artinya kerja bakti, alias melakukan sesuatu bersama-sama.

Cewek selalu memiliki tenggang rasa dan lebih bisa menjaga hubungan. Sedangkan cowok selalu "cuek" dan main "hantam kromo". Cewek selalu memikirkan bagaimana cara membagi penghasilannya dan cowoknya untuk dia sendiri, keluarga dan teman-teman. Sedangkan cowok, tak pernah mau pusing dengan masalah duit.

Cewek biasanya lebih cerewet. Cewek juga sering mengeluh soal hubungan dan masalah yang dihadapi. Sedang cowok tidak begitu peduli dan selalu menganggap semuanya biasa-biasa saja. Cewek selalu ingin menyelesaikan masalah dan perbedaan pendapat yang ada dengan tuntas, sedang cowok justru ingin melupakannya. Begitulah dunia Venus dan Mars!!!

Jeritan Timur Tengah Masih Belum Selesai

♠ Posted by Aryni Ayu in
-Day 14-
23 Juni 2011


Tidak mungkin jika jeritan mereka hingga hari ini ditujukan hanya karena serangkaian kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat, melainkan hal ini menurut analisis saya lebih disebabkan karena ‘harga diri’ masyarakat Timur Tengah yang selama ini terinjak oleh bendera Kapitalis.

Ditemani suara gemuruh yang begitu dahsyat bak speaker masjid. Ah saya heran, cuaca cerah begini kok ada gemuruh sih. Eh, setelah dicari ternyata suara perut saya yang miscall minta dikasih makan, maklum Avril kalau habis konser emang begini nih (haha). Sembari menunggu pizza datang, saya mencoba mengklik remote teve untuk mencari – cari berita yang bagus. Dari tv A, B, hingga D, wah kenapa acaranya gossip semua nih. Cuma masalah artis pakai operasi plastic aja dibesar – besarin, orang – orang di Hollywood sih udah biasa pakai begituan, dasar udik! Aha, akhirnya saya menemukan sebuah berita menarik tentang Timur Tengah.

Hari ini di Metro diberitakan bahwa Amerika akan tetap konsisten untuk menarik 10.000 pasukannya dari Afganistan. Eh American Idiot (seperti lagunya Greenday), kenapa enggak daridulu aja? Bosen ya karena disana enggak ada barang – barang bukti yang kalian cari, atau karena sudah ada planning? tahun ini yuk kita gempur Afganistan, tahun berikutnya bagaimana kalau Irak, dan di tahun 2011 coba kita adu domba negara – negara kawasan Timur Tengah, Isn’t it?

Di Libya juga ada kabar bahwa Khadafi menuduh NATO telah banyak melukai warga sipil. Ah, kagak usah dituduh sih memang mereka sudah banyak sekali melukai warga sipil Libya. Lihat saja gerak – gerik mereka, kalau memang berlindung di balik HAM dan kemanusiaan, seharusnya mereka tak usahlah begitu menggebu – gebu untuk memborbardir wilayah yang bukan kekuasaannya. Khadafi saja dilarang mati – matian oleh PBB untuk membantai rakyatnya sendiri, kenapa kalian begitu bernafsu untuk melakukan pembantaian massal? Sangat disayangkan Hittler telah tiada, jika masih ada ya mungkin tinggal nama saja kalian di Timur Tengah. Di tahun 2011, sungguh jeritan di negara – negara kawasan Timur Tengah masih belum selesai. Ada peradaban Islam yang masih harus dibangkitkan, maka jangan salahkan mereka jika harus menghasilkan serangkaian kaum fundamentalis sebagai pihak – pihak yang kontra terhadap kawanan Amerika.

Jeritan Timur Tengah memang masih belum selesai! Lihat saja negara – negara Islam tersebut kini tengah didera berbagai penderitaan. Dihantam berbagai tsunami demokratisasi yang sangat bertentangan dengan cultural mereka. Di Israel yang sesungguhnya asal mengklaim saja tanah – tanah yang ada di Palestina, menjadi akar dari berbagai kompleksitas permasalahan di Timur Tengah. Apapun dalihnya, tetap tak mengurungkan niat para pengamat politik Timur Tengah untuk menetapkan Israel sebagai sekutu Amerika dan inilah yang menjadi sebab krusial mengapa permasalahan diantara mereka berdua tidak kunjung selesai. Padahal secara gamblang telah diberitakan di berbagai media Internasional bahwa Israel tak jarang menyerang Palestina, menyerang warga sipil, serta menghalangi – halangi berbagai bantuan kemanusiaan yang berasal dari masyarakat Internasional. Namun keadilan tetap tidak dapat ditegakkan oleh polisi dunia kita. Menjadi pertanyaan besar sekarang mengapa disaat Sudan, Mesir, Libya, Suriah, dan negara lainnya di Timur Tengah sedang bergejolak Israel tidak mencoba memborbardir Palestina? Apakah memang ada rencana negara – negara besar di balik itu semua? Perlu Anda ketahui secara tertutup, memang ada sebuah organisasi rahasia “Bilderberg” yang didalamnya berisi orang – orang besar dari berbagai negara Aliansi Eropa dan Amerika serikat. Mereka adalah pengendali stabilitas ekonomi, pemilik berbagai perusahaan besar dunia, elit – elit penting di suatu pemerintahan dan berperan sebagai penentu semua kebijakan dunia. Bahkan PBB, NATO ataupun CIA adalah manuver andalan mereka untuk melancarkan rencana – rencana besar demi menaklukan dunia dalam satu bendera kapitalis. Tak menutup kemungkinan bahwa peristiwa – peristiwa besar dalam kerangka gejolak Timur Tengah ada didalam kertas rencana Orde Satu Dunia sebuah organisasi Birlderberg.

Jika kita amati, lengsernya Ben Ali dari pemerintahan Sudan dengan cepatnya menjadi efek domino bagi negara – negara Timur Tengah lainnya. Mesir, Libya, dan Suriah, adalah negara yang terkena efek domino tersebut. Hingga sekarang bahkan rakyat mereka masih menjerit keras “bagaimana nasib pemerintahan kami? Kami tidak ingin berada dibawah bendera Kapitalis, dan juga tidak ingin ada dibawah rezim militant otoriter.”

Ya, pertanyaan yang sulit dijawab bahkan oleh seorang Obama sekalipun. Di satu sisi dirinya sangat berkeinginan besar Timur Tengah mampu menghirup udara Demokrasi dan kapitalis. Namun di sisi lain, para pengamat politik kini tengah mengeluarkan prediksi – prediksi mereka tentang gejolak yang di wilayah tersebut. Pasalnya, perlu diingat bahwa masyarakat di negara – negara Timur Tengah itu terdiri dari masyarakat Tribalis atau bersuku – suku. Sekali mereka dikenalkan pada sebuah demokrasi, tak menutup kemungkinan akan terjadi perang saudara antar suku tersebut. Lihat saja Irak sekarang, lengsernya pemimpin mereka delapan tahun silam bahkan tak membuahkan hasil yang bagus untuk masa depan Irak. Mereka terus mengalami perang saudara antara suku – suku yang berkuasa akibat tidak adanya Demokrasi yang seperti apa bentuknya agar kontekstual dengan pemerintahan mereka.

Memang patut dipertanyakan disini, mengapa jeritan rakyat Timur Tengah baru terjadi berpuluh tahun kemudian setelah negara mereka merdeka? Jika kita mencoba menganalisis dari perspektif historisnya, negara – negara Islam tersebut dulunya pernah berjaya saat rezim Ummayah berkuasa. Bahkan mereka adalah pemenang dari Perang Salib yang pada akhirnya berhasil mempermalukan pasukan Barat dibawah bendera Turki Ottoman. Kunci vital perdagangan juga dimiliki oleh peradaban Islam. Namun ironis kemenangan ini hanya bertahan sebentar seraya bangsa Barat dengan cepatnya menyusun kekuatan kembali untuk menguasai dunia yang dimulai sejak abad ke – 17 dan mengalami puncaknya di abad – 19 saat Amerika Serikat tumbuh sebagai negara adidaya.

Dari sinilah kemudian negara – negara Arab mulai diperintah oleh orang – orang yang sebagian besar adalah sekutu kapitalis. Meski sekarang Amerika sebagai polisi dunia berdalih untuk memerintahkan untuk menggeser rezim – rezim otoritarian itu. Namun secara terselubung, mungkin ini adalah rencana rahasia buatan Biilderberg. Di pertengahan abad – 19, dipilihlah rezim – rezim dictator oleh polisi dunia untuk membungkam suara – suara rakyat yang ingin mengekspresikan aspirasinya kepada pemerintah. Jangan bersuara apa – apa, bahkan tembok pun mendengar. Begitulah istilah yang sering diungkapkan pemuda – pemudi terpelajar saat mengungkapkan alasan mereka mengapa negara – negara itu baru berani berdemonstrasi menuntut gejolak yang lebih besar.

Tidak mungkin jika jeritan mereka hingga hari ini ditujukan hanya karena serangkaian kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat, melainkan hal ini menurut analisis saya lebih disebabkan karena ‘harga diri’ masyarakat Timur Tengah yang selama ini terinjak oleh bendera Kapitalis. Jeritan mereka tentu saja menanti kebangkitan kembali sebuah Peradaban Islam yang selama ini terkubur.

Jawa sebagai Penyumbang Terbesar Lahirnya NKRI

♠ Posted by Aryni Ayu in
-Day 13-
22 Juni 2011


Karena ‘wong jowo’ sejak nasionalisme Indonesia belum terbentuk, bahkan saat menuju tangga terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia, diantara mereka adalah orang – orang yang terlahir sebagai pemimpin.

