♠ Posted by Aryni Ayu in ARYNI AYU PROJECT at 08.48
ARYNI AYU PROJECT
Chapter 1 – Rencana
Awal
Start Beginning
(dulu sampai 14 Agustus
2012)
Aku, seorang Aryni Ayu yang punya harapan besar, mimpi tanpa pagar batas, dan cita – cita setinggi – tingginya cita – cita orang. Apa yang diharapkan orang dari gadis yang sekarang berumur 21 tahun ini? Aku pun tak tahu. Memang, dalam kandang yang tak sebegitu luas alias “di rumah”, “di kampus”, di “sekolah dulu”, aku hanya seorang perempuan yang tertindas keinginannya untuk sekedar ‘bebas’. Ya, kau benar. Aku terlahir dalam lingkungan rumah yang protektif, ‘overprotected’ kata mbak Britney Spears dan tak semua indah – indah di masa muda aku cicipi
.
Dulu, saat remaja – remaja seusiaku
bermalam minggu sekedar mengikuti tren-nya ababil (ABG Labil), aku duduk
dirumah, memandang mereka, dan sekedar mengerjakan pekerjaan – pekerjaan rumah.
Saat mereka sudah kenal ‘pacaran’ dan mengenalkan masing – masing pasangan
mereka pada orang tua, saling berkunjung, menjemput pacar, lagi – lagi aku
terdiam dirumah, menonton dari jauh. Hanya berharap, Andai aku seperti mereka. Lalu
saat cewek – cewek mulai kenal yang namanya ‘gincu’ atau make up, memakainya ‘terlalu
menor’ di sekolah, Aku hanya duduk tertawa – tawa, apatis akan penampilanku. Saat
mereka ‘cewek – cewek’ itu mulai menangis ala galaunya ababil gara – gara putus
pacaran, aku malah bersorak sorai ketika harus di posisi mereka. Ya, untuk kali
ini aku merasa beruntung tak seperti mereka. Masa – masa ketika SMA aku sangat
beruntung.
Nakal, susah diatur, berteman dengan
banyak lelaki atau perempuan, dan tak terlalu peduli dengan dunia wanita,
apapun yang aku lakukan, tak ada yang berani memprotes. Terkadang juga, aku
merasa banyak wanita yang ingin jadi seperti aku. But, ya, it’s just my best
moment! Aku tak perlu merasakan sakit hatinya cinta saat sekolah, berkah sekali
buatku. Tapi ada kesalahan fatal, aku tak punya tujuan hidup, godness!
Begitu mengingat yang dulu – dulu,
lagi. Saat aku tak punya tujuan hidup, orang bertanya “apa yang kamu citaka –
citakan atau apa yang kamu kehendaki sebagai pekerjaanmu di masa depan?”. Aku suka
desain, fashion, dunia jurnalistik, dan tulis – menulis, jawabku. “Oow, it’s
hard, kamu punya banyak hal yang kamu bisa, tapi fokuslah pada satu tujuan”,
seseorang menegaskan. “tapi kamu tak akan dapat pekerjaan tetap dari itu semua,
kuliah di guru saja”, tukas mamaku. Oh god, ini adalah pilihan terakhirku, tak
bisa aku menyanggah – nyanggah pendapat mamaku, orang yang paling sakti
bicaranya, dan paling ampuh tindakannya. Ya, aku patuhi. Now, “I’m being school
in education and teacher faculty! That’s my lucky, my best job in future, or my
mistake? I dont know, Im just try my best I can do.
Begitu aku masuk sekolah guru, yang
ajaran – ajarannya penuh dengan etika. Jurusan sejarah, yang penuh dengan data –
data perjalanan, perjalanan keputusan orang – orang besar, dan kisah rakyat
kecil. Aku pun mulai mencintai profesi ini. Dengan segenap kemampuan yang
selaras dengan gegap gempitanya jantung dan otakku untuk berpikir, nilai –
nilai kuliah yang aku hasilkan, tak pernah berakhir kecewa. So great! Pencapaian
terbesarku sejak lahir, maklum, sejak disekolahkan di bangku Teka, kau tak
pernah hasilkan hal – hal memuaskan bagi orang tuaku. Kini beda. Bahkan sejak
awal menempati tembok perkuliahan, aku sudah punya bebrapa target. Pertama, IP
3,6, melanjutkan studi S2, dan menjadi dosen, and then Married. But its so
simple I Think!
Sepanjang perjalanan, curam – curam jurang
selalu kutemui, banyak pihak ingin menjegalku. Dari godaan teman, dosen, laki –
laki brengsek, hingga ‘penurunan semangat’. Oh my God, bila bagi banyak teman, kuliah
ini sangat santai dan tak perlu terlalu dipikir, karena nilai itu gampang. Tapi
menurutku, Its Hard! Tak peduli seberapa buruk tutormu, seberapa tak populernya
studi yang sedang kau ambil, tak peduli pula dengan cara – cara kotormu hanya
sekedar mendapatkan ‘nilai palsu’, kau harus bekerja keras! Kuliah bukan lah
angka – angka untuk percetakan ijasah, tapi adalah tempat berproses untuk
menjadi sebuah pribadi. Pribadi yang berpribadi dan berpengetahuan. Tempatmu meloncat
ke strata yang lebih tinggi, bukankah orang yang lebih pandai memiliki harga
diri yang lebih tinggi? Itu maksudku, aku ingin jadi setinggi – tingginya orang!
