♠ Posted by Aryni Ayu in ARYNI AYU PROJECT
“Konflik
Antara A.S dan Korut”
.....karena
sudah rahasia umum semua bidang kehidupan manusia dikuasai oleh negara paling
adidaya. Konflik perang dingin yang terjadi sejak 1950, harus segera menemui
ajalnya!
“Waorenk Soto khas Mak Suri”, “Toko Kelontong Chiak
kian Wie”, di depannya adapula seorang laki-laki hitam bertubuh kecil yang
berjualan es tebu, dan beberapa laki-laki perempuan mengitari tempat perjudian
sekitar pasar. Itulah sebagian kecil pemandangan yang bisa dilihat generasi
muda melalui foto-foto bersejarah yang terlukis sekitar tahun 1930 dan tahun
1950-an. Belum lagi, disana juga terpampang para pribumi yang sedang meniti
batik selama bertahun-tahun, menyusun bata untuk para pedagang tiongkok. Bukti,
bahwa mereka sedang memperjuangkan hidup di tengah seluk beluk penjajahan
bangsa-bangsa kapitalis. Bagaimana tidak, jika di dunia bagian lain, sekumpulan
kapitalis dan separuh komunis, sebangsa Amerika Serikat, Inggris, Belanda,
Jepang, Jerman, Uni Soviet, beserta antek-anteknya sedang mempersiapkan
perebutan kekuasaan. Siapa yang paling berkuasa, siapa yang paling banyak
mempengaruhi para penghuni tanah jajahan, maka dialah sang adidaya.
Di tahun 1950, ketika bangsa ini baru saja merdeka
dari pontang-panting penjajahan sang Nederland, saudara-saudara Indonesia yang
ada di asia Timur, Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Asia Tengah sedangkan
merasakan hal yang sama. Selepas perang Dunia 1 dan perang Dunia 2 baru saja
menemui ajalnya, dengan kemenangan di tangan kapitalis pimpinan Amerika
Serikat. Ada satu negara adidaya lainnya yang siap menabuh genderang untuk
memonopoli kekuasaan dunia dan ini membuat negara-negara di Asia harus serba
bingung memilih untuk ikut “siapa” dalam menata masa depan negaranya. Karena
jika tidak, negara jajahan ‘baru merdeka’ tersebut harus siap mengalami
kesulitan diplomatis ketika ingin duduk sejajar dengan negara-negara maju. Untungnya,
Indonesia di era pemerintahan Soekarno ini dengan tegapnya bergabung dengan
gerakan Non Blok.
Ketika melihat pemberitaan bahwa Amerika Serikat
akan bukan lagi menjadi negara adidaya yang sepenuhnya adidaya, maka peperangan
dibelakang layar pentas dunia mulai terjadi. Persaingan antara negara-negara ex
komunis seperti Cina, Korea Utara, dan Rusia dengan ex kapitalis pimpinan
Amerika Serikat semakin tampak di permukaan modernisasi. Hal ini berawal dari
perang dingin yang konon secara tertulis melalui perjanjian dikatakan ‘selesai’
pada tahun 1990, namun nyatanya ini masih memanas dengan adanya ancaman-ancaman
nuklir yang dilontarkan oleh Korea Utara. Bebarapa mingu lalu, tepatnya
pertengahan Desember 2014, penyadapan informasi terkait dengan desain, bahan,
dan film yang dimiliki oleh “Sony Pictures” yang merugikan miliaran dollar
milik A.S. dengan sekutunya Korea Selatan dituduhkan kepada Korea Utara.
Keduanya saling melempar tuduhan. Obama menuduh Korut sebagai dalam peretasan
yang wajib dikenai sanksi di pentas PBB. Pemerintahan Korut menuding A.S.
sebagai ‘monyet’ yang berani menyebarkan film tidak benar tentang Korut. Cina,
sebagai kawan terbaik Korut, menegur A.S. karena tidak menghargai pemerintahan
negara lain dengan menayangkan film tersebut (Media Massa, 14-20 Desember
2014).
Hingga detik ini, salah satu pihak mengeluarkan statement bahwa tidak menutup
kemungkinan akan muncul Perang Dunia III jika berani menganggu kedaulatan
negara lain. Menurut, Leo dalam bukunya “Politik Luar Negeri”, jika negara A
berkuasa, negara lain harus mengikut pada negara tersebut, namun jika yang
berkuasa bukan hanya tunggal, maka akan terjadi perebutan kekuasaan dengan cara
yang lebih modern. Tidakkah bisa dicermati, masing-masing sekutu negara komunis
dan kapitalis dua-duanya tidak ingin ada satu pemerintahan mendominasi. Maunya,
siapa yang paling kuat, dialah sang Adidaya. Tentunya, sikap negara-negara
berkembang tak bisa sembarangan kepada dua-duanya, karena sudah rahasia umum
semua bidang kehidupan manusia dikuasai oleh negara paling adidaya. Konflik
perang dingin yang terjadi sejak 1950, harus segera menemui ajalnya!