Jawa, jika Anda melihat di layar televisi, layar lebar, ataupun dibalik layar warung kopi, pasti banyak sekali sinetron – sinetron dan film – film yang memakai istilah Jawa. Apalagi Box Office yang ada di salah satu tv swasta kita, sengaja menduplikat suara – suara para pemainnya memakai khas istilah – istilah Jawa ‘ngoko’. “Whats up brow” dalam bahasa Inggris bisa berganti nama menjadi “ya opo kabare cak?”, “Where is Brad Pitt”,menjadi “Nang endi si Brad Pitt iku?”. Artis Hollywood bisa jadi orang ‘ndeso’ juga ya ternyata.(Just Kid ). “ono opo? Opo ono? Ora popo”,begitulah saat Sule mencoba mengaplikasikan bahasa Jawanya di OVJ. Sontak saya langsung mengambil remote tv, mendrible-nya di lantai bak bola basket yang sedang dimainkan oleh Kobe Bryan, dan tertawa terbahak – bahak (hahaha). Inilah yang disebut ‘lucu’ dan ‘unik’, banyak orang – orang luar jawa yang men-jawa-kan dirinya. Karena Jawa secara historis, memang menjadi pusat kegiatan Indonesia bahkan sebelum Indonesia itu terbentuk.

Sebelum berpikir sedikit kritis, ataupun sok kritis, ya, lebih baik jika Anda mengikuti saya terlebih dahulu untuk memutar lagu wajib ala Avril sebelum kita memulai kegiatan ini. Pertama, mari kita buka lagu What the Hell by Avril Lavigne, Ke$ha with your love is my drug, Price Tag by Jessie J, and many more. Putar lagunya, dan keraskan! Come on, shake your body, lets be rockin! …All my live I’ve good but now…Ooow What the Hell..you save me baby..baby..! (Upz, ini potongan lagunya Avril). Ya, akhirnya saya menemukan ide dan berteriak keras, “Avril, orang Jawa itu Penyumbang Terbesar Lahirnya NKRI loh..!”

Great, back to critis! Meskipun tadi siang ada penggemar tulisan saya yang berkata bahwa tulisan saya ini dinilainya terlalu rumit dan meluas untuk dipahami khalayak umum. But ya, orang – orang Besar seperti Bung Karno sendiri bahkan lebih suka melakukan sesuatu yang rumit untuk memperoleh hasil yang lebih besar daripada hanya melakukan hal – hal sederhana yang tentunya menghasilkan sesuatu yang lebih sederhana pula. Suatu analogi yang tepat mungkin untuk berterima kasih kepada penggemar tulisan saya. Namun ada yang lebih penting disini, Anda tahu sejak kapan sebenarnya nama Indonesia itu sendiri mulai dikenal oleh rakyat? Untuk menjawab pertanyaan yang begitu jarang sekali terlontar oleh para mahasiswa yang bahkan senantiasa bercengkerama dengan ilmu Sejarah. Mari kita mencoba menganalisisnya melalui sederet perjalanan historis panjang bangsa Indonesia, dengan rakyat Jawa sebagai pusat terbentuknya kesadaran membangun sebuah NKRI.

Jawa secara tidak kita sadari memang sebagai penyumbang terbesar lahirnya NKRI. Dalam spectrum politik, jika seseorang ingin mengetahui dan memaknai secara luas bagaimana sebenarnya perpolitikan di Indonesia ini, maka para politisi itu harus sesegara mungkin mempelajari perpolitikan Jawa. Tanpa hal ini, para politisi yang berkeinginan sebagai pemimpin bahkan hanya akan jadi seorang yang adigang adigung alias hanya numpang tenar. Lihat saja sekarang banyak sekali diantara wakil – wakil rakyat kita yang duduk di kursi empuk volksrad (istilah dalam bahasa Belanda) atau di legislative hanya sok bersibuk – sibuk ria, naik mobil sana – sini bak artis Hollywood yang akan menghadiri sebuah acara penghargaan. Namun harus titip absen saat harus mendatangi sebuah rapat yang didalamnya bahkan terdapat berbagai inspirasi rakyat. Meski datang rapat juga, sebagian besar dari mereka mungkin hanya ikut duduk, mengobrol, mengantuk, atau sekedar mengotak – atik handphone, layaknya para siswa badung yang bosan mendengarkan gurunya berceramah di depan kelas. Begitulah yang tersiar di berbagai media pemberitaan. Banyak sudah pihak – pihak yang mengkritisi wakil – wakil rakyat itu, namun no sense, hanya sedikit yang mendengar. Padahal untuk berperan sebagai wakil rakyat, mereka harus bertingkah layaknya orang Jawa yang ‘njawani’ atau peduli terhadap rakyat. Karena wong jowo sejak nasionalisme Indonesia belum terbentuk, bahkan saat menuju tangga terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia, diantara mereka adalah orang – orang yang terlahir sebagai pemimpin. Tanpa harus memandang sebelah mata peranan etnis – etnis lainnya. Untuk mengetahui realita yang sebenarnya bahwa orang Jawa sebagai penyuplai terbesar terbentuknya NKRI, mari kita pahami terlebih dahulu perjalanan sejarahnya.

Indonesia di masa kerajaan adalah bangsa yang masih tidak mengetahui siapa bangsa mereka sebenarnya, hanya sebuah fakta yang saat itu dapat dipercaya, bahwa mereka adalah orang – orang melayu yang berketurunan sama, berkulit coklat, dan berbahasa daerah plural. Hingga abad ke – 19, saat Kata “Indonesia” pertama kali digagas di tahun 1850 oleh salah seorang ahli etnografi Barat, E. Logan. Begitu pun saat para sarjana Barat mencoba memberi nama kepada sebuah gugusan kepulauan yang mencakup hingga kepulauan Formosa (Taiwan) itu (Indonesian’s), bangsa Indonesia pun bahkan masih terlelap dalam aristocrat kerajaan – kerajaannya. Tanpa mengetahui bahwa sebenarnya mereka tengah dibicarakan dan ditulis dalam jurnal – jurnal bangsa barat dalam sebuah nama “Indonesia”.

Saat kata “Indonesia” tengah dibicarakan di berbagai penulisan barat, bahkan saat berdiskusi, mereka tak segan – segan menyebut kata Indonesia secara berulang – ulang di hadapan pemerintahan barat untuk memberi penguatan terhadap penulisan mereka tentang gugusan kepulauan yang disebutnya sebagai Indonesia itu. Tentu secara politis, hal ini sangat dimanfaatkan oleh kaum kolonis yang memang sedang memperluas tanah jajahan untuk memenuhi Revolusi Industri mereka, tak terkecuali Belanda. Mereka yang saat itu memang sudah memberi nama Hindia – Belanda kepada Indonesia, mencoba merealisasikan nama ‘Indonesia’ itu dalam artian persatuan yang tidak terdiri dari banyak bendera. Maksudnya, kita tahu bahwa masa itu Indonesia masih tertanam kuat didalam hati mereka tentang structural kerajaan yang tentu saja membangkitkan masing – masing etnisitas mereka, seperti etnis Sumatra, Jawa, Sulawesi, dan lain sebagainya. Dan inilah yang disebut Belanda sebagai ‘banyak bendera’. Sengaja mereka mengikrarkan hal tersebut agar seluruh Hindia Belanda tidak tunduk kepada orang Jawa, karena Jawa adalah pusat kehidupan rakyat di berbagai bidang dari perdagangan, social, etnis, hingga pemerintahan. Sejak zaman kerajaan layaknya Kerajaan Majapahit yang mampu menguasai wilayah setara dengan Hindia – Belanda hingga masa kolonis tiba, Jawa berperan besar dalam spectrum sendi – sendi kehidupan bangsa Indonesia. Bahkan para pembesar Cina, Arab, dan India tak segan – segan menjadikan Jawa sebagai satu – satunya negara yang dikenalnya besar diantara gugusan Hindia – Belanda.

Jika dikait – kaitkan dengan pembentukan NKRI, tentu peranan orang Jawa memasuki episode kedua. Tentunya saat Indonesia sedang memasuki zaman modern, dimana pembentukan sebuah negara Indonesia dimulai. Modernitas Jawa mulai terlahir disini.

Saat Ratu Wihelmina Belanda menyetujui sebuah Politik Etis yang didalamnya berupa politik balas budi mencakup emigrasi, irigasi, dan edukasi di awal abad 20 untuk membalas semua kontribusi yang telah diberikan oleh bangsa Indonesia kepada pemerintahan Belanda. Ya, kontribusi yang dimaksudkan tentu saja sumber daya alam dan sumber daya manusia yang diperas habis – habisan oleh panjajah Belanda terhadap rakyat Indonesia. Tak ayal jika beberapa tahun kemudian gagasan tentang Politik Etis ini menjadi boomerang bagi Belanda.

Pendidikan ala Barat mulai diperkenalkan oleh bangsa Indonesia. Bahkan sebanyak dua puluh tiga pemuda – pemuda Indonesia yang sebagian besar berasal dari Jawa untuk pertama kalinya menempuh pendidikan tinggi ala Barat. Dari sinilah ide – ide untuk membentuk serangkaian tsunami nasionalisme untuk Indonesia tumbuh. Sebuah negara yang disebut Belanda sebagai negara jajahannya dalam julukan ‘Hindia Belanda’ kini secara politis harus kembali ketangan bangsa Indonesia. Maka berdirilah Budi Utomo di tahun 1908 yang didirikan oleh priyayi Jawa yang begitu ‘njawani’, berkharisma, cerdas dan mampu membawa putra – putri Indonesia lainnya untuk berjuang melawan penjajahan Belanda dalam satu kesatuan Indonesia, yakni Dr. Wahidin Sudirohusodo, adalah potret Jawa era modernitas. Tak heran jika nantinya muncul tokoh – tokoh yang sangat kita kenal sebagai golongan radikalis dan konservatif. Kaum radikalis yang berarti berisi kaum pelajar seperti Tan Malaka yang berasal dari etnis Sumatera, dan Bung Karno yang berasal dari etnis Jawa sebagai perwakilan dari golongan konservatif, yakni kaum yang setuju berdiplomasi dengan penjajah, berbeda dengan kaum radikalis.

Untuk plot selanjutnya, sebagian besar kegiatan dalam potret perjuangan bangsa Indonesia menuju tangga pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia dipusatkan di daerah Jawa. Pergerakan pemuda yang nasionalis pun pertama diisi oleh pemuda – pemudi jawa, tanpa memandang sebelah mata etnisitas plural lainnya. Wong Jowo dari sejarahnya telah membuktikan bahwa mereka selangkah lebih maju untuk memperjuangkan ide – ide Negara Kesatuan Republikk Indonesia. Maka jangan heran jika hingga sekarang orang – orang Jawa, dan kebudayaannya banyak diadaptasi tak hanya oleh masyarakat Indonesia melainkan juga masyarakat Internasional.