Jika itu tujuan awalku, maka tak ada salah
jika melebar sesuai keadaan. Masalahnya, jaman cepat berubah, dunia luar
ternyata lebih kejam, dan banyak yang lebih pandai dariku. Sekilas tampak
penyesalan karena tak sempat melanjutkan kesukaan yang aku cinta. Aku ingin
menjadi desainer, penulis, pemikir, dan guru sekaligus. Tak mungkin! Aku sudah
ada di sekolah guru, mau jadi guru profesional pula.
Jika dulu hanya bercita menjadi seorang dosen
dengan IP 3.6. Sekarang, aku ingin yang lebih. Menjadi seorang dosen, guru yang
sekaligus berbakat desainer dan jurnalis. Juga ingin sekali berada di Amerika, ingin
menunjukkan nama “ARYNI AYU” untuk mereka. Agar dunia kenal siapa aku, dan apa
yang telah aku capai selama ini. Inilah mimpiku sekarang, dan tak boleh
terkubur, harus diwujudkan, semuanya!
ARYNI AYU PROJECT
Chapter 2 – Second Life,
Second Dream
Babak kedua.
Ya, inilah hidupku setelah materi perkuliahan selesai. After life! Setelah berbagai
dentuman materi yang menguras pikiran dan tenaga hanya untuk teori – terori perkuliahan
melulu. Ditambah lagi perebutan nilai yang ‘geje’, sampai salah satu teman rela
menjual harga diri demi nilai, menghantam teman sana – sini dengan topeng
berbeda, ah aku sudah muak! Hey bung, dunia diluar lebih luas, lebih banyak
indah – indahnya, rugi kau membuat neraka dalam kelas! Tapi sudahlah, itu aib
tetangga, semua pembodohan harus kuputus. Sampai mana? Oya, sampai afterlife.
Saat kuliah
memutuskan, teorimu sudah selesai. Sekarang, apa maumu? Kau mauhi cepat lulus
dengan nilai baik atau tak lulus – lulus tapi lebih banyak pengalaman disini? Cepat
lulus bodoh! Rasanya tawaran itu tadi maksud dari semua perkuliahan ini. Banyak
dosen atau orang – orang terdekat bilang “kamu pintar, kamu wanita dengan
banyak ide, kamu kurang disiplin, kamu pemarah, kamu keras kepala, kamu modis,
dan kamu wanita hebat”. Ah, itu suatu pujian dan celaan yang cukup membuatku
terinspirasi, terinovasi, bahkan juga pusing. Banyak sekali harapan yang
dibebankan kepadaku, tapi aku merasa ini memang tugasku, ini harapku, dan ini
jalanku. Tak boleh ada kata ‘capek’, ‘bosan’, dan ‘letih’ ala pemalas. Meski
cita – cita yang aku ingin – inginkan membuat kepala pusing, diri menjadi gila,
dan badan capek minta ampun, tapi aku harus bekerja keras. Tak boleh ada kata “santai”
terlalu lama dalam hidupku. Aku harus estafet menebus semua ‘bodohku’ yang tak
punya tujuan sewaktu sekolah dulu. Berikut daftar keinginan yang aku buat :
1. Ingin jadi dosen
2. Ingin jadi jurnalis
3. Ingin jadi stylish, desainer
4. Ingin punya toko fashion
5. Ingin jadi penulis
6. Ingin pergi ke Amerika
7. Ingin menjadi guru
8. Ingin menjadi pembicara di depan
publik
9. Ingin membuktikan bahwa sejarah itu
sulit
10. Ingin membuktikan bahwa Indonesia itu
menabjubkan di depan dunia!
MUSTAHIL! Ya, itu kata – kata sakti
nan busuk yang biasa dilontarkan pikiran kita saat pertama kali memikirkannya. Apalagi
orang – orang sekitar, pasti menganggap gila. Jangankan mewujudkan,
memikirkannya saja membuat diri serasa gila. Tapi mengutip bicara banyak pakar,
semua berawal dari ketidakmungkinnan. Bahkan sesuatu yang ingin dicapai
haruslah MUSTAHIL, karena jika tidak, jika kita sudah mampu mencapainya, untuk
apa? Itu bukan cita – cita, tapi kompromi!
Nah sekarang yang menjadi pertanyaan
besar adalah bagaimana cara mewusjudkan 10 keiginan tersebut? Sementara aku
hanya gadis biasa dengan mimpi dan cita – cita tanpa pagar batas. Semangat saja
sudah cukup bagiku! Aku harus bekerja keras! Untuk menjawab pertanyaan se besar
dan seberat itu adalah aku harus lulus dari sekolah membosanlan ini, ya sekolah
keguruan yang bodoh ini, aku harus segera menuntaskannya! Targetku, BULAN MARET
2013 INI SKRIPSI HARUS SUDAH SELESAI! NILAI MAKSIMAL! Hari ini tadi tertanggal
14 Agustus 2012, mulai hari ini, perang dimulai. Meski tadi tak sempat bertemu
dengan dosen hakim penentuan judul skripsi, besok aku harus mencobanya lagi,
tak ada kata menyerah!
Jika ini sudah selesai, maka aku bisa
melakukan hal – hal yang indah – indah diluar sana. Aku bisa mewujudkan mimpi –
mimpiku selanjutnya.
0 komentar:
Posting Komentar