♠ Posted by Aryni Ayu in PROSA at 08.21
12 March 2013
Dan terima kasih bagi
banyak orang lain yang mampu membuat hidup kita menjadi lebih mudah
Arigato, matur nuhun, thank you,
gracias, sederet bahasa lainnya seakan tak pernah habis di bumi ini agar kita
mau mengucapkan kata ajaib itu kepada orang lain. Apakah pernah melintang dalam
pikiran kita tentang dahsyatnya sebuah terima kasih? Penulis tahu jika ini
memang tidak perlu dipersoalkan, semua orang sudah tahu tapi jarang yang mau
memaknai, benar tidak? Bukan menggurui, tapi membelajari agar adat istiadatnya
tak pernah luput dari ucapan terima kasih. Bukankah Belanda yang terkenal
sangat kolonial itu juga setidak – tidaknya mau memberikan ‘sedikit’ warisan
Politik Etisnya sebagai ucapan terima kasih kepada Indonesia? R.A Kartini, ratu
emansipasi kita yang sangat berterima kasih kepada Nyonya Abendemon (seorang berkebangsaan
Belanda) karena mau membantunya untuk meneruskan surat – surat emansipasinya
kepada elit Belanda. Berkatnya, wanita Indonesia sekarang tak perlu lagi
mengalami banyak ‘pemojokan’ oleh laki – laki.
Kiranya para pendahulu kita sadar
bahwa berterima kasih bukanlah harga mahal. Terima kasih, adalah ucapan
sederhana yang mampu mengindahkan hati orang lain. tak peduli berada di strata
(tingkatan sosial) nomor berapa, setinggi apakah jabatan orang tersebut, atau
kaya – miskin, terima kasih tak pernah lekang oleh perbedaan. Di usia dini pun,
di lingkungan terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga, manusia selalu
diajarkan untuk berucap terima kasih kepada orang lain yang mau memberi
pertolongan. Dalam pertolongan itu sendiri, pasti terdapat pikiran hangat untuk
membantu meringankan beban orang lain. Itu pun juga karena sifat manusia yang
ditugaskan untuk mau memanusiakan diri sendiri dan lingkungan sekitarnya
(humanistik). Karena terima kasih diciptakan untuk melesatkan apresiasi manusia
kepada manusia lain untuk memberi pertolongan.
Penulis juga memiliki sedikit
pengalaman berkesan saat menjalankan tugas sebagai guru les privat seorang anak
blasteran Jerman. Tak pernah terpikirkan bahwa dengan pengucapan bahasa
Indonesianya yang kaku dan umurnya yang baru berusia 11 tahun tersebut, dirinya
selalu mengucapkan terimakasih setiap penulis selesai mengajarnya. ‘Terima
kasih’ membuat penulis merasakan kepuasan tersendiri karena merasa sangat
dihargai orang lain. Namun, tak sedikit juga orang yang jarang sekali
mengucapkan terima kasih karena sudah membayar orang yang menolongnya tersebut.
Dalam suatu perusahaan misalnya. Ada seorang karyawan yang diberi gaji bulanan
beserta bonusnya oleh pemimpin perusahaannya tidak mengucapkan kata terima
kasih sama sekali. Meski hal itu terlihat remeh, namun di bulan berikutnya,
karyawan tersebut tak lagi mendapat bonus seperti bulan kemarin. Saat kenaikan
jabatan pun si karyawan itu tidak mendapatkan rekomendasi baik dari sang
pemimpin karena dianggapnya tak tahu terima kasih.
Itulah kisah sebuah terima kasih yang
tak sekedar berkutat pada saat kita menerima pertolongan atau pemberian orang
lain. Terima kasih dapat kita ucapkan dalam keadaan apapun disaat kita merasa
menjadi manusia lebih baik. Terima kasih kepada tukang becak misalnya, meski sudah
dibayar, namun kata terima kasih dapat menjadi kesegaran sendiri baginya
setelah mengayuh begitu jauhnya untuk kita. Terima kasih kepada pelayan toko
yang telah membantu kita untuk ‘mondar – mandir’ mencarikan sepatu, tas,
ataupun baju. Terima kasih kepada orang tua yang selama ini telah mendidik dan
merawat. Dan terima kasih bagi banyak orang lain yang mampu membuat hidup kita
menjadi lebih mudah.
0 komentar:
Posting Komentar