Barat Bukan ‘apa – apa’ Tanpa Timur

♠ Posted by Aryni Ayu in
-Day 12-
21 Juni 2011


Jika seseorang telah mampu menguasai kebudayaan negara lain, maka dia akan menjadi penguasa negara tersebut. Sama halnya dengan Barat yang mampu menguasai Kebudayaan Bangsa Timur, maka jatuhlah seluruh kekuasaan vital bangsa Timur di tangan Barat. Sungguh, Barat bukan apa – apa tanpa Timur!

Barat boleh bangga saat dirinya turun dari sebuah limosin mewah, menenteng berlusin - lusin i phone ditangannya serta berhiaskan sederet accesoris blink – blink yang berkilauan bak toko emas berjalan. Memakai baju tren mewah ala Lady Gaga, Katy Perry, Selena Gomez, Avril Lavigne, atau artis – artis Hollywood lainnya yang konon biayanya sangat fantastic. Jangankan berlian yang di Indonesia semata – mata hanya dipergunakan sebagai perhiasan. Di Hollywood, berlian sudah digerus sebagai pengkilap rambut dan wajah. Apalagi saat Barat berhasil mendominasi stabilitas perekonomian dunia dengan produk – produk mereka yang menggiurkan. Diantaranya ada perusahaan Coca Cola yang dimiliki oleh George A. David (Yunani), Jorma Ollila pemilik produk NOKIA (Finlandia), New York Times, Lore’al, Dunkin Donuts, KFC, HUGO, Microsoft, dan berbagai bahan – bahan konsumtif lainnya. Ya, semuanya memang surga dunia, serba menarik, dan gila - gilaan. Barat begitu cerdas, kreatif, dan inovatif dalam mengolah berbagai bahan baku menjadi sebuah karya bernilai jual tinggi.

Tentu menjadi pertanyaan besar disini, peradaban mana yang begitu indah hingga mampu menciptakan generasi yang sebegitu hebat seperti bangsa Barat? Bahkan timur pun harus ikut – ikutan menjadi sebuah Barat bagian kedua.

Sembari mengamati foto – foto Avril Lavigne yang dipajang di dinding kamar, memutar – mutar saluran radio layaknya seorang DJ yang sedang memainkan lagunya di sebuah pesta, tak lupa saya mengayun – ayunkan tangan untuk menghalau pasukan nyamuk yang berkeliaran seperti NATO yang sedang membombardir Libya. Pikiran saya terus berputar memikirkan sebuah judul untuk artikel hari ini. Ya, sebuah pemikiran yang Einstein banget (haha). Barat Bukan ‘apa – apa’ tanpa Timur! Mungkin orang – orang Barat berkata “Eh Lady Gaga, masa sih kita bukan apa – apa tanpa bangsa timur?anyway, orang timur kan pinter – pinter dulunya, kalender aja kita harus dibuatin orang Mesir. Apalagi hotel – hotel di A.S yang ala Yunani itu, kan kita dulunya copy paste dari bangsa Persia”. “Tau gak sih lo?Loe Gue,End (upz salah).hehe. “Eh iya bener Pak Obama, coba kalo timur gak ada, kita pasti gak kebagian sumber daya alamnya yang melimpah itu loh..”haha (just kid). Namun jika dipikir – piker memang faktanya seperti itu. Keberhasilan orang – orang Barat adalah utopis tanpa Peradaban Timur, isn’t it?

Peradaban Timur dan Barat telah menyatu dalam kerangka modern. Tak ayal jika banyak kebudayaan Barat diserap bahkan kini menjadi style bagi Kebudayaan Timur. Ditambah lagi dengan adanya tataran global ala liberal menyatakan bahwa negara – negara yang masih hidup dibawah bayang – bayang otoritarianisme dan aristocrat akan hancur berkeping – keping seperti komunis. Pasalnya, dengan tataran perekonomian yang telah begitu global di zaman sekarang negara – negara di berbagai belahan dunia akan saling bergantung antara satu dengan yang lainnya. Tak heran jika pengembangan ide gila yang mulai disahkan di tahun 2010 oleh Pemerintah Indonesia ini mengakibatkan banyak pengusaha lokal gulung tikar. Liberalisme dan kapitalisme yang sedang berkuasa saat ini adalah dasar bagi terciptanya Demokrasi.

Peradaban Timur yang dulu sangat kontekstual dengan keberadaan aristocrat dan kesukuan. Kini harus bertabrakan dengan demokrasi yang secara kontekstual politik sangat bertentangan dengan nilai – nilai luhur bangsa Timur. Alhasil, tsunami gejolak pun tak dapat dihindari di negara – negara pemegang Peradaban Timur. Anda lihat saat berita – berita di pertelevisian nasional ataupun internasional yang hingga sekarang masih gencar – gencarnya memberitakan tentang Suriah, Libya, dan Israel – Palestina. Bahkan Mesir sebagai pemegang terbesar Kebudayaan Timur ironis sekali perekonomian mereka masih jauh dibawah garis kemiskinan, ditambah lagi dengan lengsernya kepemimpinan negeri Fir’aun tersebut yang sekarang harus ditunggangi oleh sekelompok liberalis kawanan Amerika. Apakah ini balas budi mereka terhadap keluhuran Budaya Timur sebagai pemasok terbesar kebudayaan Barat? Tunggu dulu, jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan. Coba kita periksa dari perjalanan sejarahnya, apakah benar West is impossible without East.

Saat peradaban di dunia ini baru saja terlepas dari masa prasejarahnya dengan periodisasi waktu yang berbeda – beda. Anda tahu apa yang dimaksud dengan periodisasi ini? Periodisasi itu mencakup rentang waktu yang dikelompok – kelompokan berdasarkan zamannya, seperti Indonesia yang memiliki periodisasi dari zaman Kuno (Hindu – Budha), Islam, dan Modern. Okey lanjut! Peradaban Mikena, Mesir, dan Persia adalah tiga peradaban pertama yang berhasil mengenal tulisan terlebih dahulu dari kebudayaan lainnya seperti Cina, India, Yunani, Romawi, Inca, Indian, Maya, dan Astec. Lain halnya dengan Asia Tenggara, mereka – mereka ini termasuk Indonesia baru mengenal tulisan atau memasuki zaman sejarah sejak Abad 5 Masehi setelah mereka dimasuki oleh Kebudayaan Cina dan India. Serta saat bangsa Yunani Kuno telah melahirkan beribu – ribu sastra, bangsa Indonesia dengan suksesnya baru mengenal tulisan. Sedikit fakta yang bisa kita analisis sebagai penyebab mengapa bangsa kita masih jauh tertinggal dengan Cina.

Bagaikan kereta api yang terus berjalan kedepan, Peradaban di Timur pun terus berkembang. Kita ambil sample Peradaban Mesir sebagai peradaban tertua di dunia. Saat Anda melihat Piramid Gyza, Sphinx, Obelisk secara langsung ataupun hanya dari pemberitaan. Hal ini cukup menjadi bukti sejak 10.000 tahun sebelum masehi, bangsa Mesir telah mampu menciptakan arsitektur yang sebegitu rumitnya dengan tekhnologi tinggi. Bahkan manusia sekarang masih tidak sanggup menyamai mahakarya tersebut. Tidak hanya itu, bahkan jauh sebelum manusia mengenal ilmu kedokteran, dan perbintangan, bangsa ini telah mahir memainkannya. Ya, sama persis kisahnya jika Anda melihat film berjudul The mummy, akan terlihat jelas seberapa tingginya Peradaban Mesir.
Dari Mesir kita menuju ke Persia sebagai peradaban Timur jauh. Disini, kebudayaan pun berkembang secara besar – besaran ditambah lagi dengan adanya bangsa Mikena yang turut terkontaminasi dengan peradaban Persia dan Mesir. Bangsa Mikena adalah sebuah bangsa kuat yang didalamnya diklaim oleh para arkeolog sebagai akar dari Peradaban Yunani. Awalnya, bangsa Yunani menyerang bangsa Mikena hingga hancur, dan kebudayaan yang mereka miliki seperti ukir – ukiran, serta arsitektur dibawa oleh bangsa Yunani. Sehingga di kemudian hari, jadilah sebuah Peradaban Yunani yang kini terkenal indah, agung, cerdas, dan bernilai artistic tinggi.

Aristoteles, Plato, patung – patung klasik ala Hellenistik, serta Illad dan Odesai, Anda Pernah mendengar istilah – istilah itu? Pasti pandangan Anda langsung tertuju pada kebudayaan Barat. Tapi secara historis bukanlah Barat seluruhnya, hanya ‘Yunani’ yang patut memegang erat pandangan dunia tersebut. Yunani dengan berbagai mahakaryanya menjadi akar bagi Peradaban Barat era Modern. Selain artistic, karyanya yang begitu mahalpun tertuang sebagai sebuah bentuk ‘demokrasi’. Karena ya, dari sinilah Demokrasi itu berasal, meski ironis peradaban yang terkontaminasi dengan peradaban Timur ini pun harus hancur akibat demokrasi. Mengapa sekarang para liberalis itu begitu mengagung – agungkan mahakarya yang memang sudah hancur sejak zaman Yunani Kuno ini?

Sekali lagi peradaban Yunani adalah akar dari Peradaban Barat yang telah dianalisis berdasarkan perjalanan historisnya, kebudayaan Yunani itupun tak lepas dari ide – ide cerdas Peradaban Timur. Tekhnologi, system pemerintahan, kedokteran, astronomi bahkan keagamaan yang sekarang begitu pesat berkembang di hemispire (belahan bumi Barat) berasal dari Dunia Timur.

Dulu, Peradaban Timur menjadi kiblat Dunia. Namun kini, Barat harus menggeser kiblat tersebut dengan keberadaan dirinya sebagai pusat Dunia. Jika seseorang telah mampu menguasai kebudayaan negara lain, maka dia akan menjadi penguasa negara tersebut. Sama halnya dengan Barat yang mampu menguasai Kebudayaan Bangsa Timur, maka jatuhlah seluruh kekuasaan vital bangsa Timur di tangan Barat. Sungguh, Barat bukan apa – apa tanpa Timur!

