Amerika, Negara Adidaya yang Tak Punya Daya

♠ Posted by Aryni Ayu in at 08.52
-Day 1-
4 Juli 2011


Amerika kini tak punya daya. Jangankan menyelesaikan konflik, si Adidaya ini malah memperkeruh suasana layaknya parasit!

Amerika, Negara Adidaya yang Tak Punya Daya! Silahkan saja Anda meneriakkan hal ini di depan didepan saudara – saudara, mbah – mbah, om – tante kita yang ada di PBB, CIA, atau NATO itu, yah, pokoknya organisasi – organisasi bawahan Amerika. Bukannya dipuja layaknya artis – artis Hollywood yang ada di red carpet itu. Pasti Anda langsung diintervensi atau disingkirkan ke pos – pos pemukiman layaknya warga yang ada di Timur Tengah itu, kan mereka mencoba meneriakkan suara mereka tapi sayang selalu dibungkam dan diintervensi. Wajar, karena kita – kita memang tidak memiliki kontak politik dengan elit – elit Amerika. Jangankan punya kontak politik, tahu idung kita aja mereka enggak,haha (just kid). Tapi bener kok, si penulis buku Membongkar Kegagalan CIA, Tim Weiner mengatakan bahwa Amerika kini tak punya daya. Jangankan menyelesaikan konflik, si Adidaya ini malah memperkeruh suasana layaknya parasit!

Ditemani buku – buku berjudul Kebohongan di Gedung Putih karangan Scoot McClellan yang bercerita bahwa pernah di suatu hari saat anak – anak Bush yang masih dibawah umur sedang asyik – asyiknya menenggak beberapa gelas bir bermerek di diskotik. Ayah mereka beserta prajuritnya di Gedung Putih sedang menyusun puzzle untuk mengembangkan Neoloberalismenya di berbagai belahan dunia. Ya, suatu hal yang sangat kreatif dilakukan oleh keluarga kerajaan ini. Tanpa mau tahu seberapa besar warisan dosa – dosa Bush yang saat ini diberikan kepada penggantinya. Lalu buku berjudul Membongkar Kegagalan CIA karangan Tim Weiner, The Idea of Indonesia karya R.E. Elson, dan Kudeta karangan Edward Lutter serta tak lupa secangkir alunan music pop, rock, dan R’n B. Pikiran saya terus berputar layaknya ban sepeda di OVJ yang sekali kayuh langsung hancur, maklum, terbuat dari kardus (:)).

Ditambah lagi ada seseorang di siang tadi yang mencoba membuat saya terkesan, mengajak saya berjalan mengelilingi kampus hanya memakai kaki tanpa adanya ban sepeda, yah cukup membuat kaki saya bertambah besar layaknya tongkat satpam. I like him, really different! Well just friends, cukup memberikan saya semangat untuk kembali menulis. Kali ini, Amerika memang sebuah Adidaya yang Tanpa Daya!

Amerika! lagi – lagi tentang negara surganya artis – artis Hollywood ini. Kasino, bar, Luxurious Hotel, prostitusi, drugs, criminal action layaknya permainan play station GTA Vice City, bahkan Red Carpet yang super fenomenal itu pun ada. Mau pesan minuman, tekhnologi super canggih, lifestyle bak artis – artis gila ala Lady Gaga, pesta, baju – baju Glamour ala remaja – remaja NYC dan Manhattan, atau senjata – senjata illegal yang biasanya dipakai Tom Cruise dalam filmnya? Semuanya bisa Anda miliki, entah untuk selanjutnya mau digadein, dijual di pasar loak , ataupun dijadiin pepes khas Indonesia. Itu semua terserah Anda, semuanya pasti tersedia asal ada uang. Karena mereka memang penganut demokrasi liberalism ala Yunani, dan materialisme ala Karl Marx. Money is Talk! budaya ini kemudian menular di negara – negara lainnya. Maka jangan heran jika suatu saat di negara - negara berkembang kian memanen runtuhnya harga diri akibat lebarnya jurang pemisah antara elit dan rakyat baik ditinjau dari segi perekonomian maupun sosialnya.
Masyarakat internasional mungkin sempat menahan tawa saat menonton aksi – aksi Amerika yang mengumandangkan bahwa Barat masih tetap berkuasa. Padahal diseberang sana Khadaffi menyerukan bahwa dirinya akan bersiap – siap untuk menyerang balik negara – negara Barat. Ya, suatu aksi yang begitu serius dijawab oleh diktator ini akibat intervensi produk ngawur yang dijalankan oleh NATO, keberadaan PBB yang mayoritas suaranya diisi oleh Amerika sehingga hasil kebijakan pun ternodai oleh berbagai pelanggaran, dan CIA yang secara rahasia mencoba menyembunyikan berbagai rencana – rencana entah itu berkualitas atau tidak dibalik dinding sejarah yang selama ini banyak sekali mereka sembunyikan. Berakibat pada kesimpang siuran Sejarah. Semua intervensi mereka masih penuh dengan tanda tanya, apakah terlibatnya pihak asing mampu memberikan solusi atau kolusi. Hal ini merupakan salah satu bukti di era modern, bahwa hari ini, Amerika adalah negara Adidaya yang memulai kekurangan energinya. Di satu sisi mereka menerapkan standart politik ganda alias bermuka dua, namun di sisi lain, orang – orang berkuasa ini cukup gegabah dalam meneterapkan berbagai kebijakan bagi pihak – pihak yang sedang bertikai. Maunya menjadi penengah, justru menjadi parasit. Banyak organisasi – organisasi dibawah bendera mereka yang tak sedikit menjadi canvas hitam bagi perkembangan sejarah di negara – negara lain, tak terkecuali Indonesia. Bila kita mau menjelajahi perjalanan historisnya, maka ranah sekontra ini akan mampu menjelaskan secara lebih mendetail mengapa Amerika adalah negara Adidaya, namun tak memiliki daya.

