Workshop Artikel Ilmiah Berjalan Inovatif

♠ Posted by Aryni Ayu in at 07.20
Perayaan Imlek yang tengah berlangsung meriah di sejumlah daerah nampaknya tak terlalu berpengaruh besar pada sebagian masyarakat. Terutama daerah Sukorambi, kabupaten Jember, orang – orang rupanya berusaha tenggelam sejenak dalam kolam liburan. Berjalan – jalan, berenang, atau sekedar bersantai membaca buku di sebuah rumah yang disediakan dalam tempat pariwisata. Terlihat disana hiasan hidup yang sangat beragam. Ada pun seperti tumbuh – tumbuhan, buah, hewan, hingga permainan semacam outbond, terlihat hidup. Pasalnya, tempat ini merupakan lukisan hidup bernama “Taman Botani Jember”.

Sejenak memandang taman wisata yang begitu rindang layaknya belantara modern, terlihat potret yang sangat berbeda dari biasanya. Di Gazebo berukuran sederhana, minimalis dengan desain menawan, ada sekelompok siswa. Tampaknya mereka sedang sibuk mempersiapkan sebuah workshop. Benar saja, dua banner berukuran sederhana menghiasi pagar – pagar gazebo “Penulisan Artikel Ilmiah, oleh KIR SMA ARJASA”. Pemandangan ini membuat penulis terperangah, begitu professional. Untuk sekedar menyambut seorang mahasiswa yang hanya bergelar ‘penulis lepas’, acara itu menjadi sebuah kehormatan.


Di hari senin yang begitu terik, membuat tanggal 23 Januari 2012 begitu special. Pasalnya, workshop penulisan artikel ilmiah sudah dimulai. Jarum jam menunjukkan pukul 9.00, show time. Acara pertama dibuka dengan pengumuman ketua panitia, bahwa workshop tersebut masuk kedalam serangkaian ekspedisi, judulnya “Ekspedisi Blambangan 2”. Ekspedisi? benar – benar program inovatif, “hebat juga sebuah organisasi ilmiah pun dapat merangkul bidang sosial”, bisik penulis dalam hati. Pun Ibu Melia, selaku Pembina KIR juga mengumumkan berbagai lomba penulisan karya ilmiah yang berlangsung di pekan mendatang. Tak pernah terpikir jika organisasi ini benar – benar telah matang.

Acara selanjutnya, diisi oleh Aryni Ayu, seorang penulis lepas yang kini tengah meneruskan studinya di Pendidikan Sejarah Univ. Jember. Sembari tetap membawa tas di bahunya, perempuan kelahiran asli Jember ini memberi pengarahan tentang betapa penting dan berbedanya artikel ilmiah tersebut dari artikel biasa. Tata tulis yang dimulai dari abstrak, pendahuluan, isi yang didalamnya terdapat hasil penelitian, penutup, dan gaya selingkung (baca : gaya penulis), diberikan secara general views atau penggambaran umum. Tiap bagian penjelasan tak pernah luput dari pandangan remaja – remaja berumur 17-an itu, meski beberapa tampak lebih senang becanda ria, atau hanya sekedar menggosip. Namun pemikiran mereka yang cukup kritis dan sebagian besar memang tergolong siswa ‘suka belajar’ rupanya membuat workshop lebih hidup.


tekhnologi (misal : mobil Esemka), masalah sosial – sejarah – perekonomian – geografi, apalagi ketika melihat poster korupsi terpampang cukup jelas diatas sebuah viewer, anak – anak kaya Ilmiah notabene tak sering ‘menggarap’ kajian sosial ini. Rupanya terlihat resah untuk memikirkan nasib negaranya yang semakin tak menentu. Melihat wakil – wakil rakyat yang terbiasa bersolek di meja kerja, sedang penderitaan rakyat terdengar jelas diluar tembok – tembok DPR.

Sejenak penulis tersenyum melihat wajah – wajah antusias itu. Setengah jam berlalu, artikel ilmiah pun segera ditulis. Mencoba mencari tema dan sasaran narasumber. Masing – masing dibagi dalam tiga kelompok besar dengan kajian berbeda. Nyatanya sekelompok anak muda ini begitu gencar melakukan wawancara, mengamati lingkungan sekitar untuk dikritisi, bahkan aksi bertanya – tanya kepada narasumber pun terus dilakukan. Tak berhenti sampai disitu, saat tiba waktunya untuk merangkai kalimat demi kalimat hingga tersusun menjadi sebuah artikel ilmiah, tak ayal membuat penulis kalang kabut untuk menjawab satu persatu pertanyaan yang mereka lontarkan. Cukup menandakan bahwa anak – anak ini kritis, dan penuh inovasi.


Hasilnya? Artikel ilmiah yang terlahir benar – benar menggambarkan keinginan mereka untuk bisa menulis. Artikel dari kelompok pertama berjudul “Botani, sarana rekreasi dan pendidikan?”, kedua “Klasifikasi Tempat Sampah”, dan terakhir, “Pemandangan Tak Sedap di Botani”. Ketiganya dinilai telah mampu menulis sebuah artikel ilmiah, cukup kritis. Artikel dari kelompok terakhir adalah yang terbaik, karena menurut penulis, pengamatannya jauh lebih cermat dan lengkap dalam melihat suatu persoalan. Tak ketinggalan penyajian pun terasa lebih renyah ketika dibaca.
Begitulah, workshop berjalan dengan penuh inovatif. Tentu dibutuhkan generasi – generasi seperti ini untuk membangun sebuah bangsa berperadaban maju!

0 komentar:

Posting Komentar