Para Koruptor itu tak Ubahnya Penjajah Belanda

♠ Posted by Aryni Ayu in
-Day 11-
20 Juni 2011



Rakyat sengaja ditenggelamkan kedalam pengalihan – pengalihan isu seraya elit – elit bermasalah tersebut menyusun taktik berikutnya untuk lebih mengeruk kekayaan negaranya tanpa perlu repot – repot lagi tentunya untuk memikirkan masa depan bangsa.

Para Koruptor itu tak Ubahnya Penjajah Belanda! Benar – benar segerombolan penjahat dari dua dimensi berbeda. Antara dimensi zaman edan atau era Hedonisme, sedang yang satunya berasal dari dimensi penjajahan colonial. Jika yang satu berkulit coklat kuning bahkan hitam, lain halnya dengan Kolonis Belanda yang berkulit putih tanpa harus ber-pedicure manicure ria didalam Hotel Prodeo. Itu tuh buih mewah yang khusus desain oleh sipir – sipir suapan para koruptor. Bahkan penjahat lainnya yang juga berprofesi kotor dalam pemerintahan turut meniru desain gila ini. Kenapa disebut gila? namanya saja zaman edan, ratu pandito ngawur, rakyat pun ngawur, benar kan?

Plok! Seraya meneplok nyamuk dengan buku – buku yang saya baca hari ini. Diantaranya ada yang membahas tentang kritik terhadap Globalisme dan Neoliberalisme, Demokratisasi, Dosa – dosa Orde baru, Menggugat Penguasa, lalu buku karangan R.E. Elson tentang The Idea Of Indonesia, serta buku yang pada intinya bercerita tentang Jawa yang diimplementasikan dengan kepemimpinan sekarang. Aha! Jamaah…! Oo Jamaah!haha, sorry, sekedar iklan. Itu tuh ceramah yang biasanya ada di Trans tv, kiainya Gokil plus agak lebay (). Great, Back to critis! Sembari mendengarkan Rihanna, Avril Lavigne, Jonas Brother yang biasanya diputar di radio kiss fm Jember, ya! Saya memutuskan untuk menulis tentang sejauh mana implementasi antara koruptor masa kini yang nampaknya sedang menjadi trend di kalangan elit Indonesia dengan para penjajah Belanda jaman dahulu. Pasalnya, keduanya sama – sama haus kekuasaan, uang, dan korupsi. Ya, tak jauh beda bagi mereka – mereka yang berprofesi sebagai Koruptor!

Dalam beranda modern, teori – teori koruptor didapat dengan mudah melalui demokrasi. Demokratisasi, ya! Koruptor, why not? Bagi mereka, Demokrasi adalah segala – galanya. Rakyat dan elit bebas untuk mewujudkan segala sesuatu sesuai keinginannya, yang penting Bebas dan damai! Itulah yang senantiasa didengung – dengungkan oleh Amerika pasca hancurnya Uni Soviet dan Jerman.

Fasisme nasionalisme Jerman kini telah hancur, begitu juga dengan Komunisme Uni Soviet. Tiada lagi sudah musuh – musuhnya yang menjadi batu untuk meliberalkan negara – negara di dunia hingga ke pelosok – pelosoknya. Bagi seorang liberal sederhana mungkin berpikir “tebas saja para pimpinan otoriter itu, agar demokrasi bisa berjalan.” Lain halnya bagi Liberal yang sedkit lebih canggih, mereka akan mempertimbangkan terlebih dahulu masalah stabilitas perekonomian suatu negara, budaya, rule of law, serta sejauh mana masyarakat pada akhirnya mau mendukung basis politik elitnya. Amerika adalah penganut paham yang kedua. Kenapa di artikel ini saya masih saja menyebutkan Amerika?karena Amerika merupakan sarat politik, agar – negara – negara di dunia bisa ikut dalam percaturan politik Internasional. Lihat saja sekarang Libya, sebagai contoh negara yang dianggap Obama membangkang kepada alat – alat pertahanan internasionalnya seperti PBB dan NATO. Otomatis, seluruh rantai perekonomian dan politik Libya ke seluruh dunia diblokir atas kehendak Kemaharajaan Obama. Begitu juga dengan Indonesia, seperti Amerika! suap – menyuap, bisik – bisik politik, melegalkan sesuatu yang illegal melalui cara – cara illegal mulai membudaya, isn’t it?

Koruptor dalam dimensi modern memang terkait dengan lengahnya Demokrasi sebagai ‘kado’ dari ‘polisi dunia’. Ya, memang saya orientasikan seperti itu agar pembaca bisa lebih mengerti bagaimana implementasinya dengan demokratisasi. Sekarang, coba kita lihat melalui dimensi sejarah, koruptor ini lebih pantas jika disandingkan dengan para ‘kompeni’ alias para penjajah Belanda di zaman Kolonial. Ingat saat guru – guru kita menerangkan tentang Perang Diponegoro? Perang Jawa? Dan VOC? Anda tahu apa yang sebenarnya pesan yang bisa diambil dari ketiga materi itu jika kita ambil sebagian kecilnya saja?

Di satu sisi memang harus kita akui para ‘kompeni’ ini berkontribusi besar dalam memajukan pendidikan Indonesia melaui Politik Etis – nya, karena dari sinilah menjadi Bumerang bagi Belanda karena nasionalisme Indonesia telah bangkit. Mereka juga berperan sebagai motivator pemikiran bangsa Indonesia bahwa antara Mikrokosmos (manusia) dan Makrokosmos (alam), antara pemerintahan dan agama harus dipisahkan secara jelas. Namun kita akan melihat sisi yang berbeda dari Belanda saat harus mamaknai Perang Diponegoro. Dalam perang ini menggambarkan kerakusan pihak Belanda yang sangat menginginkan perluasan kekuasaannya tanpa harus ada nasionalisme dari rakyat dan Pangeran Diponegoro. Perang Jawa, ini perang sangat besar dalam sejarah Indonesia, hingga banyak pengarang lokal dan Barat yang menulis tentangnya. Mereka menyimpulkan bahwa perang ini adalah katalis dari perang – perang sebelumnya termasuk Perang Diponegoro yang pada intinya tetap menunjukkan keinginan Belanda untuk menguasai wilayah Jawa secara total, berikut dengan taktik – taktik politiknya untuk mengelabui rakyat. Rakyat di masa Kerajaan Islam ini dikenai bermacam – macam pajak, diantaranya ada pajak pintu, pajak halaman, pajak umum yang wajib dikenakan bagi orang – orang yang memegang jabatan, serta pajak – pajak lainnya yang makin hari makin memberatkan. Namun ironis, hasil dari pajak – pajak yang dikenakan kepada rakyat itu nantinya digunakan Belanda untuk menutupi segala utang – piutangnya. Karena di masa itu juga mereka bangkrut akibat korupsi – korupsi yang dilakukan oleh pejabat – pejabat Belanda di VOC. Tanpa menafikan sejarahnya, tentu ini sangat mirip dengan para koruptor Indonesia versi Demokrasi hari ini.

Bagaikan Induk dan anaknya, sifatnya pun jatuh tak jauh berbeda. Sekali lagi, penjajah Belanda tak bosan – bosannya mengeruk kekayaan Indonesia. Dari awal kedatangan mereka yang menganggap dirinya sebagai ras yang jauh lebih berbudaya bila dibandingkan dengan negeri yang saat itu disebutnya Hindia Belanda. Mereka, para Hindia Belanda itu adalah orang – orang tidak berbudaya (savage). Ya, dari anggapan iinilah kemudian hegemoni kolonialisme mulai dibangun Belanda. Bermodal diplomasi dihadapan bangsa Indonesia yangsaat itu masih fanatic dengan kepercayaan animism dinamisme dan kepercayaan Jawa. Anda ingim tahu apa yang diperbuat Belanda dengan memanfaatkan kepercayaan masyarakat Indonesia ini? Para penjajah ini mulai membuat doktrin – doktrin asal. Mereka mengikrarkan mitos – mitos tentang Kanjeng Nyi Roro Kidul, yang kebanyakan orang sekarang menganggap bahwa kepercayaan ini asli mitos orang Jawa. Faktanya tidak, mitos ini sengaja dibuat Belanda untuk menurunkan minat rakyat terhadap pertahanan maritim. Pasalnya, apabila bangsa Indonesia memiliki niat untuk memperkuat pertahanannya di bidang maritim, maka hancurlah Belanda.
Ini akan sama saja jika kita melihat selangkah lebih maju tentang perkembangan berita – berita di televisi, apalagi jika bukan tentang Korupsi. Rakyat sengaja ditenggelamkan kedalam pengalihan – pengalihan isu seraya elit – elit bermasalah tersebut menyusun taktik berikutnya untuk lebih mengeruk kekayaan negaranya tanpa perlu repot – repot lagi tentunya untuk memikirkan masa depan rakyat. Bahkan saat Indonesia telah merdeka, di tahun 1947 Belanda masih mencoba menancapkan kekuasaannya kembali di Bumi Indonesia dengan bermacam dalih. Agresi militer, Perjanjian Roem – Royen hingga menjadikan negara Indonesia sebagai negara Federal layaknya Amerika, serta beragam taktik untuk merebut Irian Barat yang kaya akan sumber daya alam. Sekali lagi tak ubahnya seperti tikus – tikus kantor, meski kebobrokan mereka sudah terungkap di pengadilan, tapi masih saja bisa berkelit dengan membuka lubang disana – sini. Menuduh pihak sana – sini yang telah menjadi duplikatnya agar bisa memainkan aksinya kembali.

Antara Kolonialisme dan Neo-kolonialisme, antara penjajahan fisik dengan penjajahan mental. Menggunakan segala macam taktik politk dan bragam dalih demokrasi yang berlebel ‘warung kopi’ alias tidak berkualitas. Faktanya memang harus kita akui lebih sulit memberantas koruptor yang politik ‘grusa grusunya’ jauh lebih mantap jika dibandingkan dengan membasmi para penjajah Belanda yang saat itu masih aristokrat. Para Koruptor di masa ini dengan Kolonial Belanda di masa lalu memang seperti keluarga, layaknnya Bapak dan Anak!

Apa Kabar Komunis Hari ini?