Enam puluh satu tahun lalu saat Perang Dingin masih berkobar antara dua adidaya yang begitu berbeda ideologinya, mencoba menghimpun masing – masing basis kekuatan mereka di negara – negara Belahan Timur dan Barat. Amerika yang berideologikan demokrasi – liberal dan Uni Soviet yang tetap berpegang teguh pada sosialis – komunis. Kedua – duanya bahkan menjadi actor terbesar ketika itu. Meski salah satu aktor tersebut kini sudah hancur. Namun sejarah mencatat bahwa Amerika adalah Adidaya yang pernah mengalami kekalahan paling memalukan saat harus menghadapi pengaruh komunis. Vietnam dan Kuba merupakan dua negara perwakilan Timur dan Barat, saksi dari ketidakberdayaan Amerika.

Perwakilan dari Timur, Vietnam, memang sempat terbelah menjadi dua negara berbeda ideologi antara Vietnam Utara dan Selatan. Di sisi utara, adalah wilayah kekuasaan komunis dan selatan yang dikuasai oleh hawa liberal. Ranah ini memang hanya dijabarkan secara singkat karena pertempuran yang pernah terjadi antara utara dan selatan ini pada akhirnya mampu membuat Amerika malu. Bahwa dirinya yang begitu adidaya harus dikalahkan oleh dogmatis komunis yang ternyata mampu menyatukan Vietnam dibawah benderanya.

Kuba sebagai perwakilan Barat, yang menjadi saksi bahwa Amerika pernah mengalami kekalahan paling memalukan dan tak memiliki daya saat mereka menyebut dirinya Adidaya. Ditilik dari perjalanan historisnya saat kudeta di tahun 1952, dimana rakyatnya mencoba merobohkan rezim Batista dibawah kepemimpinan Fidel Castro, adalah awal dari perjalanan Amerika untuk segera memusnahkan semua pendukung komunis. Harry S. Truman, seorang presiden Amerika, di tahun yang sama mulai mendirikan sebuah badan intelejensi pusat yang bertugas untuk memberitahu presiden tentang perkembangan di negara – negara lain, dan bertugas pula untuk menspionase atau memata – matai gerak – gerik Uni Soviet. CIA, Central Intelegensi Agency milik Amerika dan M-15 milik Uni Soviet, harus kita akui pekerjaan menjadi mata – mata memang sangat laris di masa itu. Namun ada ranah yang lebih penting disini, bahwa disaat mereka sedang sibuk menggaung – gaungkan financial, doktrin dan akses politik di negara – negara protektoratnya. Ditambah lagi dengan elit – elit Amerika yang mulai mendengar dari para spionasenya, ada sebuah negara di Amerika Latin yang akan tersedot kedalam poros komunis. Maka disaat itulah Fidel Castro, sebagai revolusioner baru menyatakan bahwa dirinya adalah seorang Komunis, begitu pula dengan Kuba. Otomatis statement yang begitu berani tersebut mampu membuat Uni Soviet tersenyum ditengah kejengkelan Amerika yang sangat menginginkan seorang Fidel Castro musnah dari belahan dunia manapun.

Berbagai cara di kemudian hari dipakai Amerika untuk membunuh Fidel Castro. Dari cara – cara murahan seperti penyebaran foto – foto Castro bersama dengan dua gadis di Bar, persis seperti apa yang dilakukan CIA terhadap Bung Karno yang dinilai mampu meluaskan pengaruh komunis. Percobaan pembunuhan melalui racun yang disebarkan para ilmuwan Amerika dibawah CIA, beberapa penyerangan kecil hingga pada akhirnya melalui cara – cara penyerangan besar yang terjadi di Teluk Babi semuanya mengalami kegagalan total. Antara militer, sipil dan Amerika saling menyerang di teluk ini. Namun ironis, Amerika harus kalah hingga membuat John F. Kennedy tak dapat berkata banyak di depan para awak media internasional yang membuatnya harus mengakui bahwa Ke-Adidayaan Amerika memang kehilangan daya akibat kesalahan rencana yang dibuat oleh organisasi dibawah benderanya, yakni CIA.

Hingga saat ini pun, organisasi – organisasi yang ada dibawah benderanya turut menggerogoti kedigdayaan Amerika. Lihat saja aksi – aksi yang dilancarkannya di Timur Tengah, sampai detik ini hanya menyisakan permasalahan baru bagi dunia. Amerika benar – benar kehilangan dayanya!

0 komentar:

Posting Komentar