♠ Posted by Aryni Ayu in
-Day 10-
19 Juni 2011


Apa Kabar Komunis Hari ini? How’s Life? masih hidup atau mati segan hidup tak mau?karena masyarakat penganut ideologi komunis hari ini lebih memilih kapitalis untuk menentukan arah perekonomian mereka. Sama seperti Lenin yang terbujur kaku di Museum Moseloum Lenin di Rusia, mungkin dia berkata “Hey, siapa yang berani majang aku di museum?keluarin..!aku pingin teriak di telinganya Obama, I kick your ass!!”haha (just kid ). Berbicara mengenai Lenin pasti identik dengan Ideologi Komunis yang sering didengung - dengungkannya di telinga public. Apa yang menjadi esensi Komunis hari ini sederhana saja sebenarnya, ingin menyamaratakan semua, sama rasa, sama kasta. Kalau semua disamakan ya modyar!kata orang Jawa sih begitu. Kemampuan orang tidak bisa disamaratakan Mamen, masa pengemis nantinya disamakan sama presiden?wah, penghinaan tuh :)

Jika di hari ini kita sangat HERI atau Heboh Sendiri, mengadakan berbagai forum pendapat mengenai derasnya arus globalisasi yang membuat berbagai dampak positif dan negative, kasus Libya, dan membicarakan tentang kerasnya hukum pemerintahan Arab Saudi hingga sukses memenggal kepala – kepala manusia sebanyak 28 orang dalam setahun. Serta heboh mengenai pemberitaan Nunun, seorang penipu buron yang hinggga kini entah berada dimana. Di Thailand, Vietnam, Kamboja tidak ada, ‘walau sampai keujung dunia..pasti akan kunanti..’begitu mungkin lagu yang sering dilantunkan oleh KPK bekerjasama dengan Kapolri saat memburu Nunun. Berbeda pula di tahun 1950-an, pemberitaan dunia tengah sibuk membicarakan perkembangan Komunis dan Liberal. Di Asia dan Eropa yang paling heboh mendiskusikan hal ini. Mana kira – kira yang akan hancur terlebih dahulu, Lenin atau Kennedy? Ya, memang sudah terjawab Lenin yang paling hancur disini. Raga boleh hancur, tapi jiwa masih tetap hidup. Itulah kiranya semboyan yang kontekstual untuk membicarakan Komunis. Hingga hari ini walau sudah tidak sesuci esensinya dulu, namun komunis tetap ada sepanjang di perjalanan historis dunia. Itulah yang akan menjadi kajian kita, bagaimana kabar komunis Hari ini?

Bagaikan menikmati hidangan diatas sebuah meja besar yang disana terdapat berbagai makanan. Tuan rumah menentukan bahwa diantara banyaknya hidangan itu harus ada 2 jenis hidangan yang wajib dimakan. Entah dua makanan tersebut cocok bagi perut para tamu tersebut atau tidak, yang terpenting mereka harus wajib memakannya. Ya, banyak hidangan yang dimaksudkan adalah ideologi – ideologi yang bertebaran di dunia. Ada Ideologi Liberal, Komunis, Feminisme, Otokrat, Marxisme, dan Pancasila. Anggap saja dua hidangan itu adalah Ideologi Komunis dan Liberal dengan tuan rumahnya Amerika Serikat dan Uni Soviet. Lalu siapa yang menjadi tamunya?tentu saja negara – negara di Eropa, dan Asia. Jadi, para tamu boleh mengambil hidangan yang lain namun tetap harus memakan dua hidangan wajib tersebut. Negara – negara penganut ideologi selain Liberal dan Komunis harus menerapkan salah satu dari dua ideologi ini di salah satu sisi bidang kehidupan mereka. Di satu sisi negara penganut komunis mulai membuka dirinya terhadap perdagangan bebas yang menjadi akar dari Liberalisme. Namun di sisi lain, banyak juga diantara negara penganut Liberalisme yang mulai atheis dengan tetap mengagungkan kebebasan setinggi – tingginya. Apakah hal ini juga yang dapat menyebabkan tenggelamnya Pancasila secara bertahap di zaman sekarang, isn’t it?

Masih penasaran dengan keadaan komunis hari ini? mari kita simak perjalanan komunis 61 tahun lalu saat perang Dingin sedang berlangsung. Di tahun 1917, Lenin mengumumkan bahwa dirinya akan berusaha semaksimal mungkin agar komunisme mampu menguasai sebagian besar belahan bumi Barat dan Timur. Tak Ayal jika ikrar ini nantinya menjadi akar konflik berkepanjangan antara Komunisme dan Liberal, antara Uni Soviet dan Amerika Serikat. Namun disini kita tidak akan berbicara panjang lebar mengenai dua polisi besar itu, karena telah diulas dalam artikel sebelumnya. Yang menjadi pembicaraan kursial dalam hal ini adalah bagaimana kabar negara Korea Utara, Cina, dan Vietnam sebagai negara yang hingga kini paling fanatic menganut pengaruh Lenin ini.

Korea Utara, begitulah nama negara ini tanpa ada sebutan ‘republik’ didepannya. Berbeda dengan negara tetangganya yang ‘republik’ menempati urutan lebih tinggi tingkat stabilitas perekonomiannya jika dibandingkan dengan Korea Utara. Saya masih ingat ketika kedua negara ini belum terpecah akibat Perjanjian Jenewa. Mereka adalah orang – orang yang tegar kerena rela menjadi negara protektorat dibawah Cina dan Jepang. Kebudayaannya yang masih serumpun, serta persatuan disaat pelabuhan vital Port Arthur milik Korea diperebutkan oleh Jepang dan Rusia di tahun 1904. Rusia memang kalah dalam peperangan ini, bahkan dapat dianggap sebagai kejadian paling memalukan sepanjang sejarah Rusia. Namun jangan salah, Jepang lah yang kemudian mendapat giliran kekalahan ketika Rusia dengan berat hati harus bersatu dengan Amerika untuk mengalahkan Jepang. Dua musuh yang bersatu demi mengalahkan musuh yang lain, no sense! Tentu saja kedua musuh tersebut kemudian harus berpisah untuk mendirikan basis politik dan militer masing – masing. Amerika Serikat di Korea Selatan dan Uni Soviet di Korea Utara. Sangat beruntung Indonesia yang saat itu secara bersamaan juga didatangi oleh dua polisi dunia ini, tidak terpisah menjadi Indonesia bagian barat dan timur, atau menjadi Indonesia bagian Utara dan Selatan. Karena Tanah air kita punya Ideologi Pancasila sebagai penangkalnya. Hingga saat ini, keberadaan komunisme di Utara rupa – rupanya tetap berdiri kokoh, begitu pula Liberalisme di Selatan. Semakin memantapkan keduanya bahwa meskipun sekarang adalah abad modern, namun perbedaan ideologi diantara mereka tetap ada, dan konflik masih terus nerlanjut. Anda tahu saat media memberitakan bahwa Korea Utara menolak keinginan PBB untuk berunding dengan Korea Selatan akibat hubungan mereka yang semakin memanas akhir – akhir ini? Dapat dianalisis sangat mencerminkan sikap konservatif elit Korea Utara. Memang, Komunisme di Korea Utara hingga kini kabarnya masih tetap konservatif dan otoriter merujuk pada sikap induk mereka, Lenin.
Masih ada satu lagu negara komunisme yang begitu terkenal karena kemegahannya di masa Shih Huang Ti dan Dinasti Tang. Ingat artis boboho yang dulu sering mengisi perfilman tanah air dengan aktingnya yang begitu kocak dan mengundang tawa? Lalu dengan actor Jackie Chan yang tak kalah tenar dengan James Bond? ‘cik, harga barang ini satu berapa ya, yang itu juga berapa ya?’tanya pembeli Indonesia kepada seorang ‘tacik’, begitulah sebutan mereka di Indonesia. Ya, pasti kita akan teringat dengan negara Cina. Negara yang bergitu besar jumlah penduduknya, layaknya ‘baby bom’ saat mereka mengalami lonjakan penduduk yang begitu drastis dari tahun ke tahun. Jika kita pergi ke Eropa, Amerika, ataupun Australia, pasti kita akan bertemu dengan orang Cina.

Of course, Cina sebagai negara ber-ideologi Komunis memang sebuah negara besar pesaing Amerika sekarang. Bahkan riset membuktikan bahwa perekonomian mereka mencapai angka tertinggi pertama di Asia yang siap menenggelamkan perekonomian Amerika. Sebuah negara penguasa kapitalis kedua karena memang mereka seorang liberal saat harus berhubungan dengan perekonomian. Namun tetap berpegang teguh pada Komunisme saat harus berhadapan pada sebuah ideologi.

Well,apabila dianalisis sekali lagi, komunisme dalam frame hari ini, menjadi semakin utopis untuk tetap dianut oleh negara – negara di dunia. Pasalnya, gobalisme telah merebak semakin tinggi bukan hanya di kalangan pebisnis, bahkan dikalangan menengah ke bawah. Cina, Korea Utara, dan Vietnam, hanya satu dari negara – negara itu yang mampu bertahan dengan tetap meneterapkan Komunis sebagai ideologi mereka. Lainnya, sulit untuk berkembang dibawah kurungan dogmatis dan konservatif komunisme. Pemberengusan ide – ide, kepemimpinan otoriter persis seperti yang terjadi di timur tengah menjadikannya sebuah ideologi yang begitu kolot.

Tiga Republik dalam Satu Indonesia

♠ Posted by Aryni Ayu in
-Day 9-
18 Juni 2011


Tiga Republik dalam satu Indonesia! Masa sih? Di Amerika saja tidak ada, yang ada hanya sebuah bentuk negara serikat. Apalagi di negara saya, republic saja tidak ada, maklum, numpang di tetangga sebelah, Palestina! Begitulah mungkin kata – ibu – ibu Amerika dan Israel saat bertemu ibu – ibu Indonesia di suatu dharma wanita (Just kid :)

Pagi ini di Metro ada kabar bahwa Angelina Jollie, sang artis Hollywood papan atas yang aduhai itu sedang mengunjungi kamp – kamp pengungsian di Turki. Ya, memang suatu pagi yang luar biasa ketika seorang artis Hollywood mendatangi tanah Arab. Lain halnya di Libya, negara tersebut malah mendapat santapan bombardir NATO di pagi hari. Alhasil rumah – rumah hancur dan warga pun berhamburan keluar. Heran saya mendengar dua berita tersebut, kenapa Angelina Jollie tidak sekalian saja berkunjung ke Libya?padahal kan tempat itu yang paling membutuhkan sentuhan perhatian dari seorang Duta Pengungsi PBB. Apa memang sudah ada scenario dari PBB supaya negara yang sedang berkonflik dengan Amerika tidak mendapat kunjungan dari artis Hollywood, isn’t it? Ditambah lagi hari ini warga Libya meminta PBB bertanggung jawab terhadap segala serangan kawan – kawannya.

Itulah tadi sekilas berita mancanegara yang sudah saya sampaikan, sekaligus sedikit mengkritisi dan kesal juga sebenarnya melihat tingkah orang – orang asing yang terus saja mengintervensi Timur Tengah tanpa ada penyelesaian masalah. Dengan tetap menghidupkan siaran televisi, yuk coba kita beralih ke berita dalam negeri. Hari ini ada berita tentang aksi demo mahasiswa di Jakart, mereka terlihat sedang membakar foto – foto Presiden SBY dalam unjuk rasanya. Mendingan bakar sate euy!bisa bikin perut sehat dan kuat (). Pada intinya mereka menilai bahwa SBY tidak tegas dalam memimpin Republik ini. Sebuah demonstrasi yang tampaknya memang real aspirasi dari rakyat dan jika saya boleh menilai, kepemimpinan SBY saat ini memang merosot di kalangan public. Ditambah lagi dengan adanya kesimpangsiuran isu di dalam partainya. Sekali lagi, Kejujuran masih menjadi krisis di Republik ini. Mana NKRI yang dulu diperjuangkan sebagai katalis suara rakyat saat Teks Proklamasi 17 Agustus 1945 diproklamirkan?

Sekali lagi tentang Indonesia, jujur sebagai generasi bangsa saya merasa sangat khawatir dengan nasib NKRI era hedonisme. Apa yang menjadi esensi pancasila sebagai pesan foundgathers kita untuk terus mengisi pembanguan bangsa Indonesia, telah luntur oleh derasnya arus globalisasi. Bung Karno pernah berkata “Jangan sampai kita menjadi pengemis bagi bangsa lain…” Nampaknya pesan ini menjadi terealisasi, riset menyatakan bahwa banyak sekali warga Indonesia yang tinggal di luar negeri untuk sekedar mencari segepok rupiah dan sesuap nasi. Jika untuk menjadi sosok yang begitu dihormati its alright, tapi jiak disana hanya untuk mendapat penyiksaan dari seorang majikan? Hingga artikel ini diturunkan, masih banyak diluar sana saudara – saudara kita setanah air yang masih harus mengalami ketidakadilan Hak Asasi Manusia akibat kurangnya ketegasan dari kaum elit, kebijaksanaan yang terealisasi dengan kepentingan – kepentingan tertentu, serta keruhnya kejujuran. Ironis sekali, tak seharusnya negeri yang pernah memiliki tiga republic dalam satu Indonesia ini mengalami penurunan kredibilitas identitas bangsanya.

Berbicara mengenai Indonesia, tahukah Anda jika Indonesia begitu istimewa dibanding dengan negara lainnya? Benar, Indonesia memang ‘istimewa’, negeri ini pernah memiliki 3 ke-Repubik-an dalam satu kesatuan bangsa. Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Sumatera Barat, Republik Indonesia Serikat, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tiga republik yang bervariasi itu adalah saksi perjuangan rakyat bersama para elit, antara militer dengan pro – diplomasi bersatu untuk mewujudkan sebuah negara merdeka yang tidak boleh ‘mati’ walaupun musuh menyerang. Tanpa kedua republik yang ada diawal kalimat tersebut, Negara Kesatuan Republik Indonesia akan tenggelam dan putus dari tali proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Anda ingat saat bangsa Indonesia mengalami vacuum of power di bulan April 1945? Jepang yang saat itu sedang mengalami masa kehancuran saat dirinya kalah dalam Perang Dunia II, disusul dengan pembomborbadiran Hirosima dan Nagasaki di tanggal 6 dan 9 Agustus 1945. Nah disaat itulah para pejuang kita mengambil celah semaksimal mungkin untuk mengumandangkan kemerdekaan. Radio sebagai tekhnologi canggih, menjadi media bagi mereka untuk mengobarkan semangat rakyat melawan penjajahan dipimpin oleh Bung Tomo, Tan Malaka sebagai potret golongan radikalis, dan Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Agus Salim sebagai wakil golongan konservatif yang tentu pro – diplomasi. Memang tak jarang terjadi perdebatan masalah kemerdekaan diantara golongan konservatif dan radikalis. Tak ayal jika terjadi peristiwa Rengadengklok sebagai pelengkap perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Hingga pada tanggal 17 Agustus 1945 pagi, desakan kaum muda agar Presiden Soekarno untuk sesegera mungkin mengumandangkan Proklamasi Kemerdekaan dikabulkannya. Meski tentara Jepang tentu masih mencoba menghalang – halangi para pemuda di lapangan Ikada, namun perjuangan mereka terbayarkan sudah ketika Presiden Soekarno mengumumkan Proklamasi Kemerdekaan pada pukul 12 siang di tanggal 17 Agustus 1945. Ingat, Upacara Kemerdekaan pertama bangsa Indonesia adalah awal negeri itu untuk menapaki masa Revolusi fisik, dan memerangi Neokolonialisme di era modern.

Masa Revolusi fisik sebagai bagian penting dari frame berubahnya NKRI menjadi bentuk PDRI dan RIS, adalah masa yang begitu kursial. Rentang waktu yang terjadi pasca 1945 ini adalah masa perjuangan rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Melihat Indonesia merdeka menjadi negara bersatu, berdaulat, dan memiliki pemerintahan sendiri, membuat penjajah Belanda tidak bisa membiarkan begitu saja negara jajahannya lepas dari take control para kolonis. Maka dengan segera, Belanda mengibarkan dua Agresi bodohnya. What the hell is that? Belanda tidak menepati janjinya ketika Indonesia sudah berhasil menapaki tanah kemerdekaan. Diakhir tahun 1948, Agresi Militer Belanda II tak terelakan lagi, mereka menyerang Ibukota Jogjakarta sebagai Ibukota darurat. Tidak seperti pemimpin sekarang yang cenderung berpidato terlebih dahulu saat keadaan genting mendera bangsanya. Maka Bung Karno - Hatta memiliki inisiatif untuk mengirimkan sebuah telegram dengan isinya berbunyi, “Kami, Presiden Republik Indonesia memberitakan bahwa pada hari Minggu tanggal 19 Desember 1948 djam 6 pagi Belanda telah memulai serangan – nja atas Ibu-kota Jogjakarta. Djika dalam keadaan Pemerintah tidak dapat mendjalankan kewadjiban-nja lagi, kami menegaskan kepada Mr. Sjafrudin Prawiranegara, Menteri Kemakmuran RI untuk membentuk Pemerintahan Darurat di Sumatera.” Meski telegram ini tidak sampai ke Bukittinggi, namun Sjarifudin Prawiranegara memiliki inisiatif yang sama untuk mendirikan sebuah pemerintahan darurat somewhere in the jungle di Sumatera Barat. Beliau menjabat sebuah ketua yang setara dengan presiden. Inisiatif ini diambil demi mempertahankan eksistensitas Republik Indonesia, agar Indonesia tidak timbul tenggelam. Bayangkan jika tidak ada Sjarifudin Prawiranegara dan PDRI, maka RI akan mati suri.

Tidak gampang ternyata menenggelamkan Indonesia. Perhitungan Belanda salah besar jika agresi militer itu akan berhasil. Dalam plot selanjutnya, bagaikan sebuah Kristal mahal yang harus selalu dijaga agar tidak diambil oleh para pencuri. Maka itulah yang sedang terjadi pada bangsa Indonesia saat mereka baru saja merdeka. Para kolonis Belanda sebagai sekutu Amerika, begitu keluar sebagai pemenang Perang Dunia II. Maka, cita – cita mereka untuk segera menguasai Indonesia kembali di frame sedemikian rupa, direncanakan serapi – rapinya kedalam bentuk penjajahan yang lain direncanakan dibalik dalih perjanjian bodoh yang mereka sebut Roem – Royen. Dibawah bendera Konferensi Meja Bundar, Belanda memulai penjajahan mereka yang kedua. Hasil konferensi buatan Belanda ini diantaranya meneterapkan dan mengakui kemerdekaan Indonesia sebagai Negara Serikat bukan NKRI. Secara otomatis, Indonesia dibagi menjadi 16 negara bagian seperti Negara Bagian Indonesia Timur, Negara Bagian Sumatera Timur, Negara Bagian Republik Indonesia, dan lain sebagainya. Permasalahannya seperti ini, ketika Soekarno – Hatta menjabat sebagai presiden negara bagian Republik Indonesia. Maka terjadi kekosongan di dalam tubuh Negara Indonesia Serikat itu sendiri, dan dipilihlah Assa’at sebagai presiden Negara Indonesia Serikat. Indonesia saat bermetamorfosa menjadi sebuah bentuk Republik Indonesia Serikat maka, di masa itu pula rakyat Indonesia merasa dikecewakan. Pasalnya, ‘Serikat’ bukanlah aspirasi rakyat yang tertuang dalam teks proklamasi kemerdekaan NKRI. Beruntung negara – negara bagian itu secara bertahap tenggelam dan melebur didalam Negara Bagian Republik Indonesia. Menandakan bahwa NKRI telah kembali ke pangkuan ibu pertiwi.

Harus kita akui bahwa tokoh – tokoh kita terdahulu adalah orang – orang pemberani dan cerdas. Memframe Indonesia dalam potret Republik PDRI, Republik Indonesia Serikat, dan kembali lagi pada pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bayangkan jika PDRI tidak ada dan bentuk Republik Indonesia itu turut tenggelam seperti negara bagian lainnya, maka hancurlah NKRI sekarang.

Sejak kapan Amerika Menjadi Polisi Dunia?

♠ Posted by Aryni Ayu in
-Day 8-
17 Juni 2011


Amerika? goodness,lari..kita harus cari tempat perlindungan..! eke kan punya tambang minyak!kata si Libya, eke juga yang biasanya distribusiin minyak!kata si Mesir, aku juga mirip banget tu ama si Obama!kata Osama. Udah, kita lari aja yuk daripada ntar diadu domba ama Amerika. Mending kita independen sendiri kayak si Iran, mereka kan sekarang saingannya Amerika. Lagian juga ngapain sih sebenarnya mereka itu kok kayaknya betah banget di Timur Tengah?nyari Onta ya mas Obama?!haha, just kid :)

Sembari menghabiskan secangkir coklat panas di tangan kiri dan buah apel di tangan kanan, saya berteriak keras “Sejak kapan Amerika menjadi Polisi Dunia?” Ya, itulah kajian kritis yang hari ini akan saya coba beberkan. Meski hanya secara global, yang penting tetap provokatif, proaktif, dan berkutat pada fakta, enggak ngawur kayak si Amerika!(upz..). Asli, saya kurang begitu empati terhadap sikap para elit Amerika yang setiap hari kagak bosen – bosennya tampil di tv, memamerkan berbagai pernyataan utopis bahwa mereka adalah orang – orang kuat yang akan mengatasi gejolak di Timur Tengah. Meskipun saya tetap setia sama artis – artis Hollywood. Ke$ha, Avril Lavigne, Daughtry, Linkin Park, Eminem, Simple Plan, Jessie J, Nickie Minaj, Britney Spears. Come on, play your song, DJ what you what you waiting for?
Tapi menjadi pertanyaan besar sekarang, Amerika mengatasi atau malah memperkeruh? Lihat saja, intervensi kalian di negara – negara lain malah memperpanjang daftar korban warga sipil, rumah – rumah hancur, dan tidak sedikit kecurangan yang telah kalian perbuat. Sejak kapan Amerika menjadi polisi dunia?

FBI, CIA, Billdeberg, NATO, dan DEA, berubah menjadi Sailor Moon, dengan kekuatan cinta akan menghukummu! Atau berubah menjadi manusia super berwarna putih, hijau, biru, kuning, dan pink bagaikan Power Ranger! Layaknya pahlawan – pahlawan superhero itu, saat Anda melihat gerak – gerik Amerika selama ini. Intervensi, huru – hara, dan eksploitasi kekayaan dunia, itulah yang selama ini ada di balik layar scenario Amerika. Sebenarnya tak hanya satu aktornya, masih ada actor lain yang berperan sebagai kawannya. Siapa lagi kalau bukan aliansi Eropa. Kasihan sekali Eropa hanya sebagai actor kedua, padahal jika ditelusuri sejarahnya. Amerika tak lebih dari sekedar tanah jajahan negara – negara Eropa. Sebut saja Inggris, Spanyol, Prancis, Jerman. Coba kita analisis, apakah tidak ada sedikitpun cita – cita mereka untuk berperan kembali sebagai penguasa belahan timur dan barat, termasuk Amerika? Melihat latar belakangnya, mereka adalah negara – negara kuat sebagai kolonialis di abad kuno bahkan sebelum Amerika Serikat muncul sebagai polisi dunia. Ya, sendainya aliansi Eropa itu kembali bangkit dan Peradaban Islam pun kian bersatu tanpa harus terpecah – pecah seperti sekarang. Kedudukan Amerika Serikat sebagai negara adidaya pasti akan terombang – ambing layaknya raja yang harus segera lengser dari tahtanya. Tak akan ada lagi polisi dunia dibawah kapitalis Amerika. Namun jangan terburu – buru menyimpulkan hal tersebut tanpa tahu bagaimana fakta – fakta Amerika di masa lampau. Ada ranah yang lebih penting dan tetap menjadi pertanyaan besar disini, “Sejak kapan Amerika menjadi Polisi Dunia?” Marilah kita analisis hal tersebut melalui perjalanan historisnya.

Amerika dulunya bukan terlahir sebagai polisi dunia. Di abad – 16, dirinya baru saja ditemukan oleh bangsa Barat. Sebuah New World, begitulah yang dikatakan oleh Vasco de Gama saat menemukan benua Amerika. Meskipun sebenarnya Vasco de Gama dan Amerigo Vespuci bukanlah orang pertama yang menginjakkan kakinya di benua tersebut, melainkan sudah ada 500 koloni suku Indian disana. Namun seorang professor di sebuah universitas barat menyatakan barat bahwa nama ‘Amerika’ haruslah diambil dari nama seorang Amerigo Vespuci. Perlu Anda ketahui pada mulanya, benua gersang ini dikuasai oleh colonial Inggris di Amerika Utara (Amerika Serikat), dan Spanyol di Amerika bagian Selatan. Perlahan tetapi pasti, Amerika di bagian utara ternyata lebih menunjukkan proses kemajuan yang sangat signifikan sebagai negara Industrialis, ketimbang saudaranya di Selatan yang masih berkecimpung dalam kebudayaan agraris. Kereta api, perkembangan tekhnologi seperti telepon, telegraf, dan listrik bahkan tumbuh menjadi pusat bisnis dunia saat itu. Anda tahu Perusahaan Baja Rockefeller yang terbesar di Amerika Serikat itu?ya, perusahaan itu adalah satu potret kemajuan Amerika Utara di abad – 18. Hingga pada tahun 1776, wilayah ini merdeka dengan Thomas Jefferson sebagai pahlawan populernya. Amerika Utara berubah menjadi negara federasi atau yang lebih kita kenal sekarang sebagai Amerika Serikat. Berbagai consensus, kebijakan luar negri, undang – undang, serta perluasan ke Barat pun dilaksanakan. Dari sinilah perjalanan Amerika Serikat menuju negara Adidaya dimulai.

Di suatu hari saat dunia sedang sibuk – sibuknya ditimpa berbagai peperangan melibatkan seluruh kekayaan vital negara di sekitar tahun 1945 bahkan hingga sekarang. Ada Perang Dunia I, II, Perang Dingin yang melibatkan dua kubu besar yakni Amerika Serikat dan Uni Soviet. Uni Soviet dianggap sebagai penghalang Amerika untuk memperoleh gelar negara Adidaya Tunggal. Polisi Dunia tidak akan terbentuk jika Uni Soviet pun masih setara kekuatannya dengan Amerika. Di belahan bumi barat, para kapitalis sedang merencanakan sesuatu diatas meja diplomasi. Apa yang dibicarakan mereka tentunya mendapat keamanan super ketat untuk menjaga beragam informasi yang telah diperbicangkan. Baru setelah dunia aman dan damai, dengan welcome mereka membuka rahasia – rahasia tersebut dihadapan public. Begitulah sang sutradara memainkan peranannya. Ada scenario, pasti ada kejadian yang tampaknya terjadi secara spontan namun faktanya sudah direncanakan oleh mereka yang berkuasa.

Anda masih ingat saat saya menyebutkan tentang FBI, Bilderberg, NATO, CIA, dan DEA? Kelima organisasi ini adalah manuver kapitalis untuk mewujudkan sebuah Orde Satu Dunia. FBI, NATO, CIA, dan DEA merupakan organisasi – organisasi bentukan Amerika dengan Aliansi Eropa yang berperan sebagai badan keamanan dunia. Sebuah aturan menyerukan agar mereka tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain. Ironis pada beberapa kasus faktanya aturan itu hanya tulisan di atas kertas. Ingat saat ada penulis yang menyebutkan dalam bukunya bahwa CIA terlibat dalam peristiwa G 30 S? Ini adalah urusan dalam negeri Indonesia, dan bangsa kami bisa menanganinya. Namun kenapa harus dinodai dengan keterlibatan CIA sebagai penulis scenario drama G 30 S melalui Soeharto?semua financial melalui tangan kanannya digelontorkan secara besar – besaran. Tak ada pilihan lain, menumpas hegemoni Soekarno atau menghacurkan PKI. Terang saja karena disaat itu mereka termasuk Amerika, sangat takut jika Indonesia jatuh ke tangan komunis. Beruntung karena hingga saat ini bangsa Indonesia mengetahui kejadian tersebut tentunya setelah skenario yang telah dibuat itu benar – benar terlaksana sebagai bagian dari Sejarah Indonesia.

Di era modern, kelima organisasi tersebut masih eksis tentunya dengan tetap menciptakan berlembar – lembar scenario baru utamanya untuk memerangi terorisme. NATO yang berperan sebagai tentara dunia, berdalih mengemban tugas Hak Asasi Manusia. Realnya di beberapa kasus, sangat tidak kontekstual dengan misi yang mereka emban. Tidak sedikit kaum sipil Timur Tengah yang menjadi korban dari intervensi mereka. Di satu sisi memang harus diakui organisasi – organisasi tersebut mencoba memerangi terorisme, namun di sisi lain, ada kepentingan – kepentingan tertentu hingga membuat kasus – kasus yang ditangani selalu mengakar kemana – kemana. Namun ada satu organisasi yang sangat jarang sekali bahkan hamper tidak pernah dibeberkan secara gamblang. Bilderberg! Organisasi super rahasia dan bisa dikatakan sebagai organisasi pembuat scenario dunia yang didalamnya terdapat orang – orang besar penentu stabilitas ekonomi dan politik Internasional, semua yang menentang akan digeser. Ya, itu hanyalah sebagian kecil cerita dari polisi dunia kita.

Dulu ketika komunis masih menjadi saingannya, mereka diorentasikan sebagai pembendung komunis agar dunia bisa berada dibawah bendera kapitalis dengan Amerika Serikat sebagai pimpinannya. Kini, ketika Uni Soviet telah terkubur, Amerika Serikat mencoba memainkan peran selanjutnya yakni sebagai Polisi Dunia. Berperan sebagai Polisi yang gajinya adalah kekuasaan Dunia.

Indonesia dibawah Hegemoni Patih Gajah Mada, Soekarno, dan Hedonisme

♠ Posted by Aryni Ayu in
-Day 7-
16 Juni 2011


Indonesia tanah tanah airku, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh! Mengaku kita hancur, berbohong kita Maju! Majulah terus dengan kebohongan sampai kecemplung lubang kuburan baru tahu rasa kalian.(Haha). Kiranya slogan itulah yang cocok mewakili Indonesia angkatan ’45 dengan Indonesia Angkatan ‘Modern. Apapun esensii yang akan tertuang dalam artikel ini, tak lupa penulis mendengarkan lagu – lagu wajib sebelum menulis. Alright, Put your hands up guyz! Turn on the Lights, and shake your body with Ke$ha, Avril Lavigne, Linkin Park, Bruno Mars, and many more artist. Nah, biarkan music – music itu berputar memenuhi pikiran saya dan pikiran Anda, hingga tercetuslah judul artikel “Indonesia dibawah Hegemoni patih Gajah Mada, Soekarno, dan Hedonisme”.

Sekali lagi tentang Indonesia, whats wrong? Ya ber- wrong – wrong kasus yang terjadi diantara elit pemerintah dengan rakyat. Saya itu gak bersalah! Pemerintah aja tu yang gak becus nangkep tikus! Rakyatnya juga gampang banget kena pengalihan isu! Ayo bapak – bapak, ibu - ibu, usir anak yang kagak mau ngasih contekan ke anak – anak kita pas UAN! emangnya anak – anak kita enggak bego apa kalo gak dikasih contekan?(aduh pak bu, salah ngomong tuh kayaknya,). Ya, itulah sedikit kasus kemunafikan yang terjadi diantara elit dan masyarakat baru - baru ini di tanggal 16 Juni 2011. Enggak elitnya, enggak masyarakatnya ‘karepe dewe’!bahasa jawanya sih begitu. Benar – benar agak susah sekali memang mengandalkan kejujuran kita di negeri Kleptokrasi!

Serasa berada dalam kehangatan matahari yang begitu sejuk di pagi hari bila kita mengingat Indonesia dibawah hegemoni Majapahit, begitu pula saat Indonesia baru saja merdeka. Bagaikan hidup di siang hari yang terik dan panas saat konflik – konflik terjadi di masa penjajahan colonial menyelimuti Indonesia, dan bagaikan berada dalam dinginnya malam hari yang pekat saat harus merasakan gelapnya hati para pemimpin yang sudah terbius dalam lembah Hedonisme. Hanya orang – orang jujur Indonesia yang tidak bisa hidup di negeri sarangnya tikus – tikus kantor. Saat para koruptor itu tahu bahwa Indonesia bukanlah lagi negara kuat, yang ditakuti bahkan oleh presiden Amerika saat hegemoni Soekarno memimpin, sejak itu pula pemerintahan mengkerdil. Layaknya Bonsai yang hanya dipajang dalam pameran – pameran public. Pemerintahan kian menguat sebagai symbol belaka tanpa ada ketegasan didalam tubuhnya, benar kan? Lihat saja saat elit tak bertanggung jawab yang sedang asik – asiknya melakukan berbagai pelanggaran itu. Setelah tertangkap yah paling – paling hanya masuk hotel prodeo selama satu atau dua bulan saja. Mungkin khalayak umum berani taruhan bahwa hukuman mereka pasti tidak sesuai dengan masa penahanan yang seharusnya dilakukan. Sebut saja Gayus! Coba divoting, berapa banyak masyarakat yang tidak setuju jika hukuman yang dijatuhkan kepadanya hanya berlaku 7 tahun penjara dengan tingkat korupsi tinggi hingga menyeret para elit lainnya. Belum lagi jika nanti ada intrik – intrik plesiran seperti yang sudah banyak dilakukan oleh para pejabat pemerintahan. Memang terlalu berani untuk mengkritisi ranah sekontra ini. Namun apa salah jika seorang anak muda sebagai public pendengar transparansi pemerintahan yang khawatir terhadap masa depan bangsa, mencoba mengkritisi dan mengemukakan pendapatnya terkait kondisi negara yang begitu memprihatinkan. Menjadi pertanyaan besar, apa yang salah dengan Indonesia? Apakah Demokrasinya, is’nt it?

Bolehlah kita berutopis sedikit, andai saja Indonesia seperti Majapahit yang kuat secara maritim dan agraris hingga mampu menguasai hampir seluruh wilayah Asia Tenggara. Andai Indonesia juga tetap menjadi bangsa saat Era Kemerdekaan berlangsung dengan rasa nasionalisme yang tinggi dan disegani oleh negara – negara lain, bahkan menjadi sorotan yang patut diperhitungkan dalam percaturan politik internasional. Semua khayalan itu memang benar adanya hanya menjadi bagian sejarah dari kegemilangan masa lalu bangsa Indonesia. Namun tidak ada salahnya jika mulai detik ini kita sebagai bangsa mulai mengingat dan memahami Indonesia beserta sejarahnya ketika masih dibawah kepemimpinan Hayam Wuruk dan Presiden Soekarno. Bisa kita bandingkan dengan kepemimpinan Indonesia sekarang yang lebih mengagungkan Hedonisme.
Indonesia dibawah hegemoni Kerajaan Majapahit dan patih Gajah Mada, adalah sebuah negara yang kuat, besar, dan disegani oleh musuh – musuhnya. Adalah kerajaan besar di Indonesia yang bahkan kebesarannya terdengar hingga ke belahan Afrika. Di bawah bendera Majapahit, untuk pertama kalinya penduduk Indonesia mengerti akan bangsanya sendiri, di luar kepulauan – kepulauan luas yang mereka tinggali itu, adalah orang – orang serumpun dan pluralistic. Menjadi bukti bahwa Kesatuan Republik Indonesia memang sudah ada sejak Indonesia itu sendiri belum terbentuk menjadi sebuah negara (state).
“..suatu hari wilayah – wilayah di seluruh kertaning bumi harus tunduk dibawah penyatuan Majapahit…” Seperti itulah kira – kira inti dari sumpah Palapa yang disematkan oleh Mahapatih Gajah Mada saat dilantik sebagai patih amangkubumi di tahun 1334. Menurut Kitab Pararaton, Orang – orang yang berusaha melawan politiknya itu akan disingkirkan agar tidak menjadi batu bagi penyatuan wilayah di bawah bendera Majapahit. Apabila kita mencermati substansial ini tentu tak jauh beda dengan elit sekarang bahkan di zaman Soeharto yang tidak segan – segan melempar orang – orang yang berusaha menentang kekuasaannya. Namun bedanya, politik Gajah Mada ini masih terlepas dari intrik – intrik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Karena tujuannya hanya untuk perluasan wilayah bagi eksistensitas kerajaan dan rakyatnya dengan kepemimpinan tetap diserahkan kepada Hayam Wuruk. Tanpa harus berebut kekuasaan memakai kedok Demokrasi. Memang harus kita akui bahwa kemaharajaan zaman dahulu lebih menitikberatkan perluasan territorial dan militer agar kerajaannya dapat dipertimbangkan oleh musuh. Berbeda dengan sekarang, sebuah negara dapat diukur tingkat kedigdayaannya melalui bidang politik dan ekonomi. Namun kita tetap harus melihat bahwa hanya dengan berbekal aristokrasi kuno, kepemimpinan Majapahit mampu menguasai negara – negara yang sekarang disebut sebagai ASEAN. Ironis wilayah – wilayah itu kemudian mengecil saat Orde Modern memimpin. Bahkan harus kehilangan beberapa kepulaun seperti Lipadan dan Sigitan, akibat kelalaian elit dan ketidak pedulian rakyatnya. Lalu bagaimana dengan NKRI sekarang? Melalui system demokrasi, mampukah Indonesia mempertahankan citranya sebagai negara yang dulu begitu disegani oleh masyarakat internasional?

Coba kita melangkah sedikit ke belakang untuk mencermati satu kepemimpinan lagi yang begitu gemilang setelah beratus – ratus tahun yang lalu Kerajaan Majapahit telah menjadi sejarah di buku – buku sekolah. Sukarnoisme, siapa yang tak kenal dengan ideologi ini? Apakah ada kepemimpinan sekarang yang mampu merancang konstitusi baru seperti yang pernah diciptakan oleh para found fathers kita? Seperti Soekarno, Moh. Yamin, Moh. Hatta, dan Ki Hajar Dewantara. Soekarno adalah penggali Pancasila yang biasanya kita peringati setiap 1 Juni, Moh. Yamin seorang politikus, sejarawan, pembuat undang – undang, dan penyelenggara pendidikan. Moh. Hatta adalah pasangan diplomatic Soekarno, dan Ki Hajar Dewantara adalah pencetus Tut Wuri Handayani sebagai symbol pendidikan Indonesia yang pluralistik. Tebak saja, para elit sekarang enak, hanya tinggal meneruskan dan menikmati saja, begitu pula dengan rakyatnya. Ya, saat kita mencermati keadaan Indonesia dibawah hegemoni Bung Karno memang banyak mendapat sambutan riuh tak hanya oleh bangsa sendiri, namun juga oleh masyarakat internasional. Indonesia dipercaya menjadi pengawas politik saat beberapa negara – negara di Asia Tenggara sedang mencoba memperjuangkan kemerdekaannya. Soekarno sebagai pemimpin negara juga begitu disegani oleh negara – negara besar seperti Amerika. Pemimpin Vatikan bahkan pernah memberikan 3 kali penghargaan kepada presiden Soekarno, hingga menumbulkan iri hati pada pemimpin bangsa lainnya yang belum pernah mendapat penghargaan itu. Indonesia juga berhasil menjadi pendobrak Konferensi Asia Afrika yang hingga kini masih berdiri tegak dengan esesensi yang tentu kontekstual dengan perkembangan zaman.

Bandingkan dengan Orde Hedonisme yang sekarang sedang berkembang di kalangan elit dan rakyat. Indonesia bukan lagi dipimpin oleh figure seorang elit tapi bisa dianalisis bahwa rakyat sedang diperintah oleh Hegemoni Hedonisme. Sebagian besar wakil rakyat di rumah pemerintah bukan lagi menjabat berdasarkan titah aspirasi rakyat, namun lebih mengutamakan kepentingan – kepentingan semata (Hedois). Kejujuran bahkan menjadi suatu utopis disini. Benar – benar menjadi canvas hitam bagi generasi bangsa. Indonesia sekrang tak lagi seperti Kebesaran Hegemoni Majapahit dan Soekarno, ternyata semakin terisolir!